Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi masuknya virus Covid-19 di daerah tersebut. Salah satunya dengan mengobservasi mahasiswa yang kuliah di China.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi masuknya virus korona tipe baru atau virus Covid-19 di daerah tersebut. Salah satunya dengan mengobservasi mahasiswa yang berkuliah dan baru pulang dari China dan wisatawan asal China. Sejauh ini, tidak ditemukan adanya gejala-gejala virus korona pada 33 orang yang diobservasi.
Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB dr I Nyoman Wijaya Kusuma di Mataram, Jumat (21/2/2020), mengatakan, observasi dilakukan di salah satu ruangan di lantai empat Gedung Graha Mandalika di kompleks RSUD Provinsi NTB.
”Selama merebaknya virus korona, kami sudah mengobservasi 33 orang yang terdiri atas 29 warga Indonesia, terutama mahasiswa (yang baru pulang dari China) ditambah empat warga China. Warga China tersebut kebetulan anaknya sedang kami rawat di sini (karena suhu tubuhnya di atas 38 derajat celsius),” kata Nyoman.
Menurut Nyoman, sesuai standar operasional prosedur, observasi berlangsung selama 14 hari yang merupakan masa inkubasi sejak terinfeksi hingga munculnya gejala.
Selama merebaknya virus korona, kami sudah mengobservasi 33 orang yang terdiri atas 29 warga Indonesia, terutama mahasiswa (yang baru pulang dari China) ditambah empat warga China. Warga China tersebut kebetulan anaknya sedang kami rawat di sini.
Nyoman menambahkan, selama observasi, dilakukan pengecekan suhu tubuh. Langkah itu dinilai paling sederhana atau paling cepat untuk mengetahui seseorang tertular virus korona.
”Suhu tubuh mereka kami pantau tiga kali dalam sehari, yakni pagi, siang, dan sore. Tidak ada gejala atau tanda-tanda. Selama masa observasi, suhu mereka 36-37 derajat celsius,” katanya sembari menambahkan, setelah menyelesaikan observasi dan dinyatakan sehat, 33 orang tersebut diperbolehkan pulang.
”Selama observasi, mereka sehat. Jadi kami meyakini dan sudah buktikan bahwa mereka tidak terinfeksi sedikit pun. Mereka sehat dan sudah menjadi warga seperti kita. Mereka bisa berkumpul dengan keluarga, masyarakat dan tak perlu dikhawatirkan lagi. Kalau nanti batuk atau panas, bukan karena yang dibawa dari China,” kata Nyoman.
https://youtu.be/b9BSEMIi8pE
Pemulangan dilakukan secara bertahap. Terakhir dilakukan pada Jumat pagi, yakni dua mahasiswa masing-masing asal Sumbawa atas nama Bayu Putra Sagita asal Sumbawa dan Media Arifiani asal Lombok Tengah.
Bayu saat ini berkuliah di Nanjing University of Science and Technology Jurusan Software Engineering, sedangkan Media di Jurusan Farmasi di Yangzhou University. Dua mahasiswa yang mengambil S1 itu baru duduk di semester satu.
Pantauan Kompas, Bayu dan Media keluar dari ruang observasi di Graha Mandalika sekitar pukul 10.00 Wita. Mereka ditemui langsung oleh perwakilan RSUD Provinsi NTB dan Dinas Kesehatan NTB.
Surat pengantar
Setelah mendapat pemaparan singkat tentang hasil observasi, mereka kemudian menerima surat pengantar berisi hasil observasi. Sekitar pukul 10.30 Wita, mereka diperbolehkan meninggalkan Graha Mandalika untuk selanjutnya kembali ke rumah masing-masing.
”Saya merasa senang karena bisa kembali berkumpul dengan keluarga. Saya memang memutuskan pulang karena sedang liburan musim dingin dan situasi di sana (China) juga sedang tidak kondusif,” kata Media.
Bayu menambahkan, ia memutuskan pulang selain karena khawatir, juga atas permintaan orangtua. ”Selama di sana, kami juga tidak diperbolehkan keluar. Aktivitas seluruhnya di dalam kampus. Fasilitas dan barang-barang yang harus dibeli juga disediakan,” kata Bayu.
Terkait kapan akan kembali ke China, baik Media maupun Bayu menyatakan menunggu informasi dari kampus masing-masing. Hanya, agar tidak ketinggalan perkuliahan, mereka sudah mengikuti program kuliah secara daring (online).