Aset Sitaan Saham dalam Kasus Jiwasraya Sulit Ditaksir
›
Aset Sitaan Saham dalam Kasus ...
Iklan
Aset Sitaan Saham dalam Kasus Jiwasraya Sulit Ditaksir
Aset sitaan dalam bentuk saham pada kasus Jiwasraya dinilai sulit ditaksir nilainya. Selain itu, tidak mudah untuk menjual saham tersebut. Namun, yang terpenting, penyidik terlebih dahulu mengamankannya.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kejaksaan Agung terus memburu aset yang terkait kasus dugaan korupsi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Hingga kini, aset yang telah disita diperkirakan bernilai sekitar Rp 11 triliun. Sementara itu, pertengahan Januari lalu, Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin menyebutkan, kerugian nasabah dan negara dalam kasus Jiwasraya mencapai Rp 27 triliun.
Sampai saat ini, Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menyita sejumlah aset milik para tersangka. Aset-aset tersebut antara lain 156 bidang tanah milik Benny Tjokro, rekening di beberapa bank, saham, reksa dana, 41 kamar apartemen di Jakarta Selatan, perhiasan, kendaraan, sampai perusahaan tambang.
Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Kejagung Febrie Adriansyah mengatakan, diperkirakan nilai aset yang telah disita Kejagung hingga kini sekitar Rp 11 triliun. Kemungkinan jumlah itu masih akan berubah karena Kejagung terus memburu aset tersangka terkait kasus dugaan korupsi Jiwasraya, baik di dalam maupun di luar negeri.
”Jika sumber transaksinya dari Jiwasraya, pasti kita kejar dan kita kembalikan, ditambah dengan tindak pidana pencucian uang,” kata Febrie, Selasa (25/2/2020), di Jakarta.
Mengenai Rp 11 triliun tersebut, Febri menjelaskan, nilai itu baru perkiraan sementara dengan mengacu pada nilai aset terendah. Penghitungan nilai seluruh aset yang disita masih dilakukan oleh tim penaksir. Tim penaksir berasal dari beberapa lembaga.
Kepala Pusat Penerangan Kejagung Hari Setiyono menambahkan, aset berupa saham yang telah disita dari tersangka masih belum dapat diperkirakan nilainya. Adapun jenis sahamnya sampai saat ini masih disidik karena dalam satu rekening efek terdapat beberapa jenis saham, tidak hanya satu jenis.
Sampai saat ini, aset yang sudah ditaksir harganya adalah perhiasan yang telah selesai dihitung oleh PT Pegadaian (Persero). Namun, Hari belum menerima rincian jumlahnya. Sementara aset berupa tanah dan properti masih dihitung oleh tim penaksir.
Menurut Hari, aset yang disita Kejagung nantinya akan dijadikan barang bukti di pengadilan. Tak sebatas itu, dari barang-barang tersebut diharapkan dapat mengganti kerugian negara ataupun masyarakat akibat persoalan di Jiwasraya.
Sebab, tak tertutup kemungkinan hakim dapat memutuskan untuk menyerahkan aset tersebut sebagai barang rampasan bagi negara.
”Kalau dirampas bagi negara, jaksa akan menyerahkannya ke Kementerian Keuangan. Kalau dirampas bagi negara cq Jiwasraya, jaksa akan langsung menyerahkannya ke Jiwasraya,” ucap Hari.
Hingga kini, penyidik Kejagung telah menetapkan enam tersangka dalam kasus dugaan korupsi Jiwasraya. Keenam tersangka dimaksud ialah Direktur PT Maxima Integra Joko Hartono Tirto, mantan Direktur Keuangan dan Investasi Jiwasraya Harry Prasetyo, serta mantan Kepala Divisi Investasi dan Keuangan Jiwasraya Syahmirwan.
Kemudian, mantan Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rahim, Direktur Utama PT Hanson Internasional Tbk Benny Tjokro, serta Komisaris PT Trada Alam Minera Tbk Heru Hidayat.
Secara terpisah, advokat Harry Ponto berpandangan, aset yang disita dalam bentuk saham pada umumnya lebih sulit ditaksir nilainya. Sebab, aset berupa saham sangat tergantung dari kondisi pasar saham dan kinerja perusahaan. Namun yang terpenting, menurut dia, aset diamankan terlebih dahulu.
”Menurut saya, nilai saham tidak bisa ditentukan sekarang karena ada banyak variabel. Yang penting, aset itu diamankan terlebih dahulu, nanti nilainya tergantung dari saat eksekusi,” ujar Harry.
Meski demikian, proses menjual saham tersebut tidak mudah. Pertama, karena jika saham tersebut bukan berasal dari perusahaan yang berkinerja baik, kecil kemungkinan ada investor yang tertarik membelinya. Sebaliknya, meskipun nilai saham tersebut tidak terlalu baik saat ini, jika ke depan kinerjanya akan membaik, investor akan tertarik.
Persoalan lainnya, jenis sahamnya beragam dan kuantitasnya sedikit atau dalam arti kata lain bukan saham mayoritas. Tidak mudah untuk mencari investor yang mau membeli saham-saham itu.