Lupakan Mantan dengan Gembira di Festival Melupakan Mantan
›
Lupakan Mantan dengan Gembira ...
Iklan
Lupakan Mantan dengan Gembira di Festival Melupakan Mantan
Mengapa mantan pacar harus dilupakan? Jawabannya bisa banyak. Tapi yang jelas, di Yogyakarta pekan lalu digelar Festival Melupakan Mantan untuk yang keempat kalinya.
Oleh
Soelastri Soekirno
·5 menit baca
Patah hati bagi sebagian anak muda bisa menjadi sesuatu yang mengganggu hati dan pikiran. Kehidupan yang ceria seketika berubah menjadi pilu. Hari-hari menyenangkan berubah jadi menyedihkan, seakan dunia runtuh. Nah, Festival Melupakan Mantan 2020 di Yogyakarta mengajak mereka yang patah hati untuk melupakan mantan dan gembira.
Suasana di arena Festival Melupakan Mantan 2020 yang digelar di Jalan Palagan, Yogyakarta, Kamis (13/2/2020), memang tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Bisa jadi karena lokasi festival bergeser ke pinggiran kota dari sebelumnya di pusat kota Yogyakarta, tepatnya di kawasan Tugu.
Namun, festival yang keempat kalinya digelar itu tetap cocok sebagai ajang kumpul mereka yang ingin move on. Keseruan tetap terasa di festival yang kali ini digelar di kafe WK Mezzanine itu. Di sana, ”jiwa-jiwa” yang pernah patah ditinggal mantan itu belajar memahami perasaannya yang galau untuk melompat ke tahap move on.
Acara juga diisi dengan hiburan band Candra, Bemandry, Tiki-Taka, dan Irta. Selain itu, ada pembacaan puisi oleh Maharani Khan Jade diiringi musik apik Jenar Kidjing. Panitia festival juga menampilkan sesi berbagi cerita dan pengalaman tiga dara yang maju atas inisiatif sendiri. Mereka, Lisa, Mita dan Nadira, yang masih berstatus mahasiswa.
Lisa menceritakan, lima tahun lalu ia putus karena pacarnya selingkuh dengan sahabatnya sampai kemudian mereka menikah. ”Pacar memutuskan hubungan dua hari setelah aku ulang tahun. Waktu aku tanya pendapat sahabatku, ia bilang, dia tak baik untukmu. Mantan kemudian justru berpacaran dengan sahabat saya sendiri, lalu menikah,” urai Lisa disambut.
Cerita Lisa tampaknya membuat sebagian pengunjung geregetan pada sahabat Lisa dan pacarnya. Mereka berteriak huuu untuk mencemooh keduanya. Tapi, Lisa sendiri mengaku lapang dada menerima perlakuan pacar dan sahabatnya. Luar biasanya ia tetap bersedia mendoakan keduanya agar berbahagia selamanya.
”Ya ampun Mbak, kamu itu manusia apa bukan, sih,” seru pembawa acara antara kagum dan nyaris tak percaya. Di akhir cerita, gadis asal Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, itu menyatakan tak mau membalas sakit hatinya. ”Biarlah dia jahat, asal saya tidak ikut jahat,” tegasnya disambut tepuk tangan meriah pengunjung festival. Dengan bersikap begitu, Lisa bisa move on dan bahagia.
Curhat tentang mantan
Cerita sesama ”korban” menjadi berkat menguatkan bagi peserta festival. Perasaan itulah yang antara lain dirasakan oleh Gita, mahasiswa semester akhir sebuah universitas swasta di Yogyakarta. Ia datang bersama karibnya. Awalnya Gita datang untuk mencari hiburan dan menyumbangkan boneka serta telepon genggam hadiah dari sang mantan ke gerai Donasi Barang Mantan di acara tersebut.
”Tadinya iseng saja, eh ternyata di sini menyenangkan. Bisa mendengarkan sharing kawan lain tadi. Makin menguatkan diriku untuk bisa move on,” tutur Gita.
