Harga buku sejak awal Februari 1966 jika dibandingkan awal Desember 1965 mengalami kenaikan dari 100 hingga 500 persen.
Oleh
·2 menit baca
Dunia literasi Indonesia lekat dengan situasi ironis. Pada 1960-an, harga buku melambung tinggi di tengah kebutuhan perlunya pengembangan cakrawala dan ilmu pengetahuan bagi masyarakat. Kini, saat semakin banyak alternatif untuk menyebarkan ilmu pengetahuan, budaya baca justru tidak bergerak maju.
Harian Kompas (18/2/1966) mewartakan, pada Februari 1966 harga buku melonjak tajam 100-500 persen dibandingkan harga pada Desember 1965. Situasi ini berkepanjangan hingga dekade 1970-an. Cendekiawan Mahbub Djunaidi (1933-1995) dalam tulisan di Kompas (15/7/1974) menyebutkan, akibat tidak adanya subsidi, ongkos produksi buku terus menanjak.
Literasi dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis, dan tentu saja kemampuan mencerna informasi yang bertebaran secara tertulis dan lisan. Berdasarkan data BPS, pada 2004 masih ada 15,4 juta penduduk yang buta aksara atau 10,2 persen dari jumlah penduduk, sedangkan pada 2010 jumlahnya turun menjadi 7,54 juta jiwa atau 5,02 persen dari jumlah penduduk. Pada 2017, jumlah ini turun lagi menjadi 3,4 juta jiwa atau 2,07 persen dari jumlah penduduk.
Kemampuan membaca saja tidak cukup, harus disertai dengan kegemaran membaca di masyarakat.
Penurunan ini menggembirakan, tetapi belum memuaskan karena 3,4 juta penduduk yang buta aksara merupakan jumlah yang masih sangat besar untuk negara seperti Indonesia yang sedang berkembang. Selain itu, kemampuan membaca saja tidak cukup, harus disertai dengan kegemaran membaca di masyarakat.
Hasil penelitian Perpustakaan Nasional pada 2017 menunjukkan, frekuensi membaca orang Indonesia hanya 3-4 kali per minggu dengan lama waktu membaca per hari 30-59 menit. Ini di bawah standar UNESCO, yakni 4-6 jam per hari. Adapun jumlah buku yang ditamatkan masyarakat Indonesia hanya 5-9 buku per tahun. Berdasarkan kajian Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca. Indonesia hanya di atas Botswana (61). (NAR)