Layanan Sempat Terkendala, Sejumlah Pasien RSCM Dialihkan
›
Layanan Sempat Terkendala,...
Iklan
Layanan Sempat Terkendala, Sejumlah Pasien RSCM Dialihkan
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di Jakarta kembali kebanjiran, Selasa (25/2/2020) pagi, terutama di Departemen Radiologi dan Radioterapi. Sebagian pasien terpaksa dipindahkan agar mendapatkan layanan di tempat lain.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Curah hujan tinggi di kawasan Jakarta pada Senin (24/2/2020) malam sampai Selasa (25/2/2020) pagi membuat lingkungan Departemen Radiologi dan Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di Jakarta kembali tergenang. Akibatnya, sejumlah pelayanan terganggu. Sebagian pasien kemudian dialihkan ke pusat pelayanan kesehatan lain.
Direktur Utama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Lies Dina Liastuti saat ditemui di Jakarta, Selasa (25/2/2020), menyampaikan, pelayanan kesehatan di area radiologi dan radioterapi masih bermasalah akibat genangan yang terjadi pada Selasa pagi. Sejumlah mesin dimatikan dan kabel yang terpasang masih dikeringkan.
”Kalau pelayanan di IGD (instalasi gawat darurat) dan poliklinik berjalan seperti biasa. Tindakan operasi pun kami pindahkan dari kamar operasi pusat ke IGD dan RSCM Kencana. Yang sedikit kesulitan adalah (layanan) MRI (pencitraan resonansi magnetik). Sebagian layanan dipindahkan ke Kencana dan lainnya kami kerja samakan dengan rumah sakit lain, seperti Rumah Sakit Gading Pluit dan Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu,” katanya.
Ia mengatakan, akibat genangan yang terjadi di RSCM, setidaknya ada enam pasien yang sudah dipindahkan ke rumah sakit lain. Pasien tersebut tetap dalam pengawasan dan perawatan dari RSCM. Bagi pasien JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) juga tetap dilayani sesuai dengan tarif yang ditetapkan.
Pelayanan radioterapi dengan alat tomo terapi untuk sementara tidak bisa digunakan karena alat ini turut terendam banjir. Alat ini merupakan satu-satunya alat yang ada di Indonesia. Untuk itu, pasien yang sudah terjadwal menggunakan alat ini akan diarahkan menggunakan layanan terapi konvensional lain.
”Saat ini kami harus menambah alat untuk penyedot air. Sekarang kami hanya memiliki dua alat dan mendapatkan bantuan dua alat penyedot. Jadi, yang disiagakan sekarang ada empat. Namun, kami masih butuh 10 alat lagi. Sebagai antisipasi jangka panjang akan direncanakan pembuatan drainase baru dengan daya tampung yang lebih besar,” kata Lies.
Kendala lain yang terjadi di RSCM adalah keterbatasan tenaga kesehatan pada pagi hari. Akses petugas dari tempat tinggal menuju rumah sakit terhambat karena banjir. Pihak ketiga sebagai penyedia makanan pasien juga terjebak banjir sehingga tidak bisa datang tepat waktu.
Lies menyampaikan, masalah tersebut sudah dapat diatasi saat ini. Petugas kesehatan yang tidak bisa datang pada pagi hari digantikan sementara oleh petugas yang bekerja di malam hari. Sejumlah tenaga kesehatan, termasuk perawat yang tinggal di sekitar rumah sakit, pun diminta membantu pelayanan di pagi hari.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh menyampaikan, dukungan dari berbagai pihak telah diberikan untuk membantu persoalan genangan di RSCM. Rencana kontingensi untuk mengantisipasi berulangnya kondisi ini juga telah disiapkan, terutama bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk pembangunan drainase.
”Kami juga minta pihak RSCM untuk melakukan suatu perencanaan dalam hal pengembangan pembangunan. Ini penting karena RSCM merupakan salah satu rujukan nasional yang menjadi solusi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia,” ucapnya.
Sementara itu, menurut anggota Komisi IX dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Kurniasih Mufidayati, pengembangan gedung dan penambahan fasilitas pelayanan kesehatan di RSCM perlu segera dilakukan mengingat usia bangunan yang sudah mencapai 100 tahun.
”Ada gedung mangkrak yang pembangunannya tidak diteruskan. Ini tentu sangat disayangkan. Pembangunan secara vertikal bisa menjadi opsi untuk pengembangan RSCM ke depan. RSCM adalah rumah sakit rujukan nasional,” kata Kurniasih.