PT PLN Aliri Listrik ke TN Alas Purwo dan Sukamade
›
PT PLN Aliri Listrik ke TN...
Iklan
PT PLN Aliri Listrik ke TN Alas Purwo dan Sukamade
Pengaliran listrik di Taman Nasional Alas Purwo dan Sukamade melengkapi pengaliran listrik di obyek-obyek wisata andalan Banyuwangi.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — PT PLN Distribusi Jawa Timur mengalirkan listrik untuk kawasan Alas Purwo dan Merubetiri. Dua kawasan itu berada di Taman Nasional di Banyuwangi, Jawa Timur, tetapi memiliki potensi wisata dan dihuni ratusan penduduk.
Pengaliran listrik di Taman Nasional Alas Purwo dan Sukamade (Merubetiri) melengkapi pengaliran listrik di obyek-obyek wisata andalan Banyuwangi. Sebelumnya, PT PLN Distribusi Jawa Timur juga telah mengaliri listrik hingga Paltuding yang menjadi titik awal pendakian ke kawah Gunung Ijen.
”Untuk mengaliri listrik di Taman Nasional Alas Purwo, kami harus menarik kabel sepanjang 26 kilometer. Sementara untuk melayani 300 pelanggan di Sukamade, PT PLN harus menarik kabel sejauh 12 kilometer. Ini semua kami lakukan untuk mendukung pariwisata dan kesejahteraan masyarakat Banyuwangi,” ujar General Manager PT PLN Distribusi Jawa Timur Bob Saril saat Peresmian Listrik di Taman Nasional Alas Purwo dan Desa Sukamade, Banyuwangi, Rabu (19/2/2020).
Bob menjelaskan, pemasangan jaringan listrik per 1 km menghabiskan biaya Rp 400 juta per km. Itu artinya dibutuhkan minimal biaya Rp 4,8 miliar hanya untuk melayani 300 pelanggan di Sukamade. Menurut Bob, hal itu merupakan bagian dari fungsi sosial yang dikembangkan PT PLN sebagai sebuah BUMN.
Kepala Taman Nasional Alas Purwo Nuryadi mengatakan, keberadaan listrik tidak akan berdampak pada satwa karena daerah yang dialiri listrik merupakan daerah untuk pemanfaatan wisata. Adapun satwa liar banteng dan merak yang menjadi satwa khas TN Alas Purwo ada di zona inti.
Menurut Nuryadi, pengaliran listrik justru dapat mendukung pariwisata dan pengembangbiakan satwa. Salah satu dampak yang terasa ialah ditekannya biaya energi yang selama ini digunakan untuk memasok listrik dari generator set (genset).
”Dalam setahun kami bisa menghabiskan biaya hingga Rp 150 juta untuk kebutuhan energi listrik. Dengan adanya listrik, kami bisa menghemat antara 60 persen dan 80 persen,” ujar Nuryadi.
Kebutuhan listrik di TN Alas Purwo digunakan untuk operasional sejumlah pos pantau dan menghidupkan kamera-kamera pemantau yang mengawasi aktivitas satwa. Selama ini, listrik sejumlah alat elektronik dipasok menggunakan genset. Akibat listrik yang tidak stabil dari genset, sejumlah alat elektronik kerap rusak. Adanya listrik diharapkan juga membuat biaya pembelian dan perawatan alat elektronik dapat ditekan.
Baca juga: Terkendala Geografis, Elektrifikasi Jawa Timur Masih 99,29 Persen
Sementara itu, Kepala Resor Sukamade Taman Nasional Merubetiri Safrudin mengatakan, penyaluran listrik untuk 300 warga Sukamade yang berada dalam kawasan TN Merubetiri membawa dampak positif dan negatif.
”Positifnya, akses dan kebutuhan terkait kelistrikan semakin lancar. Namun, bila akses semakin mudah, dampak negatifnya ialah pelanggaran semakin mudah dan banyak,” ujar Safrudin.
Adanya listrik di Sukamade yang selama ini menjadi tempat konservasi dan tempat penyu bertelur akan mengganggu aktivitas penyu dan satwa lainnya. Safrudin mengatakan, adanya listrik yang akan mendorong penggunaan lampu dan suara-suara dari berbagai alat elektronik dikhawatirkan akan membuat banteng dan kijang semakin susah dijumpai. Satwa-satwa yang tidak terbiasa dengan paparan suara dan cahaya lampu akan semakin masuk ke dalam hutan.
Selama ini, akses listrik di Sukamade sangat terbatas. Petugas dari TN Merubetiri dan warga harus berbagi listrik dari pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 10.000 watt. Saat panas matahari cukup, listrik menyala dari pukul 18.00 hingga 06.00 pagi, sedangkan saat mendung hanya menyala hingga pukul 20.00.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik upaya PT PLN Distribusi Jawa Timur yang mengaliri listrik di daerah-daerah wisata. Ia berharap wisata di taman-taman nasional lebih mudah diakses karena fasilitas yang lebih lengkap tanpa menjadikannya wisata yang masif.
”Kekhasan taman nasional sebagai sebuah hutan tetap harus terjaga. Jangan sampai taman nasional justru jadi mass tourism yang ingar-bingar. Selain akan menganggu satwa, suasana ketenangan hutan yang memang dicari oleh sejumlah wisatawan justru akan rusak,” ucapnya.