China memerlukan negara-negara Asia Tenggara. Demikian pula sebaliknya. Maka, kerja sama dan saling pengertian di antara kedua belah pihak harus selalu dijaga.
Pertemuan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dengan menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara, di Laos, Kamis (20/2/2020), menarik perhatian. Hal pertama yang membuatnya menarik ialah perhelatan itu bertujuan untuk membahas penyebaran virus korona baru beserta dampak dan penanganannya. Mengingat penyebaran virus di luar China terjadi kurang dari dua bulan silam, berarti persiapan pertemuan itu dilakukan hanya dalam waktu singkat. Dukungan Beijing terhadap penyelenggaraan pertemuan di Laos, yang merupakan mitra dekat China, tentu tidak kecil.
Kedua, pertemuan itu menyuarakan dukungan anggota ASEAN terhadap China dalam menanggulangi penyebaran virus korona baru. Dengan kata lain, pertemuan disiapkan untuk membuktikan kuatnya solidaritas negara-negara Asia Tenggara terhadap China. Pesan yang kemudian muncul ialah Beijing tidak sendirian memerangi virus korona baru. Negara-negara Asia Tenggara menghargai dan mendukung apa yang dilakukan China.
Ketiga, dalam pertemuan itu, Wang berusaha memberikan kepastian kepada negara-negara Asia Tenggara bahwa dampak ekonomi akibat penyebaran virus korona baru akan tertangani. Ia mengakui, penyebaran virus korona baru menyebabkan situasi tak menggembirakan. Wabah Covid-19 yang dipicu virus korona baru menekan permintaan, menghambat aktivitas industri, dan mengganggu kegiatan transportasi serta bongkar muat di pelabuhan. Meski demikian, Wang yakin daya tahan China akan membuat perekonomian negara itu kembali berjalan sesuai dengan rencana yang sudah disusun.
Seperti diberitakan harian ini, China merupakan mitra dagang terbesar ASEAN. Adapun bagi China, keseluruhan negara Asia Tenggara menjadi mitra dagang terbesar kedua. Artinya, kedua belah pihak saling membutuhkan. Perlambatan aktivitas perekonomian China berdampak buruk terhadap ASEAN. Di sisi lain, gangguan terhadap perekonomian negara-negara Asia Tenggara bakal memberikan pengaruh negatif bagi China.
Di samping menyentuh bidang ekonomi, wabah Covid-19 juga memberikan tantangan dalam hubungan luar negeri. Sejumlah negara di Asia Tenggara menutup penerbangan dari dan menuju China. Ada pula negara Asia Tenggara yang mengeluarkan imbauan perjalanan agar warga mereka tidak bepergian ke China, pusat penyebaran virus korona baru. Jika tidak dikomunikasikan dengan baik, penutupan penerbangan dan imbauan perjalanan semacam itu bisa menjadi awal dari terciptanya relasi tidak harmonis antarnegara.
Wabah Covid-19 masih berlangsung dan penanganannya terus dilakukan oleh sejumlah negara. Dalam situasi ini, kerja sama dan saling pengertian antarnegara harus selalu dijaga, bahkan ditingkatkan.