Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, ditetapkan sebagai lokasi observasi 188 orang warga negara Indonesia dari kapal pesiar World Dream. Kapal itu menjadi episentrum penyebaran virus korona baru.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah menetapkan Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, sebagai lokasi observasi 188 orang warga negara Indonesia dari kapal pesiar World Dream yang sudah tidak operasional sejak 9 Februari 2020. Kapal pesiar itu sempat berlabuh di Hongkong dan kini berada di sekitar Selat Johor.
Pemerintah, melalui Angkatan Laut RI, akan membawa mereka pulang. Kapal penjemputan itu berangkat dari Surabaya pada Minggu (23/2/2020). Pemindahan dari kapal ke kapal diperkirakan terjadi pada Rabu (26/2/2020) sekitar pukul 10.00 di Selat Durian, Riau. Selanjutnya, kapal pembawa 188 orang WNI berlayar menuju Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, dan diperkirakan tiba pada Jumat (28/2/2020).
Kegiatan operasional kapal pesiar World Dream dari Hongkong berhenti sejak 9 Februari 2020. Pihak Dream Cruises bekerja sama dengan otoritas pemerintah untuk memindahkan dan memulangkan kru kapal pesiar World Dream ke negara asalnya. Selain itu, pihak Dream Cruises mengklaim kapal pesiar World Dream mendapat sertifikat bebas virus korona dari departemen kesehatan di Hongkong, termasuk 188 orang WNI yang bekerja sebagai anak buah kapal.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dalam konferensi pers, Senin (24/2/2020), di Jakarta, menegaskan Pulau Sebaru Kecil merupakan pulau tak berpenghuni. Mekanisme observasi 188 orang WNI yang berstatus anak buah kapal di kapal pesiar World Dream itu dipastikan sama dengan WNI di Natuna, Kepulauan Riau.
"Observasi 14 hari sejak kedatangan di Pulau Sebaru Kecil. Kami memperkuat dengan kapal bantu rumah sakit KRI dr Soeharso," ujarnya.
Sementara itu, terkait nasib WNI di Kapal Pesiar Diamond Princess, Muhadjir mengatakan, pemerintah Indonesia berkomunikasi intensif dengan pemerintah Jepang. "Pemerintah amat hati-hati dan penuh tanggung jawab mengamankan dan observasi WNI anak buah kapal di dua kapal pesiar itu. Seluruh WNI yang harus dilindungi sebanyak 264 juta orang," tegas Muhadjir.
Kapal pesiar Diamond Princess membawa sekitar 3.700 orang penumpang dan awak kapal menjalani masa karantina pada 3-19 Februari 2020 di Yokohama, Jepang. Lalu, ada seorang penumpang perempuan berusia 60 tahun turun dari kapal setelah masa karantina selesai, tetapi setelah mengikuti pengujian di Prefektur Tochigi, sebelah utara Tokyo, hasilnya dia positif terjangkit virus korona. Sampai sekarang, kapal masih berlabuh di Yokohama karena wabah virus korona. Ada sembilan orang warga negara Indonesia (WNI) yang jadi penumpang kapal itu dan diketahui positif virus korona.
Pada saat bersamaan, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjelaskan, kapal pesiar World Dream telah mendapat sertifikat sehat dari departemen kesehatan Hongkong dan semua penumpang ataupun awak kapal melalui observasi 14 hari, tetapi Indonesia akan lakukan observasi dari nol lagi. Itu berlaku bagi 188 orang WNI anak buah kapal yang nantinya ditaruh di Pulau Sebaru Kecil.
Terkait kondisi WNI di kapal pesiar Diamond Princess, Terawan menyampaikan hal senada dengan Muhadjir. Pemerintah Indonesia berkomunikasi secara intensif dengan Jepang terkait perkembangan kesehatan WNI di kapal itu. Dia mengakui virulensi virus korona naik sampai 20 persen sehingga Pemerintah Indonesia sangat berhati-hati.
"Komunikasi intensif dengan Jepang menjadi sangat penting, tanpa mengesampingkan bahaya virus. Virulensi (virus korona) naik pesat sampai 20 persen, semisalnya membawa pulang 60 orang dan ada potensi kena 12 orang. Kami memikirkan cara paling bijak agar tidak timbul episentrum (penyakit) yang baru," kata Terawan.
Dia mengklaim pemerintah tidak ingin terburu-buru memutuskan sikap terkait kondisi WNI di kapal pesiar Diamond Princess. Pemerintah Indonesia akan tetap bersikap rasional dan berhati-hati menyikapi wabah virus korona.
Terkait Pulau Sebaru Kecil, dia menambahkan penjelasan Muhadjir bahwa pulau itu susah dijangkau karena ombak besar. Dengan demikian, pulau itu aman dan cocok untuk isolasi. Sumber air di Pulau Sebaru Kecil juga melimpah. Di sana, pemerintah akan mengirimkan juga tim untuk mengatasi trauma psikis.
Satuan tugas
Ketika ditanya Kompas mengenai rencana pembentukan satuan tugas (satgas) khusus pencegahan dan penanganan virus korona, Terawan menjawab keberadaan rapat koordinasi sudah menjadi bagian dari satgas. Dalam setiap rapat menyikapi virus korona, semua kementerian/lembaga terlibat aktif.
Terkait kabar seorang pria asal Jepang diduga terjangkit virus korona sebelum datang dan berlibur ke Bali, Indonesia, pada 15-19 Februari 2020, Sekretaris Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto, mengatakan, laporan otoritas pemerintah Jepang pada Minggu (23/2/2020) menunjukkan hasil identifikasi pria asal Jepang itu tak mengidap atau terinfeksi Covid-19, melainkan terinfeksi virus SARS-Coronavirus tipe 2.
Dia mengatakan SARS-Coronavirus Tipe 2 ini beda dengan Covid-19. Ada ahli yang mengatakan SARS-Coronavirus Tipe 2 menyebabkan penyakit virus korona seperti yang sekarang jadi wabah di banyak negara. Ada juga ahli yang mengatakan 70 persen berbeda dengan penyebab penyakit akibat virus korona yang sekarang jadi wabah banyak negara.
"Saya sudah bertemu ahlinya. Kami tidak mempermasalahkan virus. Kami melakukan riset epidemiologi atau surveillance aktif dengan dinas kesehatan setempat," ujar dia. Namun ia tak mau menjelaskan lebih lanjut mengenai riset epidemiologi atau surveillance aktif yang dilakukan pemerintah.