Strategi Jitu ”Lompatan Kelinci” Tekfin Salurkan Kredit
Bak seekor kelinci, perusahaan rintisan (”start up”) teknologi finansial (tekfin) melompat-lompat lincah merangkul nasabah. Itulah strategi jitu ”lompatan kelinci” tekfin untuk terus mengembangkan inklusi keuangan.
Perusahaan teknologi finansial di Indonesia semakin lincah berinovasi. Terlepas dari pro dan kontra yang menyelimutinya, kehadiran perusahaan teknologi finansial terbukti mampu memperluas akses inklusi keuangan dengan cara-cara yang tidak biasa.
Bak seekor kelinci, perusahaan rintisan (start up) teknologi finansial (tekfin) melompat-lompat lincah merangkul nasabah. Itulah strategi jitu ”lompatan kelinci” tekfin untuk terus mengembangkan inklusi keuangan.
Survei nasional literasi keuangan yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019 menunjukkan, indeks literasi keuangan baru 38,03 persen, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 76,19 persen. Kedua indeks itu membaik dibandingkan dengan 2016.
CEO Kredit Pintar Wisely Wijaya mengatakan, banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang tidak terjamah layanan perbankan. Mereka berulang kali mengajukan pinjaman ke bank, tetapi ditolak. Penyebab utamanya ada dua, karena mereka tidak memiliki agunan atau riwayat pinjaman tidak mencukupi.
Masalah itu terbaca oleh pelaku usaha teknologi finansial. Awal berdiri dua tahun lalu, Kredit Pintar menawarkan pinjaman bagi UMKM sebesar Rp 500.000 dengan tenor 2 minggu. Debitor dengan riwayat pinjaman baik kini mendapat pinjaman hingga Rp 12 juta dengan tenor 12 bulan. Bunga pinjaman 2 persen per bulan.
”Teknologi finansial membuka pintu akses layanan keuangan ke semua lapisan masyarakat,” ujar Wisely.
Teknologi finansial membuka pintu akses layanan keuangan ke semua lapisan masyarakat.
Berdasarkan data OJK, ada 164 penyedia pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi berstatus terdaftar/berizin per 26 Desember 2019.
Beberapa penyedia pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi di Indonesia berkolaborasi dengan bank, terutama berkaitan dengan penerusan kredit. Di antara penyedia bahkan sudah membuka diri kolaborasi, seperti Kredit Pintar.
Menurut Wisely, derap langkah inovasi yang dilakukan perusahaan teknologi finansial cukup cepat dalam dua tahun terakhir. Basis data nasabah terus diperbaiki guna memetakan profil risiko secara lebih presisi. Akses terhadap kredit juga diperluas sesuai kebutuhan masyarakat.
”Bukan tidak mungkin akan ada kredit pemilikan rumah (KPR) dengan bunga hanya 2-5 persen dari perusahaan teknologi finansial,” ujar Wisely.
Bukan tidak mungkin akan ada KPR dengan bunga hanya 2-5 persen dari perusahaan teknologi finansial.
Kredit Pintar telah berstatus sebagai perusahaan berizin. Perusahaan ini telah bekerja sama dengan perbankan, mulai dari bank umum kegiatan usaha (BUKU) I hingga BUKU IV. Kerja sama itu antara lain dalam bentuk penerusan kredit, baik untuk sektor produktif maupun nonproduktif, saluran pembayaran, dan manajemen kekayaan.
Baca juga : Arah dan Tantangan Industri Tekfin
Pinjaman karyawan
Berbeda dengan Kredit Pintar, Danakini secara spesifik menawarkan pinjaman dana tunai untuk karyawan. Chief Marketing Officer Hevy Agustina menuturkan, awalnya Danakini hanya memberikan pinjaman bagi internal karyawan dari Kawan Lama Group yang bergerak di bidang ritel, properti, serta makanan dan minuman.
”Sejak 2,5 tahun lalu kami melebarkan sayap untuk memberikan pinjaman ke karyawan di luar grup perusahaan,” kata Hevy.
Danakini menawarkan pinjaman bunga rendah untuk karyawan. Plafon pinjaman minimal Rp 3 juta dan maksimal lebih dari Rp 100 juta. Bunga pinjaman sifatnya tetap mulai dari 1 persen per bulan tergantung level plafon pinjaman, yang terbagi dalam level 1-5.
Hingga saat ini jumlah akumulasi pinjaman sejak Danakini berdiri mencapai Rp 451,72 miliar. Jumlah peminjam individu aktif 30.149 orang dan peminjam institusi 15 perusahaan.
Berdasarkan Statistik Fintech Lending OJK per 31 Desember 2019, ada 60,41 juta pemilik rekening penerima pinjaman dan 605.935 pemilik rekening pemberi pinjaman.
Akumulasi pinjaman per 31 Desember 2019 sebesar Rp 81,87 triliun. Adapun pinjaman yang masih ada di tangan peminjam sekitar Rp 13,15 triliun. Jumlah pinjaman tersebut diperkirakan tumbuh pesat untuk menjangkau 145 juta pengguna telepon pintar (53,0 persen penduduk) di Indonesia.
