Untuk membantu masyarakat sekitar pesantren yang tak memiliki akses pinjaman kepada bank konvensional, bank wakaf mikro membuka peluang pembiayaan mikro. Hingga kini, terdapat 56 bank wakaf mikro di seluruh Indonesia
Oleh
Nina Susilo dan Ismail Zakaria
·3 menit baca
LOMBOK TENGAH, KOMPAS — Bank wakaf mikro yang dikembangkan di pesantren-pesantren membuka akses pembiayaan untuk usaha mikro dan kecil. Masyarakat diharapkan bisa semakin berdaya. Untuk pengembangan bank wakaf mikro, tidak hanya donasi yang diandalkan, tetapi diharapkan juga dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) BUMN-BUMN.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan, pengembangan bank wakaf mikro (BWM) adalah salah satu komitmen pemerintah untuk memberikan kemudahan berusaha melalui permodalan dari lembaga keuangan mikro. Usaha-usaha kecil dan mikro bisa berkembang dengan bantuan pembiayaan tanpa agunan, tanpa bunga, serta menggunakan prinsip syariah ini.
”Kita akan mendorong CSR BUMN untuk membentuk BWM. Ini sudah dalam pembicaraan,” kata Wapres Amin kepada wartawan seusai meresmikan Bank Wakaf Mikro Ahmaf Taqiuddin Mansur (Atqia) di Pondok Pesantren NU Al-Manshuriyah Ta’limusshibyan di Sangkong Bonder, Praya Barat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (20/2/2020). Dalam acara ini, Wapres Amin didampingi Nyonya Wury, Gubernur NTB Zulkieflimansyah, dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso. Seusai peresmian, Wapres Amin dan Nyonya Wury pun sempat mengamati produk-produk usaha kecil dan mikro nasabah BWM Atqia.
Bank Wakaf Mikro Atqia menjadi yang pertama di wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Di Indonesia, saat ini sudah terbentuk 56 bank wakaf mikro. Tahun 2020 ini, kata Wimboh, ditargetkan setidaknya terbentuk 50 bank wakaf mikro lagi.
Pembentukan bank-bank wakaf mikro, menurut Wapres Amin, diharapkan bisa lebih cepat. Sebab, lembaga keuangan mikro ini sekaligus menjadi jembatan bagi pengusaha mikro dan kecil untuk ”naik kelas”.
Selain itu, pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang melahirkan kiai dan ulama, tetapi juga menguatkan dan memberdayakan umat di sektor ekonomi. Dengan demikian, bank wakaf mikro bisa menghilangkan kemiskinan dan menghasilkan generasi yang sehat, cukup gizi dan pendidikan.
Wimboh menambahkan, bank wakaf mikro diharapkan mampu menyentuh umat yang lebih banyak, tetapi berpendapatan rendah dan umumnya tak memiliki akses pada pembiayaan perbankan. Saat ini, modal bank wakaf mikro diperoleh dari donasi berbagai kalangan seperti masyarakat dan korporat. BWM Atqia misalnya didukung Astra International.
Ke depan, nasabah BWM perlu terus didukung dan berkoordinasi dengan kementerian/lembaga yang ada. Dengan demikian, bisa ditingkatkan kualitas kemasan, juga bisa didatangkan pembeli, serta sarana pendukungnya.
Ketua Yayasan Ponpes NU Al-Manshuriyah Ta’limusshibyan Baiq Mulianah mengatakan, sejak Bank Wakaf Mikro Atqia beroperasi pada Juni 2019, sudah ada 355 nasabah. Dari bank wakaf mikro ini, masyarakat sekitar pesantren merasakan manfaat, di antaranya bisa mendapat pinjaman tanpa agunan dan bunga. Semua nasabah pun selalu mengembalikan cicilan di setiap halaqah mingguan.
”Setorannya lancar, halmi (halaqah mingguan)-nya lancar. Halmi juga membangun keguyuban di masyarakat dan sekarang ini mulai terbangun kesadaran untuk memberi infak di setiap pertemuan,” kata Mulianah yang juga Ketua Pengurus Bank Wakaf Atqia.