”Crossfit” Digandrungi lantaran Ragam Keuntungannya
”Crossfit” menawarkan beragam manfaat bagi pemakainya. Pelatih yang telah tersertifikasi juga akan mendampingi para peminatnya, mulai sebelum latihan dilakukan hingga setelahnya.
Latihan fisik crossfit menawarkan pembentukan fisik, stamina, hingga kebugaran. Olahraga yang berbasis komunitas ini juga dinilai aman asalkan dilakukan dengan cara yang benar serta didampingi oleh pelatih yang telah tersertifikasi.
Pelatih crossfit, Taufan Tjandra, mengungkapkan, crossfit adalah jenis olahraga yang mengandung gerakan-gerakan sesuai dengan aktivitas sehari-hari. Gerakannya dilakukan dengan intensitas tinggi dan bervariasi lantaran memiliki tujuan yang tidak spesifik seperti halnya fitness.
”Kalau fitness, biasanya kita secara spesifik ingin membentuk bagian dada, kaki, bahu, atau bagian tubuh lainnya,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Rabu (19/2/2020).
Sebelum bergelut di crossfit, dulunya Taufan adalah penggemar fitness. Ia bosan dengan pola latihan pada fitness sebab di gym ia hanya melakukan latihan angkat beban untuk membentuk ototnya, sedangkan staminanya tidak ikut terlatih. Dari situ, ia mulai terpincut crossfit yang mampu membentuk keduanya.
Menurut dia, sebuah sesi latihan crossfit tidak hanya mampu meningkatkan kekuatan dan stamina, tapi juga fleksibilitas, kecepatan, koordinasi, hingga kebugaran. Sasaran tersebut akan dituju dalam sebuah program yang disusun oleh crossfit box (pusat latihan crossfit).
”Dalam satu kali sesi, gerakannya bisa satu, dua, tiga atau lebih. Tergantung program yang sedang dilakukan,” katanya.
Baca juga : Olahraga Berlebih Berisiko pada Penyakit Jantung
Selain itu, hal lain yang membedakan crossfit dengan fitness, menurut dia, adalah basis komunitasnya yang kuat. Misalnya, satu kelas crossfit biasanya akan diikuti sekitar 10 orang. Dari situ, mereka bisa saling memotivasi satu sama lain untuk mencapai performa yang lebih baik.
Dalam kelas tersebut, para peserta akan melatih semua bagian tubuh yang digunakan untuk berkegiatan sehari-hari. Misalnya, gerakan squat (gerakan bangkit dari posisi duduk ke posisi berdiri) dan gerakan deadlift (gerakan mengambil barang dari lantai).
”Saat ambil barang, ada orang yang mengalami sakit pinggang. Lewat crossfit kita ajari cara yang baik dan benar,” kata Taufan.
Secara umum, gerakan-gerakan yang dikombinasikan dalam crossfit antara lain gerakan gimnastik, weightlifting atau angkat beban, dan kardio. Gerakan gimnastik misalnya adalah pull up atau muscle up, sedangkan contoh gerakan angkat beban misalnya snatch. Adapun contoh paling mudah dari gerakan kardio adalah berlari.
”Semuanya selalu dipadukan sehingga dalam satu hari, gerakannya selalu bervariasi. Biasanya dilakukan selama satu jam,” ungkap Taufan.
Saat ambil barang, ada orang yang mengalami sakit pinggang. Lewat crossfit kita ajari cara yang baik dan benar.
Menurut edukator kesehatan dan kebugaran Jansen Ongko, crossfit adalah suatu metode strength training atau angkat beban yang ditemukan oleh Greg Glassman pada tahun 2000. Program latihannya disebut WOD (Work Out of The Day) yang merupakan gabungan dari latihan kekuatan dan daya tahan. Jenis olahraga ini mengusung konsep kombinasi beragam gerakan serta dilakukan dalam durasi tertentu.
Baca juga : IndoRunners Ajak Lari 200.000 Kilometer
Persiapan sebelum latihan
Sebelum memulai gerakan pada crossfit, umumnya pelatih mengawali dengan peregangan pada otot-otot yang akan digunakan bergerak. Tujuannya, agar otot menjadi rileks. Setelah itu, dilakukan pemanasan umum untuk meningkatkan detak jantung agar pembakaran kalori lebih tinggi. Lalu dilanjutkan dengan pemanasan spesifik di bagian otot yang akan digunakan bergerak.
