Genangan telah menutup akses sejumlah tempat di Jakarta, termasuk menuju kawasan perdagangan Mangga Dua, Selasa (25/2/2020). Akibatnya, sejumlah pemilik kios memilih menutup usahanya hari ini.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga Selasa (25/2/2020) siang, ruko-ruko perkantoran di kawasan Mal Mangga Dua, Jakarta, tidak beroperasi. Hanya beberapa bank dan toko elektronik yang tetap buka. Meskipun begitu, tidak terlihat antrean atau aktivitas di area perkantoran.
Sebagian besar kios di pusat perbelanjaan ITC Mangga Dua juga tutup hingga siang. Pada hari biasa, kios buka pukul 09.00. Pegawai yang masuk harus berjuang mencari kendaraan umum untuk sampai ke tempat kerja lantaran genangan yang terjadi di sejumlah ruas jalan, termasuk Jalan Mangga Dua Raya yang membelah pusat perdagangan itu.
Tiffany (35), karyawan kios pakaian di Mal Mangga Dua, biasanya berangkat dari rumahnya menggunakan ojek daring. Selasa pagi tadi, ia kesulitan mendapatkan ojek sehingga terpaksa naik angkot dua kali. ”Itu pun lama nunggu-nya, susah banget dapet angkot,” ujarnya.
Yanto (30), salah satu karyawan di perusahaan Gedung Eka Jaya, mendapatkan libur dari perusahaan sebab jalur masuk menuju kantor tergenang banjir setinggi 50 sentimeter. ”Iya, hari ini sudah diliburkan sama kantor karena banjir tadi pagi,” ucapnya.
Yanto yang tinggal di kawasan Mangga Dua Dalam mengatakan, banjir di kawasan Mangga Dua pada Selasa pagi merupakan banjir yang terparah. Sebelumnya, genangan air muncul beberapa kali di kawasan tersebut, terutama saat hujan turun lebih dari tiga jam. Hari ini, genangan di kawasan tersebut tidak segera surut. ”Biasanya tidak pernah seperti ini, paling sekitar dua jam sudah surut, tapi sekarang sudah berjam-jam,” ujarnya.
Sekitar 1 kilometer dari titik banjir di Jalan Mangga Dua Raya, banjir juga menggenangi Jalan Gunung Sahari di kawasan Pademangan Barat, Jakarta Utara. Genangan setinggi 70 cm merendam kawasan lampu merah Ancol atau sekitar 50 meter dari pusat perbelanjaan WTC Mangga Dua.
Dewi (36), warga Pademangan, Jakarta Utara, mengatakan, banjir di kawasan tersebut memaksa kedua anaknya libur sekolah. Kedua anaknya, yakni Alvaro dan Julia, bersekolah di SD Negeri 07 Pademangan. Karena tidak sekolah, mereka bermain air di Jalan Gunung Sahari bersama teman-temannya. ”Tadi pagi sempat masuk sebentar, tapi dapat pengumuman libur dari sekolah, lalu mereka pulang,” ujarnya.
Hingga Selasa sore, banjir di kawasan tersebut belum juga surut. Satu per satu sepeda motor yang memaksa melewati jalan itu mengalami mati mesin. Alhasil, banyak sepeda motor mogok dan parkir di dekat lampu merah Ancol.
Stasiun Kampung Bandan yang berlokasi tak jauh dari tempat tersebut juga tak luput dari banjir. Sejak pagi, jalur ini belum bisa dilewati kereta lantaran rel terendam banjir.
Terperosok gorong-gorong
Selasa pagi, Andri Wiharno (19) terduduk lemas di anak tangga jembatan penyeberangan orang (JPO) Halte Mangga Dua, Jakarta Utara. Rambut, baju, dan celananya basah. Tatapannya kosong saat satu per satu orang melintasinya.
Selang beberapa saat, Dimas Setiawan (19), temannya, datang membawakan segelas kopi hangat. Sama halnya dengan Andri, rambut serta pakaian Dimas juga basah. Rupanya, keduanya baru saja tercebur ke gorong-gorong yang berada tepat di bawah JPO Mangga Dua.
Kejadian itu bermula saat Andri hendak memesan ojek daring menuju Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Naas, gawai yang ia pegang terlepas dan terjatuh dari tangga JPO. Padahal, saat itu banjir setinggi 40 sentimeter tengah melanda sepanjang Jalan Mangga Dua Raya.
Keduanya bergegas turun untuk mengambil gawai Andri yang masuk ke genangan air. Mereka tidak menyadari bahwa ada gorong-gorong sedalam 2 meter di bawah genangan. ”(Gorong-gorongnya) dalam, semua badan saya masuk ke air. Saya kira di situ masih trotoar,” kata Andri.
Tak ada yang menolong keduanya saat itu meskipun ada beberapa warga dan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di sekitar mereka. Alih-alih menemukan gawai Andri, keduanya justru harus bersusah payah untuk bangkit dari gorong-gorong.
Sambil mengeringkan pakaian, keduanya masih menunggu di JPO sambil berharap gawai Andri muncul ke permukaan dengan sendirinya. ”Kalau nunggu surut, kayaknya bakal sampai malam. Tapi barangkali nanti (ponsel) nongol ke permukaan,” ujar Andri sambil diikuti tawa keduanya.
Ternyata, pagi itu bukan mereka saja yang terperosok ke gorong-gorong. Selama hampir satu jam mereka mengeringkan pakaian, setidaknya ada tiga orang lain yang mengalami kesialan yang sama.
Genangan air di Jalan Mangga Dua Raya pagi itu berwarna coklat pekat. Kedalamannya sekitar 50 sentimeter. Di tengah genangan yang meluas dan dalam itu, tidak sedikit orang kesulitan membedakan trotoar, gorong-gorong, atau jalan raya. Terlebih bagi mereka yang tidak terbiasa melintas di jalan tersebut.
Akibat terperosoknya kelima orang tersebut, beberapa warga kemudian berinisiatif menancapkan batang kayu ke titik lubang gorong-gorong sebagai tanda peringatan. ”Iya, ada dua laki-laki dan satu perempuan yang tercebur juga tadi, terus dikasih tanda,” ujar Dimas.