Investor berduyun-duyun masuk ke NTB karena ingin memanfaatkan peluang pertumbuhan pariwisata Lombok menyusul Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah
Oleh
Khaerul Anwar
·2 menit baca
Keelokan Gunung Rinjani di Taman Nasional Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, sungguh menggoda investor. Dalam dua bulan terakhir saja, ada tiga investor mengajukan proposal investasi berbagai fasilitas pendukung pariwisata untuk memudahkan wisatawan menikmati panorama gunung setinggi 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.
Ada PT Indonesia Lombok Resort (ILR) menawarkan rencana investasi pembangunan kereta gantung. Kemudian, PT Rinjani Glamping Indonesia (RGI) datang menawarkan wisata kemah mewah (glamorous camping/glamping) untuk membangun area perkemahan di tepi Danau Segara, Kaldera Rinjani Tua, Gunung Samalas. Datang pula PT Airbus Helicopter Indonesia (AHI) yang ingin mengajukan izin penyelenggaraan wisata helikopter di Taman Nasional Gunung Rinjani (di TNGR), Nusa Tenggara Barat (NTB).
Rencana tiga investor di kawasan TNGR disambut reaksi keras masyarakat. Yamni dari Komunitas Lingkungan Hidup Sembalun, Lombok Timur, misalnya, mempertanyakan rencana detail investor karena jangan sampai menghilangkan mata pencarian 1.731 pemandu dan penyelenggara perjalanan di beberapa pintu pendakian Gunung Rinjani, seperti Desa Senaru, Lombok Utara, dan beberapa desa di Kecamatan Sembalun. Lombok. ”Terus terang kami merasa terancam dengan kehadiran RGI dan wisata heli,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi NTB pun tidak bisa melarang investor masuk. Para investor berduyun-duyun masuk ke NTB karena ingin memanfaatkan peluang pertumbuhan pariwisata Lombok menyusul Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah. Apalagi ada momentum besar penyelenggara ajang balap motor bergengsi internasional, Moto GP, pada 2021.
Saat meresmikan KEK Mandalika di Pantai Kuta Mandalika, Presiden Joko Widodo mengatakan, pengembangan KEK Mandalika harus bermanfaat bagi masyarakat (Kompas, 21/10/2017). Sedikitnya tujuh hotel berbintang lima, balai sidang, dan instalasi penyulingan air laut berkapasitas 3.000 meter kubik per hari senilai total Rp 4,1 triliun akan dibangun sehingga jumlah wisatawan ke Lombok akan meningkat.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah merespons positif rencana pembangunan kereta gantung. Menurut dia, kereta gantung akan memfasilitasi wisatawan lanjut usia yang ingin menikmati keindahan Rinjani, tetapi tak lagi mampu mendaki gunung. Begitu pula wisata glamping dan wisata helikopter, tentunya kelengkapan fasilitas pariwisata akan membuat Gunung Rinjani semakin tenar di dunia internasional.
Menurut Zulkieflimansyah, wacana pembangunan kereta gantung dilontarkan Bupati Lombok Tengah Suhaili FT sejak lima tahun lalu. ”Pembangunan ada negatif dan positifnya. Tapi, jangan lantas yang negatif ditonjolkan terus sehingga kita kehilangan gambaran positif dari proses pembangunan kereta gantung,” ujarnya di Mataram, Senin (27/1/2020).
Lombok memang membutuhkan investasi. Investor dan masyarakat hendaknya bisa berkolaborasi dalam berusaha sehingga semua pihak bisa menikmati berkah pertumbuhan pariwisata NTB.