DPRD Papua akan membentuk tim khusus untuk meninjau kondisi warga di Intan Jaya. Warga Intan Jaya turut menjadi korban konflik bersenjata berbulan-bulan.
Oleh
FABIO LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua akan membentuk tim untuk meninjau kondisi warga di Intan Jaya. Sejak lima bulan terakhir, muncul konflik antara pihak keamanan dan kelompok sipil bersenjata di Intan Jaya.
Hal itu disampaikan anggota DPRD Papua asal Intan Jaya, Thomas Sondegau, di Kota Jayapura, Rabu (19/2/2020). Thomas mengatakan sangat sedih dengan konflik di antara kedua pihak yang tidak berkesudahan selama beberapa bulan terakhir. Hal ini menyebabkan warga setempat turut menjadi korban dari konflik tersebut.
”Selama ini tak pernah ada gangguan keamanan di Intan Jaya. Dengan kondisi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir, warga merasa tidak nyaman untuk beraktivitas,” kata Thomas.
Menurut Thomas, tim dari DPRD Papua akan meninjau Sugapa, ibu kota Intan Jaya, dalam waktu dekat untuk melihat kondisi warga dan pelaksanaan kegiatan pelayanan dasar di daerah itu.
”Kami meminta kedua belah pihak segera mencari solusi damai agar konflik tidak berkepanjangan. Warga Intan Jaya pun bisa merasakan kedamaian kembali,” ujarnya.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal saat ditemui di Markas Polda Papua di Jayapura mengatakan, situasi Intan Jaya telah kondusif setelah kontak tembak antara Satuan Tugas Penegakan Hukum dan kelompok kriminal bersenjata pada Selasa (18/2/2020).
Dari data Polres Intan Jaya, kontak tembak antara Satuan Tugas Penegakan Hukum TNI-Polri dan kelompok kriminal bersenjata terjadi di sekitar Kampung Gulanggama dan Kampung Japaro, Selasa (18/2/2020).
Kontak senjata bermula ketika tim Satuan Tugas Penegakan Hukum melihat sekelompok anggota kelompok kriminal bersenjata sedang membawa dua pucuk senjata melintasi Kampung Gulanggama. Satgas langsung mengejar kelompok tersebut ke arah hutan dan terjadilah kontak senjata pada pukul 07.20.
Dua anggota kelompok kriminal bersenjata tewas dalam kontak senjata, yakni Meki Tipagau dan Kayus. Sementara itu, dua warga sipil, yakni Maria dan Kina Sani, terluka. Tim medis telah membawa Kina ke Timika untuk mendapatkan perawatan medis yang lebih baik, sedangkan Maria masih menjalani perawatan di Sugapa.
”Diduga kedua warga sipil terluka akibat senjata dari kelompok kriminal bersenjata. Mereka melepaskan tembakan dari atas ketinggian ke arah Satgas Gakkum (Satuan Tugas Penegakan Hukum),” ungkap Ahmad.
Kepala Polres Intan Jaya Ajun Komisaris Besar Juli Karre Pongbala saat dihubungi dari Jayapura menyampaikan, pihaknya terus bersiaga untuk mengantisipasi serangan kelompok kriminal bersenjata yang telah mencapai Distrik Sugapa, ibu kota Intan Jaya.
”Kami bersama TNI menjamin keamanan warga. Sebanyak 600 personel pasukan gabungan TNI dan Polri akan mengantisipasi serangan kelompok tersebut,” kata Juli.
Juru Bicara Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sebby Sambon menolak dikatakan bahwa ada dua korban dari pihaknya dalam kontak senjata di Intan Jaya pada Selasa. ”Laporan dari Lekagak Telenggen, pemimpin OPM yang sementara berada di Intan Jaya, dua korban yang tewas adalah warga sipil karena terkena tembakan aparat keamanan,” kata Sebby.
Konflik Intan Jaya dimulai ketika kelompok kriminal separatis bersenjata Lekagak Telenggen membacok tiga pengojek sepeda motor di Kampung Pugisida, Kabupaten Intan Jaya, 25 Oktober 2019. Ketiga pengojek itu tewas.
Kemudian terjadi kontak senjata antara kelompok Lekagak dan aparat TNI-Polri di sejumlah lokasi di Intan Jaya pada 17 Desember 2019 hingga beberapa hari. Dua anggota TNI Angkatan Darat gugur dalam kontak senjata, yakni Lettu Inf Erizal Zuhri Sidabutar dan Serda Rizky.
Setelah itu, kontak senjata antara tiga anggota kelompok kriminal separatis bersenjata dan TNI-Polri terjadi di Kampung Joparu yang berada di Distrik Sugapa, Minggu (26/1/2020). Seorang anggota Lekagak tewas dan seorang anak bernama Jekson Sondegau berusia 8 tahun terluka karena terserempet peluru di bagian perut.