Pelatih juga akan mengenali tingkat kebugaran setiap peserta, terutama bagi peserta baru, sebelum latihan dimulai. Pelatih berhak menanyakan kegiatan sehari-hari dan riwayat olahraga. Mereka akan mendapatkan sesi khusus jika dirasa belum mampu mengikuti ritme peserta lain.
Pusat latihan crossfit biasanya menyediakan dua tipe latihan, yakni latihan untuk pemula dan ahli. Pemula akan lebih banyak diajarkan teknik ketimbang angkat beban. Sebab, teknik menjadi modal penting untuk menghindari cedera.
”Disarankan melakukan crossfit tiga kali seminggu. Tapi tergantung orangnya. Mereka yang suka bisa melakukan lima kali seminggu,” ujar Taufan.
Baca juga : Babak Baru Maraton Indonesia
Menurut dia, kebanyakan orang tertarik mengikuti kelas crossfit karena ingin menurunkan berat badan. Alasan selanjutnya adalah melatih kebugaran. Taufan menilai, crossfit dapat mengurangi berat badan asalkan diimbangi pola makan yang sehat.
Jansen Ongko menilai, crossfit tidak berbahaya asalkan dilakukan dengan benar serta dipandu pelatih yang baik. Masyarakat perlu memastikan pusat latihan crossfit yang dipilih menggunakan jasa pelatih yang tersertifikasi dan memiliki latar belakang baik soal kebugaran.
”Kalau ingin bergabung dalam kelas crossfit, pilihlah tempat yang sudah terafiliasi dengan database crossfit internasional. Karena mereka akan mengedepankan prinsip dasar dan fundamental dalam latihannya,” katanya.
Baca juga : 50 Polisi Gemuk Mengikuti Program Diet
Kenali tingkat kebugaran tubuh
Dokter spesialis olahraga Michael Triangto menilai, crossfit aman dilakukan asalkan tidak melampaui batas-batas kemampuan tubuh dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Adapun, sebelum melakukan crossfit, hendaknya masyarakat mengenali kondisi kesehatannya masing-masing.
Menurut dia, batas kemampuan diri bisa dikenali secara mandiri dengan berbagai cara. Misalnya, jika setelah latihan fisik tubuh terasa sakit, tidak boleh dipaksakan. Tubuh membutuhkan istirahat.
Tanda lain juga bisa dikenali melalui jam tidur. Apabila seseorang yang biasanya tidur 6 jam kemudian berubah menjadi 7 jam setelah berolahraga, artinya ia kelelahan.
Kalau ingin bergabung dalam kelas crossfit, pilihlah tempat yang sudah terafiliasi dengan database crossfit internasional. Karena mereka akan mengedepankan prinsip dasar dan fundamental dalam latihannya.
Denyut nadi juga bisa dijadikan tolok ukur. Titik-titik denyut nadi tersebut, misalnya, di pergelangan tangan dan bawah dagu. Seseorang dapat mengecek denyut nadi rata-rata per menit setiap bangun tidur. Jika rata-rata denyut nadi 60 per menit, tetapi suatu waktu berubah menjadi 80 per menit, bisa jadi ia melakukan aktivitas yang berlebihan.
”Hal ini bisa terjadi karena kecapekan atau keluar keringat lebih banyak ketimbang asupan cairan. Akibatnya, terjadi dehidrasi dan denyut nadi lebih cepat,” katanya.
Baca juga : Celah Evolusi ”Si Merah”
Jansen Ongko menambahkan, masyarakat harus mengenali tingkat kebugaran dirinya masing-masing dengan cara berkonsultasi dengan pelatih. Menurut dia, sering kali orang merasa fit dan bugar, padahal sebenarnya kurang istirahat. Kebanyakan kasus cedera terjadi karena orang hanya melihat contoh gerakan dari media sosial.
”Lari, misalnya, terlihat simpel. Akan tetapi, sebenarnya ada teknik tertentu yang dapat menghindarkan pelari dari cedera,” katanya.
Menurut Jansen, masyarakat ataupun pelatih memiliki cara sederhana dalam mengukur intensitas latihan crossfit melalui tes berbicara. Jika peserta ngos-ngosan atau terengah-engah saat diajak berbicara, hal itu menandakan intensitas latihan yang diberikan terlalu tinggi.
”Ini yang paling mudah dan dapat dikenali langsung saat latihan. Tidak perlu pakai alat apa pun dan bisa diterapkan pada olahraga apa pun,” ujarnya.