Lazio berhasil mengubah peta persaingan di papan atas Liga Italia musim ini. Mereka kini punya target baru, yaitu merebut ”scudetto”.
Oleh
D Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
ROMA, SENIN — Persaingan dalam perebutan gelar juara Liga Italia semakin panas setelah Lazio berhasil mengalahkan Inter Milan, 2-1, di Stadion Olimpico, Roma, Senin (17/2/2020) dini hari WIB. Melalui kemenangan ini, Lazio bertukar posisi dengan Inter untuk menempel ketat Juventus yang dominasinya masih terancam musim ini.
Kemenangan itu membawa Lazio naik ke peringkat kedua dengan 56 poin atau selisih satu poin di bawah ”Si Nyonya Besar”. Sementara itu, Inter langsung turun ke peringkat ketiga dengan 54 poin. Dengan 14 laga tersisa, Serie A musim ini semakin menarik karena ketiga tim tersebut masih berpeluang besar merebut scudetto.
Persaingan ketat lebih terasa pada musim ini ketimbang delapan musim terakhir ketika Juventus sangat dominan di puncak klasemen dan sering meninggalkan lawan-lawannya dengan selisih poin yang besar, terutama pada paruh musim kedua. Dengan dominasi Juventus seperti itu, sang juara sudah bisa ditebak dan tim-tim lainnya tinggal memperebutkan zona empat besar untuk mendapatkan tiket Liga Champions.
Ketika Lazio dan Inter bisa menunjukkan wajah berbeda, beberapa tokoh sepak bola dunia bersukacita.
”Saya rasa ini bagus bagi kompetisi di Italia karena akan terasa menjengkelkan jika tim yang sama selalu menang setiap tahun,” kata eks pemain AC Milan dan Sampdoria, Ruud Gullit, seperti dikutip Football-Italia.
Eks pemain pilar tim nasional Belanda itu juga ”mensyukuri” kemerosotan yang dialami Juventus saat ini. Namun, ia juga mengakui, Si Nyonya Besar tetap punya kekuatan yang masih menjadikannya favorit pada musim ini. Setidaknya, Juventus ”memberikan” sedikit kesempatan bagi tim-tim lain untuk merasakan kans meraih scudetto.
Mantan pelatih Juventus yang kini melatih Everton, Carlo Ancelotti, juga menyambut gembira persaingan ketat ini. Berbeda dengan Gullit, Ancelotti merasa Juventus tidak mengalami kemerosotan. Persaingan ketat ini terjadi karena tim-tim lain bisa meningkatkan kualitas. ”Inter sudah banyak berinvestasi dan Lazio tampil bagus,” katanya.
Juventus, kata Ancelotti, memiliki keuntungan yang tidak dimiliki klub-klub lainnya, yaitu memiliki Cristiano Ronaldo. ”Ketika Anda memulai laga dengan memainkan Ronaldo, Anda sudah memulai laga dengan keunggulan 1-0,” ujar pelatih Everton ini.
Kembalinya Lazio
Ancelotti masih ingat ketika ia melatih Juventus dan Lazio berhasil merebut scudetto pada musim 1999-2000. Waktu itu, Lazio adalah tim yang hebat di tangan Pelatih Sven-Goran Eriksson dan diperkuat para pemain, seperti mantan gelandang tim nasional Ceko, Pavel Nedved; Diego Simeone yang kini melatih Atletico Madrid; Roberto Mancini; dan Simone Inzaghi yang kini menjadi Pelatih Lazio.
Dari pengalaman menjadi pemain dan mulai melatih Lazio sejak 2016, Inzaghi secara perlahan berhasil mengarahkan Lazio dalam upayanya mengembalikan kejayaan tim yang pernah diraih dua dekade silam.
”Lazio sekarang punya kualitas lebih rendah (dibandingkan dengan musim 1999-2000), tetapi sangat solid. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan,” kata Ancelotti.
Munculnya Lazio sebagai pesaing scudetto musim ini turut memikat hati Pelatih Liverpool Juergen Klopp. Ia mengaku mendukung Lazio untuk tampil sebagai juara karena ada beberapa pemain yang pernah ia latih, seperti Lucas Leiva (di Liverpool) dan Ciro Immobile (di Borussia Dortmund).
Maaf Maurizio Sarri (Pelatih Juventus) dan Antonio Conte (Pelatih Inter Milan), saya rasa Lazio akan menjadi kejutan besar.
Di Olimpico, Inter pun terkejut karena Lazio bisa membalikkan keadaan. Inter lebih dulu unggul melalui gol Ashley Young. Namun, Lazio bisa menyamakan kedudukan melalui tendangan penalti Immobile dan mencetak gol kemenangan melalui Sergej Milinkovic-Savic.
Lazio mempertontonkan kekuatan lini tengahnya pada laga itu. Milinkovic-Savic beberapa kali menampilkan aksi memukau saat menggiring bola. Ia mampu mengecoh pemain-pemain pilar Inter, seperti Christian Eriksen dan Nicolo Barella.
”Semula kami menargetkan untuk mendapatkan tiket Liga Champions. Namun, setelah kami bisa naik ke atas, kenapa tidak sekalian (menargetkan) meraih scudetto?” kata Milinkovic-Savic. Bagi pemain asal Serbia ini, target itu bisa saja diraih karena tim memiliki hubungan selayaknya keluarga.
Milinkovic-Savic adalah satu dari sekian pemain yang sangat loyal bersama ”Biancoceleste”. Ia sudah bergabung sejak 2016 bersamaan dengan awal kepemimpinan Inzaghi. Kebersamaan inilah yang membuat Lazio era Inzaghi semakin matang dan kini mampu membuat kejutan.
Inzaghi kini merasakan tantangan yang lebih berat ke depan. Timnya tidak bisa lagi melakukan banyak kesalahan yang bisa menguntungkan Juventus dan Inter.
”Kami harus tetap rendah hati dan fokus. Saya yakin kami akan berhasil karena kami tidak memiliki beban,” katanya. (AFP/REUTERS)