PM Ruak mengundurkan diri setelah terjadi ketidakstabilan politik di Timor Leste menyusul bubarnya koalisi pendukungnya di parlemen. Pemimpin CNRT, Xanana Gusmao, membangun koalisi baru dan siap membentuk pemerintahan.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·2 menit baca
DILI, SELASA — Perdana Menteri Timor Leste Taur Matan Ruak pada Selasa (25/2/2020) mengatakan bahwa ia telah mengirim surat pengunduran dirinya sebagai PM kepada Presiden Timor Leste Francisco Guterres.
PM Ruak mengundurkan diri setelah terjadi ketidakstabilan politik di Timor Leste menyusul bubarnya koalisi yang mendukungnya di parlemen. Ia telah berulang kali gagal mendapatkan pengesahan anggaran untuk tahun 2020 setelah partai terbesar dalam koalisinya, partai Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste (CNRT) pimpinan Xanana Gusmao, menarik dukungan.
”Saya telah mengirim surat pengunduran diri kepada Presiden,” kata Ruak kepada wartawan setelah bertemu dengan Guterres.
Ruak, yang bernama asli Jose Maria de Vasconcelos, mengatakan ia siap tetap menjabat PM sampai pengunduran dirinya diterima. Hal itu untuk memastikan kegiatan pemerintahan di Timor Leste tetap berjalan.
Ruak sebelumnya adalah seorang komandan perlawanan Timor Timur sebelum menjadi kepala tentara Timor Leste. Ia didukung oleh koalisi tiga partai, yakni Aliansi Perubahan untuk Kemajuan (AMP), yang menguasai 34 dari 65 kursi yang diperebutkan dalam pemilihan parlemen pada Mei 2018.
Namun, beberapa kali terjadi kebuntuan politik dan ketegangan yang meningkat setelah Presiden Guterres, anggota partai oposisi Fretilin, menolak beberapa menteri yang diusulkan oleh Xanana Gusmao terkait tuduhan korupsi.
Pada Sabtu (22/2/2020), Xanana—presiden pertama dan mantan perdana menteri Timor Leste—mengumumkan koalisi enam partai baru yang mengendalikan 34 kursi di parlemen tanpa partai Ruak. Xanana mengatakan, koalisinya akan mempersiapkan pembentukan pemerintahan baru.
”Hal ini diatur untuk menyelesaikan kebuntuan politik saat ini. Keenam partai politik ini bertemu untuk bersatu guna melanjutkan dan membentuk pemerintahan baru,” kata Xanana.
Timor Leste mengalami ketidakstabilan politik dalam beberapa tahun terakhir sehingga menghambat upaya untuk mengurangi kemiskinan, memberantas korupsi, serta mengembangkan sumber daya minyak dan gas. Sektor energi menyumbang sekitar 60 persen dari produk domestik bruto pada 2014 dan menyumbang lebih dari 90 persen pendapatan Pemerintah Timor Leste. (REUTERS/AFP)