Bongkar Bangunan Liar dan Bangun Waduk Buatan di Tanggulangin
›
Bongkar Bangunan Liar dan...
Iklan
Bongkar Bangunan Liar dan Bangun Waduk Buatan di Tanggulangin
Banjir yang menggenangi dua desa di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, berangsur surut. Pemerintah daerah akan membongkar bangunan liar di bantaran sungai dan membangun bozem atau danau buatan guna meredam potensi banjir.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS - Banjir yang menggenangi dua desa di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, hampir dua bulan terakhir berangsur surut. Pemerintah daerah akan membongkar bangunan liar di bantaran sungai dan membangun bozem atau waduk buatan untuk cegah banjir berulang.
Sejak diberlakukan status tanggap darurat bencana banjir di Desa Kedungbanteng dan Banjarasri, Kecamatan Tanggulangin, 19 Februari lalu, beragam upaya penanganan telah dilakukan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sidoarjo dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air Sidoarjo telah mengeruk sungai untuk meningkatkan daya tampung.
Selain itu, dikerahkan 11 mesin pompa untuk menyedot air dari permukiman warga. Agar air tidak kembali ke permukiman, dibangun kolam penampungan darurat untuk menampung air. Dari kolam penampungan itu, selanjutnya air dipompa ke Sungai Kedungbanteng yang sudah dikeruk.
“Upaya itu membuahkan hasil signifikan. Genangan banjir berangsur surut. Apabila sebelumnya terdapat 12 Rukun Tetangga (RT) yang terendam banjir, sekarang tinggal 5 RT,” ujar Pelaksana tugas Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin, Senin (24/2/2020).
BPBD Sidoarjo mencatat, jumlah warga korban banjir yang sebelumnya 2.500 jiwa sekarang tinggal 1.309 jiwa. Sampai saat ini, Pemkab Sidoarjo terus mengupayakan agar banjir yang masih merendam permukiman warga di lima RT segera surut.
Menurut Nur Achmad, pemompaan akan tetap dilanjutkan hingga banjir benar-benar teratasi. Selain itu, agar saat hujan tidak terjadi banjir, semua saluran air harus dinormalisasi. Sungai yang melintasi Kedungbanteng dan Banjarasri dikeruk dan dilebarkan seperti kondisi aslinya.
Untuk mengembalikan sungai pada kondisi aslinya itu, bangunan liar yang berdiri di atas badan dan bantaran sungai harus dibongkar.
Untuk mengembalikan sungai pada kondisi aslinya itu, bangunan liar yang berdiri di atas badan dan bantaran sungai harus dibongkar. Demikian juga dengan bangunan-bangunan di atas saluran irigasi karena saluran itu juga bisa difungsikan menampung dan mengalirkan air agar tidak masuk ke permukiman.
Untuk pembongkaran bangunan liar, Nur Achmad meminta Camat Tanggulangin Sabino Mariano dan Pelaksana tugas Kades Kedungbanteng Yasin menyosialisasikan kepada warganya. Mereka diharapkan membongkar sendiri bangunannya sebelum dibongkar paksa oleh Satuan Polisi Pamong Praja.
Kepala Polresta Sidoarjo Kombes Sumardji dan Komandan Kodim 0816 Sidoarjo Letkol Infantri Iswan Nusi akan membantu Pemkab Sidoarjo menangani banjir di Desa Kedungbanteng dan Banjarasri. Mereka juga siap membantu pembongkaran bangunan liar dan normalisasi sungai untuk mencegah banjir datang lagi.
Untuk solusi jangka menengah, Pemkab Sidoarjo bakal membangun bozem atau penampungan air di atas tanah kas desa. Saat musim kemarau, waduk buatan ini bisa dimanfaatkan menyimpan cadangan air atau sumber pengairan sawah. Pemerintah desa bisa mengelolanya melalui Badan Usaha Milik Desa untuk kegiatan ekonomi seperti budidaya ikan.
Saat musim kemarau, waduk buatan ini bisa dimanfaatkan menyimpan cadangan air atau sumber pengairan sawah.
Kepala BPBD Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan selama masa tanggap darurat bencana, pihaknya juga membuka dapur umum untuk membantu kebutuhan makan korban banjir. Para relawan yang dikoordinasi Dinas Sosial Sidoarjo memasak 3.000 bungkus nasi untuk kebutuhan satu kali makan.
Selain itu Dinkes Sidoarjo terus memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat korban banjir yang terserang penyakit seperti demam, batuk, pilek, dan gatal-gatal. Jumlah korban banjir yang berobat lebih dari 700 orang selama banjir berlangsung.