Perkembangan tekfin pinjaman tersebut tak lepas dari tingginya kebutuhan pembiayaan yang mencapai Rp 1.600 triliun. Sementara kemampuan industri jasa keuangan konvensional hanya sekitar Rp 600 triliun yang berarti ada selisih Rp 1.000 triliun.
Baca juga : Dua Sisi Teknologi Finansial Pinjaman
Laporan riset Google, Temasek Holdings Pte, dan Bain & Co berjudul ”e-Economy SEA 2019” menyebutkan, dari sekitar 400 juta orang dewasa di Asia Tenggara, hanya 104 juta orang yang sudah menikmati akses penuh layanan finansial. Sekitar 98 juta orang lainnya tergolong underbanked atau punya rekening bank, tetapi tak punya cukup akses ke kredit, investasi, dan asuransi.
Sebanyak 198 juta orang lainnya unbanked atau tak punya rekening bank. Jutaan perusahaan kecil dan menengah masuk kelompok ini dan menghadapi kesenjangan pendanaan (Kompas, 4/1/2020).
Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia Kuseryansyah mengatakan, perusahaan teknologi finansial kini jadi perbincangan berbagai kalangan. Karyawan memperbincangkan tentang pinjaman, perusahaan tentang investasi, dan kampus tentang inovasinya.
”Di masa depan, perusahaan tekfin akan menjadi tulang punggung perekonomian dengan inovasi dan perkawinan teknologinya,” ujar Kuseryansyah.
Di masa depan, perusahaan tekfin akan menjadi tulang punggung perekonomian dengan inovasi dan perkawinan teknologinya.
Laporan ”e-Economy SEA 2019” memproyeksikan, lanskap tekfin masa depan tak hanya diisi oleh perusahaan yang biasanya bermain di sektor ini, seperti bank, perusahaan pengiriman uang, dan asuransi, tetapi juga perusahaan ride hailing, telekomunikasi, e-dagang, dan platform media sosial.
Mereka secara umum dapat diklasifikasikan menjadi perusahaan tekfin murni, teknologi konsumen, jasa keuangan mapan, dan produk konsumer mapan.
Baca juga : Perbankan Terlibat Makin Dalam di Perusahaan Tekfin
Pada Kamis (20/2/2020) malam, media daring Duniafintech.com memberikan penghargaan kepada 10 perusahaan teknologi finansial paling inovatif dalam enam kategori. Penghargaan itu diberikan kepada Kredit Pintar, TrueMoney, Indodax, Danakini, Xendit, AJAIB, DANA, Paper id, IndoDana, dan Honest Mining.
Hati-hati
Tekfin memang terus berkembang dengan berbagai strategi inovasi untuk menjangkau masyarakat yang belum mendapatkan akses perbankan. Kendati begitu, tekfin tetap perlu mengelola bisnisnya secara prudent atau hati-hati sesuai regulasi OJK.
Berdasarkan OJK, tingkat wanprestasi pengembalian pinjaman (TWP) 90 hari P2P lending pada Desember 2018 sebesar 1,45 persen. TWP itu meningkat menjadi 2,62 persen pada Maret 2019 dan menjadi 3,65 persen pada Desember 2019. Tahun ini, TWP tekfin diperkirakan berada di kisaran 3-5 persen.
TWP itu meningkat menjadi 2,62 persen pada Maret 2019 dan menjadi 3,65 persen pada Desember 2019. Tahun ini, TWP tekfin diperkirakan berada di kisaran 3-5 persen.
OJK menyebut, TWP tekfin meningkat karena bebarapa faktor. Dua di antaranya adalah peningkatan jumlah fraudster (identitas aspal atau identitas orang lain) sebagai peminjam dan terdapat peminjam yang melewati batas pinjaman (over debt) karena meminjamkan ke banyak nasabah daring.
Di sisi lain, masyarakat juga perlu berhati-hati memilih tekfin ketika membutuhkan pinjaman. Sebab, banyak tekfin ilegal yang menjamur dan menawarkan iming-iming menggiurkan.
Sejak 2018 hingga Januari tahun ini, Satuan Tugas Waspada Investasi OJK telah menghentikan operasional 1.494 entitas tekfin pinjaman ilegal. Kendati sudah ribuan entitas yang diblokir, aplikasi tekfin ilegal tersebut tetap banyak yang masih beroperasi.
Baca juga : Jerat Massal Tekfin Ilegal
Aplikasi tekfin ilegal menawarkan dana pinjaman dengan bunga 1-2 persen per hari atau 30-60 persen per bulan. Sebagai perbandingan, bunga dari aplikasi tekfin resmi maksimal 0,8 persen per hari atau 24 persen per bulan, sedangkan bunga perbankan berkisar 12 persen per tahun atau 1 persen per bulan.
Seekor kelinci pun tidak akan sembarangan meloncat ke berbagai tempat. Seekor kelinci juga memiliki insting berhati-hati terhadap suatu risiko di depannya. Ini berlaku tak hanya untuk tekfin, tetapi juga masyarakat calon nasabah tekfin.