Jacksen F Tiago (51), pelatih klub sepak bola Persipura Jayapura, gemar berbagi ilmunya dengan para pemain muda di Tanah Air. Mendidik para pesepak bola muda menjadi bagian kesehariannya untuk ”menyegarkan” pikiran.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·3 menit baca
Melatih klub sepak bola profesional bukan perkara mudah. Tidak jarang, hal itu menguras energi dan pikiran. Untuk merehatkan pikiran sejenak, Pelatih Persipura Jayapura sekaligus mantan pelatih timnas Indonesia Jacksen F Tiago (51) gemar berbagi ilmu dengan para pemain muda.
”Melatih klub itu kadang bikin stres karena kita memikirkan perkembangan pemain dan strategi. Belum lagi, pemain dewasa itu tidak mudah untuk diberi masukan. Kalau pemain muda, mereka masih polos dan mau menerima segala masukan. Ini jadi kebahagiaan sendiri buat saya. Senang melihat arahan kita dilakukan pemain dengan sungguh-sungguh,” tutur Jacksen seusai memberikan coaching clinic yang diadakan di sela-sela Liga Kompas Kacang Garuda U-14 di Stadion Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (16/2/2020).
Jacksen adalah salah satu legenda sepak bola Indonesia. Pemain kelahiran Rio de Janeiro, Brasil, 28 Mei 1968, itu mengawali kariernya di sepak bola Indonesia ketika memperkuat Petrokimia Putra di strata tertinggi Liga Indonesia pada 1994/1995.
Setelah itu, dia terus menorehkan tinta emas dalam persepakbolaan Indonesia. Semasa aktif sebagai pemain, dia turut membawa Persebaya Surabaya meraih juara Liga Indonesia 1996/1997 dan merengkuh gelar individu sebagai pencetak gol terbanyak liga musim itu dengan 26 gol.
Selepas pensiun sebagai pemain aktif pada 2001, Jacksen meneruskan karier sebagai pelatih. Lagi-lagi, pria bertinggi 170 sentimeter itu bisa menorehkan tinta emas dalam karier kepelatihannya. Setidaknya, dia pernah membawa Persebaya promosi ke Divisi Utama pada 2003 dan juara liga pada 2004.
Puncak karier kepelatihannya terjadi ketika menukangi Persipura Jayapura. Bersama klub kebanggaan orang Papua itu, Jacksen berhasil meraih gelar juara Liga Indonesia musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2012/2013. Dia pun ditetapkan sebagai pelatih terbaik tahun 2013.
Pada Liga 1 musim lalu, Jacksen membawa Persipura duduk di peringkat ketiga dengan 53 poin dari 34 laga. ”Karena tangan Tuhan, saya dibawa ke Indonesia. Ternyata, di sini, saya banyak mendapatkan berkah, mulai dari karier, ekonomi, hingga keluarga,” ucapnya.
Indonesia benar-benar menjadi bagian penting dalam sejarah hidup Jacksen. Di Surabaya, Jawa Timur, dia kembali membangun biduk rumah tangga dengan menikahi perempuan berdarah Jawa-Arab, Nadira Bajamal, pada 2004.
Dari pernikahan kedua itu, dia dikaruniai dua putra, yakni Hugo Samir dan Diego Samir. Sebelumnya, Jacksen pernah menikah dengan perempuan Brasil, yaitu Fatima Coelho Tiago. Dari pernikahan pertamanya itu, ia dikaruniai dua putra, yakni Matheus Tiago dan Ayub Tiago.
Sekarang, Hugo yang berusia 15 tahun, mengikuti jejak ayahnya itu. Ia menekuni sepak bola dan juga berposisi sebagai penyerang. Hugo ingin seperti sang ayah yang dikenal sebagai penyerang haus gol ketika aktif bermain, terutama selama berkarier di Liga Indonesia.
”Saya sering memberikan coaching clinic atau sekadar berbagi ilmu dengan pelatih dan pemain di sekitar domisili tempat saya melatih dan Surabaya (tempat istri dan anak-anaknya tinggal). Khususnya ketika libur dan pulang ke Surabaya, saya pasti sempatkan diri berbagi ilmu, salah satunya di SSB (sekolah sepak bola) anak saya. Berbagi ilmu dengan pemain-pemain muda Indonesia ini juga bentuk syukur dan terima kasih saya kepada Indonesia. Sebab, Indonesia telah memberikan saya segalanya,” tutur Jacksen.