Daya Beli Masyarakat Pengaruhi Pertumbuhan Kredit Konsumer
›
Daya Beli Masyarakat Pengaruhi...
Iklan
Daya Beli Masyarakat Pengaruhi Pertumbuhan Kredit Konsumer
Kenaikan harga produk dan bahan baku akan berdampak pada harga di tingkat konsumen dan laju inflasi. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun dan berimbas pada melemahnya pertumbuhan penyaluran kredit konsumer.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Dampak rambatan wabah virus Covid-19 secara tidak langsung berpotensi memengaruhi penurunan daya beli masyarakat. Penurunan daya beli itu akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit konsumer perbankan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk BCA Jahja Setiaatmadja memperkirakan pertumbuhan kredit konsumer pada tahun ini masih lemah. ”Ini karena dampak tidak langsung dari penyebaran virus Covid-19 terhadap daya beli masyarakat,” katanya saat ditemui di sela-sela BCA Expoversary yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten, Jumat (21/2/2020).
Direktur BCA Santoso menambahkan, penyebaran virus Covid-19 dari Wuhan, China, membuat aktivitas perindustrian di sejumlah daerah di negara tersebut terhenti hingga saat ini. Jika pasokan produk dan bahan baku dari China terhenti, harganya bisa meningkat.
Kenaikan harga produk dan bahan baku itu akan berdampak pada harga di tingkat konsumen dan laju inflasi. ”Akibatnya, daya beli masyarakat menurun dan berimbas pada melemahnya pertumbuhan penyaluran kredit konsumer,” katanya.
Kenaikan harga produk dan bahan baku itu akan berdampak pada harga di tingkat konsumen dan laju inflasi. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun dan berimbas pada melemahnya pertumbuhan penyaluran kredit konsumer.
Kendati begitu, Santoso optimistis, kredit pemilikan rumah (KPR) dapat menjadi tumpuan pertumbuhan kredit konsumer di tengah situasi tersebut. Secara konservatif, KPR sepanjang 2020 dapat tumbuh 5-10 persen, sedangkan perkiraan optimistisnya berada di rentang 10-15 persen.
Sepanjang 2019, kredit konsumer BCA tumbuh 4,3 persen menjadi Rp 158,3 triliun. Dari kelompok kredit konsumer itu, pertumbuhan KPR sebesar 6,5 persen menjadi Rp 94,6 triliun pada 2019.
”Untuk mendorong pertumbuhan KPR, BCA akan fokus menyasar fasilitas kredit untuk rumah di rentang harga Rp 300 juta-Rp 1 miliar. Masih ada potensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di tingkat menengah ke bawah,” kata Santoso.
Kebutuhan dasar
EVP Consumer Loans PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Ignatius Susatyo mengatakan, penyaluran KPR Bank Mandiri akan fokus pada segmen pekerja yang mencari rumah dengan harga di bawah Rp 500 juta. Faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah rumah merupakan kebutuhan dasar masyarakat.
”Kami optimistis penyaluran KPR dapat tumbuh 8-10 persen pada tahun ini,” ujarnya.
Dengan segmen tersebut, Susatyo menjelaskan, Bank Mandiri akan menyasar pembeli rumah sebagai hunian pertama, bukan investasi. Salah satu strateginya dengan menawarkan promosi KPR ke karyawan yang bekerja di mitra-mitra korporasi Bank Mandiri.
Bank Mandiri akan menyasar pembeli rumah sebagai hunian pertama, bukan investasi.
Bank Mandiri mencatat, penyaluran kredit konsumer pada 2019 mencapai Rp 94,3 triliun atau tumbuh 7,9 persen secara tahunan. Sementara penyaluran KPR-nya mencapai Rp 44,3 triliun, tumbuh 2,8 persen dari tahun lalu.
Sementara Direktur Finance, Treasury, and Strategy PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Nixon LP Napitupulu mengatakan, BTN menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10 persen pada tahun ini. Pertumbuhan terbesarnya masih di KPR.
Berdasarkan laporan keuangan BTN, pada 2019 total kredit yang telah disalurkan BTN sebesar Rp 255,8 triliun atau tumbuh 7,36 persen. Penyaluran kredit itu didominasi sektor kredit untuk hunian, yaitu sebesar Rp 229,2 triliun, tumbuh sebesar 7,32 persen secara tahunan.
Tak signifikan
Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus mengemukakan, dampak perekonomian dari penyebaran virus Covid-19 tak signifikan pada sektor properti Indonesia. Hal ini disebabkan pemain di sektor properti nasional mayoritas berasal dari dalam negeri.
Namun, sektor pariwisata dan hospitality Indonesia akan melemah sementara karena berkurangnya wisatawan mancanegara. Daerah yang rentan terhadap penurunan okupansi hotel adalah Bali, Lombok, dan Batam.
Susatyo memperkirakan penyebaran Covid-19 berdampak langsung pada pariwisata. Pelemahan sektor pariwisata itu berpotensi terjadi di daerah Bali, Manado, dan Batam.