Harga Bawang Putih Meroket, Momentum Dorong Produksi Lokal
›
Harga Bawang Putih Meroket,...
Iklan
Harga Bawang Putih Meroket, Momentum Dorong Produksi Lokal
Harga bawang putih masih bertengger di Rp 60.000 per kilogram sejak dua minggu terakhir. Meski mahal, bawang putih tetap diburu oleh masyarakat Indonesia untuk menyempurnakan rasa masakan yang dihidangkan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Bawang putih sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam mengolah masakan demi menyajikan cita rasa terbaik bagi keluarga. Namun, dalam sebulan terakhir, masyarakat menjerit akibat tingginya harga bawang putih di pasaran.
Ita (30) menanyakan harga bawang putih kepada penjual di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (19/2/2020). ”Harganya sekarang berapa, Pak?” tanya Ita. Penjual menjawab, harga bawang Rp 60.000 per kilogram (kg).
Harga tersebut tentu relatif tinggi sebab harga normalnya sekitar Rp 35.000 per kg. Tingginya harga bawang putih membuat Ita tak membeli sebanyak biasanya. Jika biasanya ia menghabiskan 1 kg bawang putih per minggu, sekarang hanya 3 ons per minggu.
”Meski harganya mahal, bawang putih itu, kan, bumbu pokok. Jadi, harus tetap ada walau jumlahnya dikurangi. Kalau enggak ada (bawang putih), masakan jadi enggak enak,” kata Ita.
Melonjaknya harga bawang putih hingga Rp 60.000 per kg terjadi karena berkurangnya stok di pasaran. Sesuai hukum pasar, harga akan naik jika pasokannya berkurang. Merebaknya virus korona di China membuat impor bawang putih Indonesia dari China menjadi terganggu. Banyak importir Indonesia mengurangi impor bawang putih dari China akibat wabah virus yang belum ada obatnya tersebut.
Selama ini, Indonesia memang bergantung pada bawang putih impor, terutama dari China. Dari total kebutuhan bawang putih sekitar 500.000 ton per tahun, sekitar 90 persen harus dipasok dari impor. Artinya, hanya sebagian kecil yang bisa dipenuhi dari dalam negeri.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, akibat wabah korona, volume impor bawang putih sepanjang Januari 2020 hanya 1.508 ton, turun 98 persen dibandingkan dengan impor Desember 2019 yang mencapai 106.894 ton.
Pantauan di Pasar Palmerah, Tanah Abang, Jakarta Pusat, harga bawang putih berkisar Rp 50.000 sampai Rp 60.000 per kg. Dua minggu lalu, harga bawang putih di pasar ini sempat menyentuh Rp 70.000 per kg.
Yanti (32), pedagang di Pasar Palmerah, mengatakan, sudah sekitar dua hingga tiga minggu harga bawang putih, baik kating maupun bulat, melonjak. Harga bawang putih kating dari pedagang besar yang biasanya hanya Rp 28.000 per kg sekarang menjadi Rp 47.000 per kg. Dampaknya, harga di tingkat ritel di pasar Palmerah pun melonjak hingga Rp 70.000 per kg.
Sementara harga bawang putih bulat di tingkat pedagang besar melonjak menjadi Rp 35.000 per kg dari yang biasanya Rp 23.000 per kg. Harga jual bawang putih bulat di tingkat eceran pun terkerek menjadi Rp 50.000 per kg.
”Saya sekarang juga enggak berani stok banyak. Biasanya saya stok sampai 15 kg (bawang putih) karena dua hari bisa habis. Tapi, kalau harga lagi tinggi kayak sekarang, paling saya stok 5 kg, itu juga seminggu belum kejual semua,” kata Yanti.
Suharti (77), pedagang di Pasar Mayestik, mengatakan, dirinya menjual bawang putih dengan harga Rp 60.000 hingga Rp 70.000 per kg. ”Kalau kata orang-orang di Pasar Induk Kramat Jati, sih, katanya karena ada virus korona sehingga impor terbatas, harga jadi tinggi,” ujarnya.
Berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta, harga rata-rata bawang putih se-DKI Jakarta Rp 48.106 per kg. Harga terendah berada di Pasar Jembatan Lima, yakni Rp 35.000 per kg, sementara harga tertinggi berada di Pasar Anyer Bahari yang mencapai Rp 60.000 per kg.
Kenaikan harga setidaknya tercatat dimulai sejak 1 Februari dengan harga rata-rata Rp 37.000 per kg. Harga kemudian meningkat dan menyentuh Rp 50.000 per kg pada 6 Februari.
Tak hanya bawang putih, harga bawang bombai pun ikut naik. Enah (45), pedagang di Pasar Mayestik, menyampaikan, harga bawang bombai dalam seminggu terakhir meningkat dari Rp 45.000 menjadi Rp 50.000 per kg.
Wabah korona juga memengaruhi penjualan sejumlah komoditas buah-buahan. Jeruk lokal, yang sebelumnya kalah bersaing dengan jeruk impor ponkam dari China, kini mulai diburu orang.
”Sekarang lebih banyak jual jeruk lokal saja, harganya Rp 25.000 per kg,” kata Sunaryo (38), pedagang buah di Palmerah.
Momentum
Selama ini bawang putih yang diproduksi petani lokal kalah bersaing dengan bawang putih impor dari China. China dapat memproduksi bawang putih secara besar-besaran sehingga harganya relatif lebih murah. Sementara petani lokal kesulitan memproduksi bawang putih dalam jumlah besar karena keterbatasan lahan dan modal.
Berkurangnya serbuan bawang putih impor dari China akibat wabah korona sebenarnya menjadi momentum untuk mendorong produksi bawang putih di dalam negeri. Pemerintah bisa memberikan intensif agar petani kembali bersemangat menanam bawang putih dengan kualitas yang baik.