Dara berparas manis itu pernah mengalami dua kali putus cinta. ”Yang pertama memang aku yang memutuskan karena merasa sudah tak nyaman. Enggak tahunya dia bikin masalah baru. Tak hanya mengganggu aku, tapi juga teman-temanku dan keluargaku,” katanya menceritakan sebagian perjalanan cintanya.
Tak terima Gita memutuskan hubungan, sang mantan menyerangnya via media sosial. Ia malu setengah mati. Walau ia sudah memblok nomor dan akunnya, sang mantan pacar yang berteman dengan teman-teman Gita masih membuat status yang menyerang dirinya dan kawan-kawan di media sosial.
”Aduh malu sekali, sampai dosenku dibawa-bawa,” lanjut Gita. Puncak kekesalannya muncul saat mantan pacar mendatangi rumah orangtua Gita. ”Orangtuaku marah, mengapa masalahnya sampai seperti itu,” katanya.
Gangguan selama berbulan-bulan itu membuat dirinya malas bergerak ke mana pun, tetapi kemudian ia bisa melupakan mantannya, lalu menjalin hubungan baru dengan orang lain. Ia belum beruntung. Hubungannya juga tak berlangsung mulus, lalu putus. Sudah sekitar setahun putus dari pacar, tetapi wajah mantan masih sering muncul di ingatannya.
”Aku sering sedih karena ingat dia, jadi malas makan, malas kuliah,” keluhnya. Ia kesulitan melupakan mantannya.
Beruntung kehadirannya ke Festival Melupakan Mantan membuat keinginan untuk move on makin kuat. Ia sudah berani menceritakan pengalaman pahit di media sosial. ”Di sini aku seperti dikuatkan. Semoga bisa segera bangkit lagi,” harap Gita.
Selain bisa ikut curhat, berbagi perasaan, menulis pesan buat mantan, pengunjung yang sudah bisa menyelesaikan masalahnya juga bisa pamer. Hal ini dilakukan Nana dan Nino, dua mahasiswa Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogyakarta. Mereka sempat putus dengan pacar masing-masing. Lalu, mereka bertemu di kampus, dan eeeehhh.... mereka malah jadian.
Memberi ruang
Ketua Panitia Festival Melupakan Mantan 2020 Seto Prayogi menjelaskan, keputusannya untuk kembali mengadakan festival itu untuk memberikan ruang bagi anak-anak muda yang ingin berbagi dan saling menguatkan. ”Bagi orang dewasa, patah hati itu biasa. Tapi tidak bagi anak-anak usia 17-20-an tahun. Patah hati bisa menjadi bencana. Untuk itulah, kami memberi tema, mentas, mengajak move on kawan yang tenggelam dalam rasa sakitnya,” kata Seto.
Semula panitia hendak membuka ruang konsultasi dengan psikolog, tetapi niat itu tak terlaksana. Namun, panitia menyediakan layanan pembacaan kartu tarot untuk memotivasi teman-teman muda itu agar bangkit dari keterpurukan. Ternyata banyak yang tertarik dengan layanan ini sehingga ruang tarot selalu penuh pengunjung.
Festival malam itu diakhiri oleh ritual ”larung” barang mantan yang dipimpin oleh kelompok Pantomime Box. Larung dalam budaya Jawa berarti membuang sial dan biasa dilakukan dengan membakar barang itu, lalu membuang abunya ke sungai atau laut, atau membuang barang ke laut.
Akan tetapi, di festival ini, barang yang dilarung hanya perlambang, yakni lilin yang dinyalakan sampai habis terbakar. Barang eks para mantan akan disumbangkan ke mereka yang membutuhkan.
Kalau mereka tidak bahagia dengan sang mantan, biarlah orang lain yang bahagia karena menerima sumbangan barang dari sang mantan.