Pasar saham cenderung menurun karena dibayangi kekhawatiran pada meluasnya wabah Covid-19. Harga minyak pun melemah, tetapi, sebaliknya, harga emas naik.
Oleh
·4 menit baca
SEOUL, SENIN — Indeks saham Seoul memimpin penurunan tajam di pasar ekuitas Asia pada Senin (24/2/2020) setelah Pemerintah Korea Selatan mengumumkan lonjakan korban yang terpapar Covid-19. Wabah itu juga ikut mendorong penurunan harga minyak dan penguatan aset-aset safe haven karena kekhawatiran atas efek itu secara global lebih lanjut.
Hingga saat ini, ketika belum ada tanda-tanda meredanya deraan wabah Covid-19, investor dan pelaku pasar semakin khawatir. Belum redanya wabah itu diprakirakan memiliki dampak jangka panjang pada ekonomi dunia. Apalagi, sebelum ada wabah Covid-19, proyeksi ekonomi dunia sudah cukup tertekan, ketika sejumlah perusahaan memperingatkan tentang proyeksi laba mereka yang rawan karena tidak sesuai target.
Pelaku pasar sebenarnya cukup optimistis bahwa virus itu—yang telah menewaskan hampir 2.600 dan menginfeksi 80.000 orang—sedang ditangani dengan benar. Namun, berita-berita aktual yang menunjukkan meluasnya penyebaran virus serta kematian yang diakibatkannya—seperti terjadi di China, Korsel, Italia, dan Iran—telah memicu kekhawatiran meluasnya wabah itu.
Kekhawatiran
”Meskipun virus korona mungkin melambat di China, nyatanya terjadi penyebaran yang cepat di tempat lain,” kata Charles Gillams, analis pasar dari lembaga RJMG Asset Management. ”Dampaknya pada bisnis China sudah dalam. Jadi, apakah dampaknya hanya akan berlaku bagi ekonomi dalam satu triwulan atau bakal lebih lama dan lebih besar lagi, tidak ada yang dapat memastikannya saat-saat ini.”
Sebagaimana diwartakan, jumlah kasus penularan Covid-19 di sejumlah negara terus bertambah. Di Korsel, hingga Senin petang tercatat ada 833 kasus, sebanyak 7 kasus berujung kematian. Kondisi itu menjadikan Korsel sebagai negara di luar China dengan penularan terparah.
Presiden Moon Jae-in pun telah meningkatkan kewaspadaan atas penyebaran virus itu ke level ”merah”, tertinggi. Langkah itu untuk memperkuat tanggapan pemerintah terhadap wabah yang meningkat.
Berita tentang penyebaran ini memukul indeks saham KOSPI, yang merosot lebih dari 3 persen pada awal perdagangan. Saham perusahaan-perusahaan besar seperti Samsung anjlok hingga 3,4 persen. Mata uang Korsel, won, juga melemah 0,7 persen dan berada di level terendahnya dalam kurun waktu enam bulan.
Penurunan pun terjadi di bursa-bursa saham Asia. Indeks saham di Hong Kong merosot 1,5 persen seiring dengan penurunan yang terjadi di bursa saham Sydney dan Manila, yang masing-masing turun lebih dari 2 persen. Penurunan juga melanda indeks saham Shanghai, Taipei, dan Wellington dengan pelemahan lebih dari 1 persen. Bursa saham Singapura dan Indeks Harga Saham Gabungan di Jakarta masing-masing turun sekitar 0,6 persen.
Penurunan itu searah dengan aksi jual di bursa Wall Street. Menutup perdagangan pada pekan lalu, indeks saham S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun lebih dari 1 persen. Pada saat yang sama, sementara imbal hasil Treasury 30-tahun AS mencapai level tertinggi sepanjang masa. Hal itu menunjukkan perburuan pasar ke aset-aset safe haven.
China
Presiden China Xi Jinping mengatakan, epidemi itu merupakan ”darurat kesehatan masyarakat terbesar” sejak berdirinya republik itu pada tahun 1949. Ia pun mengakui bahwa pihak berwenang harus belajar dari ”kekurangan yang terlihat” selama masa tanggap darurat dilakukan.
Beijing selanjutnya bakal memutuskan apakah akan menunda sidang parlemen tahunannya untuk pertama kali sejak Revolusi Kebudayaan karena epidemi.
Sementara itu, Italia telah meluncurkan langkah-langkah penanganan dengan kewaspadaan tertinggi yang sebelumnya hanya terlihat di China. Lebih dari 50.000 orang di sekitar selusin kota di Italia utara diminta tinggal di rumah.
Virus Covid-19 yang telah menginfeksi setidaknya 152 orang dan menewaskan tiga orang di Italia juga menyebabkan pembatalan beberapa gelaran acara dan pertunjukan, seperti Milan Fashion Week dan penutupan pembukaan Karnaval Venesia.
”Dari semua aspek yang mengkhawatirkan terkait virus yang menyebar dengan cepat di Wuhan adalah bahwa virus itu muncul pada pasien yang tidak memiliki koneksi ke China atau kota Wuhan, titik awal tersebarnya virus itu, yang lalu mewabah,” kata Stephen Innes dari AxiCorp. ”Segalanya berpotensi menjadi sangat bermasalah dan kondisi pasar bisa menjadi lebih buruk secara eksponensial pekan ini.”
Kekhawatiran di lantai saham dan pasar keuangan telah mendorong harga emas—salah satu aset yang diburu pada saat ketidakpastian—ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Sebaliknya, mata uang yang dinilai berisiko tinggi, termasuk dollar Australia dan rupiah, pun melemah.
Harga minyak mentah juga melemah karena kekhawatiran tentang jatuhnya permintaan dari China, yang merupakan importir dan konsumen komoditas terbesar di dunia. Kedua kontrak utama minyak turun lebih dari 10 persen sepanjang tahun ini. (REUTERS)