Kompas Tambora Challenge akan kembali dilangsungkan pada 21-25 Juli 2020 mendatang. Persaingan untuk menjadi juara dalam lomba lari ultramaraton paling menantang di Asia Tenggara itu diprediksi bakal semakin ketat.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Persaingan di Kompas Tambora Challenge 2020 dipastikan akan semakin kompetitif. Oleh karena itu, kemampuan para pelari ultramaraton dalam mengatur strategi menjadi kunci untuk mencatatkan waktu terbaik dalam perlombaan yang menempuh jarak 320 kilometer itu.
Race Director Kompas Tambora Challenge 2020 Lexi Rohi mengungkapkan, setahun terakhir terjadi perkembangan signifikan dalam iklim ultramaraton di Indonesia, sehingga banyak hadir pelari-pelari baru. Di sisi lain, kemampuan pelari Indonesia untuk bertahan menyantap rute jarak jauh juga semakin baik.
“Kami berharap finishertahun ini akan semakin banyak. Kami memberikan sejumlah penyesuaian, seperti perlombaan dilakukan bulan Juli dan waktu permulaan lari akan dimulai jam 4 sore agar cuaca lebih dingin,” ujar Lexi dalam acara pembukaan Kompas Tambora Challenge 2020 di Jakarta, Jumat (21/2/2020).
Acara itu juga dihadiri Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah, Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk M Pambudy, serta pemegang rekor kategori individu Kompas Tambora Challenge Hendra Siswanto.
Selain pelari Indonesia, Lexi menambahkan, pihaknya akan mengundang secara khusus pelari berprestasi dari luar negeri seperti Malaysia, Filipina, Singapura, dan Jepang. Maka itu, tidak tertutup kemungkinan jumlah peserta bertambah dari batas 50 pelari yang dicanangkan panitia.
Selain waktu penyelenggaraan yang berubah, yaitu dari bulan Mei pada edisi tahun lalu menjadi 22-25 Juli 2020, Kompas Tambora Challenge 2020 juga meningkatkan batas waktu tempuh (cut off time). Untuk kategori individu dari 68 jam menjadi 64 jam, sedangkan kategori estafet (relay) menjadi 60 jam.
Menurut Hendra, para pelari harus mempersiapkan diri dengan baik, misalnya terkait panjangnya rute dan cuaca panas di Sumbawa yang bisa menyentuh 44 derajat celcius. Selain itu, strategi mengatur waktu istirahat juga menjadi kunci untuk meraih hasil maksimal. Pada perlombaan tahun lalu, Hendra mencatatkan waktu 55 jam 56 menit 26 detik.
Ninuk mengatakan, berbagai perubahan itu didasari permintaan para pelari, terutama mereka yang telah berpengalaman mengikuti kegiatan itu sebelumnya.
Perbaikan penunjang
Rute Kompas Tambora Challenge 2020 tetap sama dibandingkan tahun lalu. Para pelari akan melewati tiga kabupaten di NTB, yaitu Sumbawa, Sumbawa Barat, dan Dompu. Titik mulai lomba akan dilakukan di Lapangan Poto Tano, Sumbawa Barat, sedangkan titik akhir di Doro Ncanga yang berada tepat di kaki Gunung Tambora.
Budiman berharap Pemerintah Provinsi NTB memperbaiki sarana penunjang, terutama menghadirkan jaringan sinyal telekomunikasi dan internet di seluruh lintasan lomba. Ia menuturkan, masih terdapat blank spot atau kawasan tanpa sinyal sejak kilometer ke-280 hingga mendekati garis akhir.
Padahal, para pelari melakukan siaran langsung ketika berlari, yaitu melalui akun Instagram Kompas Tambora Challenge. Siaran langsung selama edisi lalu itu disaksikan 23.000 akun. “Kami berharap melalui Kompas Tambora Challenge, Tambora dan Sumbawa semakin dikenal tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di dunia,” katanya.
Kami berharap melalui Kompas Tambora Challenge, Tambora dan Sumbawa semakin dikenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia
Kompas Tambora Challenge 2020 menyediakan hadiah Rp 35 juta, Rp 28 juta, dan Rp 21 juta bagi tiga finisher tercepat di kategori individu. Lalu, hadiah uang tunai sebesar Rp 30 juta, Rp 25 juta, dan Rp 20 juta untuk tiga besar di kategori estafet.
Zulkieflimansyah memastikan pihaknya akan melakukan persiapan maksimal untuk menyambut para pelari, yaitu mulai dari perbaikan fasilitas penunjang seperti sinyal telekomunikasi hingga proses penyambutan oleh masyarakat yang wilayahnya dilintasi para pelari.
“Kemampuan para pelari melawan cuaca panas dan panjangnya rute telah menginspirasi masyarakat NTB bahwa setiap rintangan pasti bisa diatasi,” ucap Zulkieflimansyah.