Pameran pariwisata yang biasa ramai pada awal tahun sepi pengunjung. Wabah virus korona jenis baru yang telah menyebar ke banyak negara di luar China membuat agen perjalanan merana.
Oleh
Erika Kurnia
·4 menit baca
Foto tembok besar China kekuningan dengan latar pegunungan hijau tergambar di sebuah banner, yang terpajang di depan stan KIA Tours. Agen perjalanan, yang mengikuti pameran Astindo Travel Fair 2020, di Jakarta, itu secara gamblang mempromosikan paket perjalanan ke China.
Paket wisata 8 hari pada pertengahan tahun ke enam kota, seperti Beijing dan Shanghai, ditawarkan senilai sampai Rp 20 juta dengan cicilan 1,2 juta per bulan. Promosi itu seharusnya menarik. Namun, virus korona jenis baru membuat pengunjung, yang jumlahnya lebih sepi dari acara tahun lalu, enggan melirik.
”Promo itu sama sekali enggak mengangkat. Orang khawatir sama virus sejak merebak di Tahun Baru China, bahkan banyak tur grup dibatalkan. Mungkin kalau sudah reda baru bisa jualan lagi ke China,” kata Arya Pranata, Ticketing Manager KIA Tours, saat ditemui pada Sabtu (22/2/2020).
Tidak hanya itu, secara keseluruhan, volume penjualan paket dan tiket wisata di pameran yang terselenggara mulai Jumat, 21 Februari, hingga Minggu, 23 Februari, tersebut juga diprediksi menyusut.
Antusiasme masyarakat mencari tiket atau paket perjalanan ke luar negeri disebut jauh menurun dibandingkan tahun lalu. Penjualan tiket domestik, yang hanya memiliki porsi 10 persen dari total penjualan, juga tidak mendongkrak karena harga tiket pesawat dinilai masih mahal.
Pada pameran tahun lalu, yang juga diadakan pada Februari, tiket pesawat tujuan China, Jepang, dan Korea menjadi yang paling laku. Namun, Arya mengatakan, saat ini pengunjung lebih hati-hati mencari tiket atau paket wisata ke Asia. Ia pun berharap kondisi ini tidak lebih buruk daripada saat wabah SARS asal China terjadi pada awal 2000-an.
Travel Consultant Bayu Buana Frederica Ade, pada lokasi sama, juga mengatakan bahwa tidak ada pengunjung yang bertanya mengenai paket tur ke China. Kebanyakan pengunjung mencari promo ke destinasi lainnya, seperti Jepang, Korea, dan Benua Eropa.
Meski penjualan ke destinasi selain China dinilai akan tetap kondusif, ia memprediksi target transaksi penjualan paket wisata pada pameran tahun ini hanya stagnan sampai 50 orang (pax). ”Target transaksi kami tahun ini 50 pax. Transaksi tahun lalu target lebih kecil, tetapi tercapai lebih dari 50 pax,” katanya.
Terhentinya penjualan tiket atau paket wisata ke China bahkan ditaksir agen perjalanan Aviatour bisa menurunkan volume transaksi. Pada 2019, volume transaksi penjualan tiket dan paket wisata mereka mencapai sekitar Rp 10 miliar. Pada pameran tahun ini, volume transaksi diprediksi sulit mencapai Rp 5 miliar.
Marketing Aviatour Susanto mengatakan, hal itu dimungkinkan karena porsi penjualan paket wisata ke China di pameran tahun sebelumnya berkisar 60 persen dari total penjualan. ”Sekarang kami sebenarnya menjual paket ke China, tapi untuk bulan April ke atas. Peminat ada, tapi masih hati-hati,” katanya.
Tunda perjalanan
Salah satu pengunjung pameran, Jenny (39), mengaku masih berminat berlibur ke luar negeri. Tahun ini, ia berencana pergi bersama suami dan ketiga anaknya ke Jepang. Namun, ia merencanakan perjalanan itu pada pertengahan atau akhir tahun karena masih adanya isu wabah virus bernama Covid-19 itu.
”Kami akan berlibur pada akhir tahun saja setelah Juni atau Juli. Karena bahaya juga, kan, ngeri,” ujarnya yang selalu mengagendakan liburan bersama keluarganya setiap tahun.
Seperti Jenny, Meilin (40) juga akan menunda perjalanannya ke luar negeri, meski ia sudah mengantongi tiket pesawat ke ”Negeri Kanguru”. Dengan masih merebaknya isu virus korona, ia berencana memikirkan kembali liburan yang direncanakan pada Mei mendatang.
”Saya masih belum tahu mau berangkat atau enggak. Tapi, saya tetap menyiapkan mencari paket wisatanya karena sudah punya tiket,” kata warga Jakarta tersebut.
Seolah menjawab kekhawatiran tersebut, penyelenggara acara pameran menyediakan kupon ganti tanggal penerbangan secara gratis. Setiap hari penyelenggaraan, 500 kupon dibagikan dan berlaku untuk mereka yang membeli tiket tujuan tertentu, di antaranya Jepang, Korea, Singapura, Taiwan, dan Thailand.
Sampai Sabtu kemarin, 76.000 kasus, termasuk lebih dari 2.300 kematian, terkonfirmasi di China. Virus Covid-19 juga dilaporkan telah menyebar di 28 negara dengan 1.500 kasus terkonfirmasi. Infeksi itu muncul di negara seperti Amerika Serikat, Iran, Italia, Uni Emirat Arab, hingga Mesir sebagai negara di Afrika yang pertama terdampak.
Mengutip pemberitaan New York Times, wabah Covid-19 diproyeksikan dapat mengurangi pendapatan maskapai penerbangan global sampai 29 miliar dollar AS pada tahun ini. Sebagian besar kerugian akan dialami maskapai penerbangan di kawasan Asia Pasifik.
Potensi kerugian itu dihitung berdasarkan dampak wabah SARS asal China, yang terjadi pada awal 2000-an. Pada saat itu, sekitar 6 miliar dollar AS pendapatan tahunan maskapai penerbangan di seluruh dunia berkurang. Lalu lintas penumpang internasional butuh 9 bulan untuk pulih.
Wabah Covid-19 dapat menimbulkan dampak yang luas pada pariwisata dunia. Hal ini karena wisatawan asal China memainkan peran yang jauh lebih besar dalam perjalanan global daripada satu dekade lalu, dengan nilai pengeluaran sampai 277 miliar dollar AS pada 2018.
Hal itu merupakan konsekuensi dari pembatasan penerbangan ke China sebagai upaya pencegahan penularan virus korona jenis baru atau Covid-19. Kebijakan itu diberlakukan Pemerintah China sejak akhir Januari lalu.
Menurut data Flightradar24, sejak 23 Januari sampai 13 Februari, jumlah kedatangan dan keberangkatan harian penerbangan domestik ataupun internasional turun sebanyak 13.000 pergerakan, dari 15.072 pergerakan menjadi hanya 2.004 pergerakan penerbangan.