Pembangunan Rusunami Ganggu Kegiatan Belajar di Sekolah
›
Pembangunan Rusunami Ganggu...
Iklan
Pembangunan Rusunami Ganggu Kegiatan Belajar di Sekolah
Para siswa mengatakan, sekitar sebulan terakhir mereka merasakan suasana yang kurang kondusif untuk belajar. Lokasi proyek rusunami dengan sekolah tampak berimpitan. Kedua bangunan itu dipisahkan tembok setinggi 1,7 m.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS – Kegiatan belajar mengajar di Sekolah Tahfidz Ash Siddiq, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, terganggu oleh pembangunan Rumah Susun Sederhana Milik atau Rusunami. Pengoperasian alat berat yang sangat dekat dengan sekolah memantik kekhawatiran orangtua siswa.
Pembangunan Rusunami telah berlangsung selama kurang lebih dua tahun. Pengembang Rusunami itu adalah PT Pembangunan Perumahan (PP) (Persero) Tbk. Awalnya, keberadaan Rusunami itu tidak terlalu berdampak pada kegiatan belajar mengajar karena pembangunannya di tahun pertama tergolong cukup jauh dari sekolah. Namun, lambat laun pembangunan Rusunami kian dekat dengan sekolah. Tinggi bangunan Rusunami pun bertambah.
Para siswa mengatakan, sekitar sebulan terakhir mereka merasakan suasana yang kurang kondusif untuk belajar. Lokasi pembangunan Rusunami dengan sekolah tampak berimpitan. Kedua bangunan itu dipisahkan sebuah tembok setinggi 1,7 meter.
Bunga Ayu Lestari (14) siswa kelas VIII Sekolah Tahfidz Ash Siddiq, Rabu (19/2/2020), menceritakan, lantai dan meja di dalam kelas kerap kotor terkena pasir. Kendati jendela kelas telah ditutup, pasir dari pembangunan Rusunami masih bisa masuk melalui sela-sela ventilasi.
Kejadian yang paling ia ingat ialah saat melihat bongkahan beton yang diangkut menggunakan alat berat pada Senin (17/2/2020) dari jendela ruang kelasnya di lantai 3. Posisi beton saat diangkat sekitar 2 meter dari jendela kelas. Melihat ada beton melayang dalam posisi sangat dekat, Bunga dan teman-temannya bergidik ngeri.
“Pernah beberapa kali lihat alat berat beroperasi di Rusunami itu, tapi baru kali ini ada beton diangkat dalam posisi sedekat itu dengan ruang kelas,” ujarnya.
Salah satu orangtua siswa Rini Nurhayati (36) mengaku sangat khawatir dengan keselamatan anaknya selama belajar di sekolah. Selain aktivitas alat berat, Rini khawatir terhadap paparan debu dan pasir yang bisa membuat sang anak sesak napas.
“Semoga ada solusi ke depan agar kegiatan belajar bisa berlangsung tanpa kekhawatiran,” kata Rini.
Sekolah Tahfidz Ash Siddiq memiliki 690 orang siswa dari jenjang Taman Kanak Kanak hingga SMP. Pada jam istirahat sekolah, para siswa kebanyakan bermain di halaman sekolah. Di sebelah mereka aktivitas konstruksi masih berlangsung. Pantauan Kompas di Sekolah Tahfidz Ash Siddiq, debu dan pasir yang disapu pekerja konstruksi tertiup angin dan beterbangan ke arah sekolah.
Debu dan pasir bisa diminimalisir dengan memasang jaring pengaman. PT PP terlihat telah memasang jaring pengaman, tapi hanya terpasang di beberapa lantai, terutama lantai atas. Jaring pengaman tidak terpasang di semua lantai Rusunami.
Melihat banyak debu dan pasir beterbangan, Kepala Sekolah Tahfidz Ash Siddiq, Paisal Aripin, mengatakan telah mengimbau para siswa untuk mengenakan masker ketika berada dalam area sekolah. Gangguan lainnya datang dari bunyi mesin las dan aktivitas pembangunan apartemen yang masih bisa terdengar dari dalam kelas saat jam pelajaran berlangsung.
Paisal Aripin menyampaikan, pihak sekolah berkali-kali melayangkan PT PP. Berkali-kali pula mediasi antara pihak sekolah dan PT PP dilakukan. Namun, PT PP hanya diwakili pekerja lapangan dan bukan dari jajaran manejemen langsung.
Mediasi terbaru dilakukan Rabu (9/2/2020) pagi. Ketua Yayasan Sekolah Tahfidz Ash Siddiq, Subhanallah dan Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Ciputat Komisaris Endy Mahandika turut hadir dalam pertemuan itu. Sedangkan dari pihak pengembang diwakili staf PT PP, Giyat.
Dalam pertemuan itu pihak pengembang menjelaskan, proyek Rusunami tersebut merupakan penyertaan modal negara yang bermaksud menyediakan kekurangan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Pengembang menyatakan siap menindaklanjuti keluhan yang disampaikan pihak sekolah.
“Terkait polusi kami akan gunakan jaring untuk menahan debu. Masalah alat berat kami sanggupi operasinya di luar jam belajar,” ujar Giyat.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Komisi II DPRD Kota Tangerang Selatan, Sukarya, berjanji akan turun ke lapangan dan meninjau langsung kondisi di sekolah. Ia meminta pengembang untuk turut bekerja sama memperhatikan aspek kenyamanan dan membantu proses belajar mengajar.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan Taryono menyampaikan, upaya mencerdaskan anak bangsa menjadi kewajiban bersama. Dengan demikian, setiap orang dan lembaga harus mendukung upaya tersebut.
“Dalam masalah ini tinggal duduk bersama antara pihak pengembang dan sekolah,” katanya.