Banyak cara memuaskan indera pengecap. Salah satunya dengan menjajal penganan rasa bintang lima di sekitar tempat perhentian angkutan umum. Panduan dari medsos dan jejaring angkutan umum memudahkan kita mencapai tujuan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
Penganan ringan bertebaran di sepanjang jalur angkutan umum Ibu Kota. Sebagian tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menyimpan kisah di dalamnya. Tidak sukar untuk menemukannya, asal mau melipir sejenak untuk menemukannya di antara keramaian Ibu Kota.
Pengguna komuter yang turun ataupun menuju Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, bisa singgah sejenak di sebuah gerobak kaki lima. Gerobak itu berjarak kira-kira 50 meter dari stasiun.
Di gerobak itu terdapat satu dandang kukusan bertingkat. Ketika dibuka, uap segera mengepul di antara dimsum berlabel Dimsum Arsyif. Kuliner ala China ini sudah beradaptasi termasuk dari rasa yang bisa dipilih, antara lain ayam, cumi, jamur, dan udang.
Dengan cekatan, Toto (63), sang penjual, melayani pembeli. Satu porsi isi empat atau lima, satu jenis atau campur, makan di tempat atau bungkus. Begitulah kata-kata yang terucap kepada setiap pelanggan. Tersedia kecap dan saus sambal untuk membumbui dimsum sesuai selera pembeli.
Lima potong dimsum aneka jenis tersaji di atas piring bulat berukuran kecil, Sabtu (22/2/2020). Sebuah garpu menjadi pelengkap untuk mengoyak dimsum lunak menjadi ukuran yang lebih kecil. Dengan tambahan sedikit saus sambal, sepotong dimsum dilahap. Rasa manis dan gurih berpadu dengan pedas menari di lidah. Satu, dua, tiga lahapan, tak terasa lima potong dimsum telah berakhir di perut.
Dimsum Arsyif ini merupakan salah satu penganan rekomendasi akun media sosial Dari Halte ke Halte. Akun Twitter dan Instagram ini berisi berbagai informasi penganan di seputaran jalur bus Transjakarta, KRL commuter line, dan kereta MRT Jakarta.
Sejak informasinya diunggah dua bulan lalu oleh akun tersebut, Dimsum Arsyif viral. Bahkan, youtuber berdatangan untuk membuat konten tentangnya. ”Banyak (pelanggan) yang datang. Setelah coba, ternyata rasanya cocok, sesuai selera,” ujar Toto.
Dimsum ini buka setiap hari pukul 05.00-18.00. Tersedia 26 boks dimsum aneka jenis. Setiap boks berisi 125 potong dimsum. Harganya Rp 3.000 per potong.
Waktu ramainya pukul 07.00-09.00 dan pukul 17.00-18.00. Selain pembeli yang datang langsung, Toto juga melayani pesanan dari perkantoran di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat.
Beragam
Dari Halte ke Halte membagikan informasi berbagai penganan nusantara yang ada di seputaran jalur transportasi umum beserta aksesnya.
Misalnya, sate kuah pontianak dan choi pan goreng. Penganan khas Pontianak dan Singkawang ini tersedia di Jalan Pangeran Jayakarta, Mangga Dua, Jakarta Pusat. Kawasan pusat jajanan serba ada ini semakin ramai saat hari beranjak sore.
Untuk mencapai kawasan ini, kita bisa menggunakan angkutan Mikrotrans JAK10 dari Stasiun Tanah Abang atau bus Transjakarta Koridor 12K dari Halte BNI 46 ke Kota. Dari kedua angkutan itu, kita turun di perhentian bus Jalan Mangga Besar XIII. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Dari Halte ke Halte merekomendasikan Sate Kuah Pontianak Bang Anek dan Choipan Goreng 89 Pontianak.
Jika ingin mencicipi pempek, makanan khas Palembang, Dari Halte ke Halte merekomendasikan Pempek Eirin 10 Ulu di Glodok, Jakarta Barat. Letaknya sekitar 600 meter dari Halte Transjakarta Glodok.
Makanan khas
Kawasan seputaran jalur angkutan umum juga menyimpan penganan langka atau khas. Salah satunya mi selat, penganan khas Jatinegara, Jakarta Timur.
Mi selat tersedia di Gado-Gado Jatinegara, Jalan Jatinegara Barat. Aksesnya menggunakan bus Transjakarta Koridor 5 hingga Halte Kebon Pala. Selanjutnya, kita tinggal berjalan kaki sekitar 300 meter ke arah Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Koinonia. Restoran ini terletak tak jauh dari situ.
Mi selat terdiri dari mi, potongan tahu, kentang, kacang panjang, timun, dan kerupuk. Semua bahan ini diguyur bumbu kacang. Rasanya seperti bumbu rujak, tetapi memiliki aroma bawang putih yang kuat. Bahkan, aromanya serasa menempel di mulut.
”Mi khas sini (Jatinegara). Dibuat Encek Selat, menggabungkan budaya Tionghoa dan Betawi,” ucap Akwet, pemilik warung.
Gado-Gado Jatinegara buka Senin-Sabtu pukul 08.00-17.00. Seporsi mi selat ditawarkan seharga Rp 20.000. Makanan lain yang populer di warung ini ialah gado-gado dan ayam goreng.
Selamat berkeliling Jakarta sembari mencecap ragam kuliner.