Berinvestasi berpeluang mendapatkan untung dan rugi. Karena itu, penting bagi calon investor mengenal jenis investasi dan menjadikannya bagian dari perencanaan keuangan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Reksa dana dinilai menjadi salah satu jenis investasi yang tidak terlalu merepotkan bagi para investor karena portofolio telah dikelola manajer investasi. Meski demikian, para calon investor harus tetap jeli dan cermat memilih manajer investasi agar tidak merugi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Uang yang diinvestasikan dapat dibelikan berbagai jenis aset, yakni pasar uang, saham, surat utang atau obligasi (pendapatan tetap), dan campuran.
Manajer investasi, menurut undang-undang tersebut, adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah. Namun, tidak mengelola untuk perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning, Andoko, menyampaikan, historis atau rekam jejak menjadi bagian penting ketika berbicara mengenai manajer investasi. Calon investor dapat membandingkan, apabila kinerja reksa dana rendah saat pasar sedang turun, itu wajar. Patut diwaspadai ketika pasar sedang naik, tetapi kinerja reksa dana turun.
Perlu juga melihat latar belakang perusahaan manajer investasi. ”Memang tidak bisa dimungkiri, nama brand institusi menjadi penting. Saya ambil contoh, instistusi dengan latar belakang badan usaha milik negara itu memiliki keunggulan nilai tambah sendiri,” kata Andoko, Minggu (23/2/2020).
Selain itu, kata Andoko, ketika berinvestasi dalam reksa dana, maka harus berangkat dari bagian perencanaan keuangan untuk kebutuhan investasi. Sebab, berinvestasi bukan untuk sekadar menyimpan uang, melainkan ada potensi penghasilan, juga ada risiko merugi.
”Calon investor itu harus lebih jeli. Misalnya, saya butuh dana yang saya simpan mendapatkan penghasilan 7 persen per tahun, kalau begitu jangan lari ke reksa dana saham, tapi bisa ke reksa dana obligasi atau pasar uang yang hasil imbalnya sudah pasti,” katanya.
Bisa juga, ada calon investor membutuhkan pendapatan hingga 14 persen per tahun, maka dapat berinvestasi di reksa dana saham. Namun, patut disadari ada risiko yang meski berpeluang memberikan pengembalian yang besar, bisa juga merugi karena saham bersifat fluktuatif.
Untuk itu, bagi yang ingin berinvestasi di reksa dana, selain mengenal manajer investasi, penting juga mengetahui apa tujuan atau kebutuhan berinvestasi. Secara teori, besaran uang yang harus disisihkan dari pendapatan adalah 30 persen per bulan.
”Tiga puluh persen itu bisa ditempatkan di dana tunai, di investasi yang jangka pendek atau jangka panjang. Jadi, itu teori umum yang disesuaikan dengan perencanaan keuangan masing-masing berdasarkan kebutuhan yang berbeda setiap orang,” kata Andoko.
Kesadaran berinvestasi
Kurnia (28), karyawan swasta di Jakarta, menilai pengenalan akan manajer investasi penting untuk mengenal profil perusahaan. Ia pun mencoba mempelajari prospektus yang merupakan keterangan tertulis mengenai profil perusahaan dan laporan tahunan suatu perusahaan.
”Sebelum investasi di satu produk, saya coba download dan baca prospektusnya untuk melihat berapa dana yang sudah dikelola perusahaan tersebut. Sudah enam bulan ini, saya berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap, bukan saham,” kata Kurnia.
Menurut dia, reksa dana pendapatan tetap lebih aman dibandingkan reksa dana saham yang imbal hasilnya fluktuatif. Kurnia memilih reksa dana pendapatan tetap karena imbal hasil sebesar 16 persen dengan risiko rendah. ”Saya berinvestasi di reksa dana karena merasa perlu punya pegangan yang likuid dan lebih menguntungkan selain tabungan. Selain itu, dengan aplikasi tekfin, pergerakannya bisa dipantau terus, jadi aman,” katanya.
Adapun karyawan swasta lainnya, Yola (27), yang berinvestasi di reksa dana pasar uang. Menurut dia, pengenalan akan manajer investasi sangat penting agar investor mengetahui kepada siapa ia memercayakan uangnya.
”Saya pernah hanya karena iming-iming persentasi keuntungan yang lebih besar kemudian mengalihkan lebih dari separuh uang saya tapi ternyata keuntungan malah berkurang dan beberapa kali merugi. Jadi belajar dari pengalaman untuk mencari tahu dulu manajer investasinya, saya enggak mau rugi lagi,” katanya.
Reksa dana pasar uang, menurut Yola, mudah diperjualbelikan sehingga dapat membantu ketika sedang butuh uang cepat. Selain itu, berinvestasi di reksa dana baginya jauh lebih menguntungkan dibandingkan menabung biasa. ”Untuk saldo Rp 20 juta, misalnya, saya bisa dapat keuntungan Rp 5.000 sehari,” ujarnya.