Banjir yang Memotong Tunjangan hingga Bikin Pekerjaan Hilang
›
Banjir yang Memotong Tunjangan...
Iklan
Banjir yang Memotong Tunjangan hingga Bikin Pekerjaan Hilang
Banjir yang menggenangi sejumlah titik di Jakarta hari ini membuat banyak warga tak bisa bekerja karena akses jalan ke kantor terhambat.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
Hujan masih turun di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama, Selasa (25/2/2020) pada pukul 07.19 WIB. Melati (34) keluar dari kamar di lantai dua indekos yang ditinggalinya dengan memakai baju batik. Ia sudah siap berangkat ke kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Hujan yang mengantarnya tidur semalam ternyata belum juga berhenti. Ia pun segera menengok ke lantai dasar untuk melihat kondisi sekitar indekos yang memang rentan banjir. Benar saja, air setinggi sekitar 20 sentimeter menggenangi badan jalan yang tidak jauh dari Kali Grogol.
Pada awal tahun ini, ia mengingat sudah empat kali banjir terjadi di tempat tinggal sementaranya. Banjir terparah terjadi 1 Januari lalu ketika untuk pertama kalinya banjir masuk ke lantai satu bangunan indekos. Sebelum Selasa ini, banjir juga terjadi pada Minggu (23/2/2020) dini hari.
Melati pun memutuskan untuk tidak bekerja. Padahal, biasanya ia akan nekat melalui banjir ketika harus bekerja bersama Tuti, tetangga satu kos yang hari ini juga sama-sama terjebak banjir. Dua perempuan yang sama-sama pegawai negeri sipil itu pun merelakan absensi yang senilai 2-3 persen tunjangan kinerja.
”Biar sajalah, toh akses ke kantor juga banjir. Teman saya lapor, daerah sekitar kantor seperti Setiabudi dan Rasuna Said tergenang. Ojek online pasti juga enggak mau antar saya ke sana,” ujarnya.
Pagi ini, banjir dilaporkan menggenangi banyak titik di wilayah Jakarta dan sekitarnya setelah hujan deras mengguyur sejak Senin (24/2/2020) dini hari hingga saat ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya juga telah mengeluarkan peringatan dini terkait adanya potensi hujan lebat disertai angin kencang dan petir di wilayah Ibu Kota hingga Rabu, 26 Februari.
Jelang pukul 11.00 WIB, banjir mulai surut. Meski demikian, hujan gerimis masih sesekali turun. Melati memutuskan untuk tetap tinggal di kos walaupun kemungkinan ia mendapat cuti khusus agar tunjangannya tidak terpotong, seperti saat banjir awal tahun, sangat kecil.
Sementara Tuti yang berkantor di kawasan Senayan tetap pergi kerja untuk menyelesaikan tugas yang menumpuk di kantor. Demikian juga dengan Roni (40), tetangga Melati dan Tuti yang berprofesi sebagai tukang ojek daring.
Banjir yang juga menggenangi rumahnya selama beberapa jam membuat Roni pergi kerja lebih siang. Pada musim rentan banjir seperti ini, menurut Roni, pendapatannya kerap berkurang karena ruang gerak jadi terbatas.
”Seperti banjir awal tahun, saya yang biasanya bisa dapat sampai 40 pesanan sehari cuma bisa melayani 20-an. Soalnya, susah gerak, ke sini banjir, sana banjir,” tutur tukang ojek yang biasa beroperasi di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat tersebut.
Di wilayah lain, fotografer lepas seperti Didi (35) harus kehilangan pekerjaan di luar kota. Pukul 06.30 WIB, ia seharusnya naik kereta dari Stasiun Senen untuk menjemput rezekinya di Yogyakarta. Namun, banjir di kawasan Stasiun Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, membuatnya kesulitan mendapatkan transportasi yang bisa mengantarkannya ke stasiun.
”Saya sudah satu jam coba aplikasi ojek online, tidak ada yang mau ambil. Naik ojek pangkalan juga enggak yakin, wong motor mereka yang diparkir aja tergenang air,” ucapnya.
Kejadian itu pun membuatnya mengikhlaskan tiket kereta ekonomi dan pekerjaan yang menghidupinya sebagai pekerja lepas.
Berdasarkan situs petabencana.id, hujan dengan intensitas tinggi membuat puluhan titik banjir di wilayah Jakarta. Kondisi terparah yang dilaporkan warga antara lain di kawasan Jakarta Timur yang mencapai 150 sentimeter, tepatnya di Cipinang Melayu.