Chef Kristiani Siap-siap Dimarahi Bos, Rotinya Gosong, dan Dipotong Gaji
›
Chef Kristiani Siap-siap...
Iklan
Chef Kristiani Siap-siap Dimarahi Bos, Rotinya Gosong, dan Dipotong Gaji
Terdampak bencana banjir bukan sekadar susah masuk kerja atau antar anak ke sekolah. Terganggunya pekerjaan hari ini bisa berbuntut usaha harian yang terhenti hingga pemotongan gaji bulanan.
Oleh
Aguido Adri
·3 menit baca
Hujan deras dengan intensitas tinggi sejak Selasa (25/2/2020) dini hari hingga pagi membuat transportasi publik tidak berfungsi maksimal. Akibatnya banyak penumpang tidak bisa melanjutkan perjalanan, telantar, dan merasakan kerugian dari dampak banjir.
Kristiani (47), warga Depok, sejak pukul 10.00 tiba di Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan, tetapi hingga pukul 13.00 masih menunggu transportasi yang mau mengantarnya ke Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
”Saya pesan ojek daring dari tadi tidak ada yang mau ambil. Ojek pangkalan nolak, naik Transjakarta hanya sampai Dukuh Atas. Saya bingung mau ke tempat kerja gimana,” kata perempuan yang bekerja di salah satu restoran di Bendungan Hilir tersebut.
Sebagai chef pastry, Kristiani memiliki tanggung jawab membuat roti dan memantau oven. Namun, karena tak bisa segera datang, ia meminta chef lain mengambil alih tugasnya.
”Bukan tanpa risiko ketika tugas membuat roti dan menjaga oven dikerjakan orang lain. Roti bisa hangus. Nah, saya bisa kena omel ibu bos,” kata Kristiani yang selalu melirik telepon selulernya jika ada ojek daring yang mengambil pesannya. Tidak hanya itu, ia juga cemas jika bos kembali menelepon.
Kristiani mengatakan, bosnya sudah beberapa kali menelepon agar ia segera tiba di restoran karena tidak ada yang menangani roti dan oven. Ancaman potong gaji dari sang bos pun ia terima. ”Bisa dipotong Rp 500.000 hingga Rp 1 juta, mungkin lebih, tergantung kerugian restoran berapa. Pasrah saja, mau bagaimana sudah musibah begini,” kata Kristiani yang memutuskan kembali ke rumahnya.
Penumpang lainnya, Asruni (52), warga Depok, terpaksa harus pulang kembali ke rumah setelah menunggu hampir dua jam di Stasiun Manggarai. Tidak ada satu pun ojek daring dan ojek pangkalan yang mau mengantarnya ke Stasiun Tanah Abang.
”Saya mau ke Serpong, kereta enggak lanjut ke Stasiun Tanah Abang. Jadi berhenti di Stasiun Manggarai. Rencana lanjut pakai ojek, tetapi enggak ada yang mau ambil. Ya rencana balik ke Depok lagi. Padahal, anak saya tinggal di Serpong lagi sakit,” ujar Asruni.
Penumpang lain, Tulus Wijanarko (54), asal Bekasi, pun merasakan dampak gangguan KRL karena banjir yang melanda Jakarta. Ia berangkat dari Stasiun Bekasi pukul 10.00 dan baru tiba di Stasiun Manggarai pukul 12.30. Padahal, tujuan akhirnya di Stasiun Palmerah. Ia terpaksa melanjutkan perjalanan menggunakan ojek daring agar segera tiba di kantor.
”Tadi sempat lama tertahan di Stasiun Buaran, makanya jam segini (pukul 12.30) baru sampai. Kereta hanya sampai Stasiun Manggarai, enggak bisa lanjut ke Palmerah,” kata Tulus.
Dampak banjir sangat dirasakan warga begitu merugikan. Mereka berharap peristiwa banjir yang melumpuhkan transportasi bisa segera teratasi.
”Masak setiap hujan banjir. Kalau begini terus, sangat merugikan. Masak saya harus dipotong gaji terus. Semoga ada perhatian serius dari pemerintah,” kata Kristiani.