Meskipun dibayangi relasi dagang yang belum pulih karena kebijakan protektif kedua pemimpin negara, Amerika Serikat dan India capai kesepakatan pembelian alutsista.
Oleh
·3 menit baca
Meskipun dibayangi relasi dagang yang belum pulih karena kebijakan protektif kedua pemimpin negara, Amerika Serikat dan India capai kesepakatan pembelian alutsista.
NEW DELHI, SELASA —Kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke India membuahkan kesepakatan miliaran dollar AS bagi Washington. India sepakat membeli persenjataan buatan Amerika Serikat senilai 4,9 miliar dollar AS. New Delhi-Washington juga merundingkan kesepakatan dagang di antara kedua negara.
Donald Trump mengumumkan, kesepakatan pembelian senjata senilai 3 miliar dollar AS telah ditandatangani dengan India. Dalam kontrak itu, New Delhi akan membeli aneka persenjataan canggih buatan AS.
Pengumuman itu disampaikan Trump setelah berunding dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, Selasa (25/2/2020), di New Delhi.
Trump mengatakan, India akan membeli 24 helikopter Sea Hawk buatan Lockheed Martin. Semua helikopter akan dilengkapi rudal hellfire. Nilai kontrak pembelian Sea Hawk sebesar 2,6 miliar dollar AS. Selain itu, New Delhi juga berencana membeli enam helikopter serbu Apache.
Kontrak itu diwujudkan setelah AS menaikkan status India dalam daftar pembeli senjatanya. Kini, India di dalam kelompok Pengesahan Perdagangan Strategis-1. Status itu membuat India bisa membeli senjata apa pun yang dapat dijual AS kepada sekutunya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Rencana pembelian itu juga bagian dari upaya India memodernisasi militernya. Selama ini India lebih banyak membeli senjata dari Rusia. Belakangan, India terus menambah senjata buatan AS. Langkah India itu untuk mengurangi kesenjangan militer dengan China.
Selain kontrak 3 miliar dollar AS, New Delhi-Washington juga menjajaki pembelian sistem rudal pertahanan senilai 1,9 miliar dollar AS. Belum ada gambaran lebih lanjut soal belanja pertahanan tambahan itu.
Kontrak lain yang sedang dijajaki adalah pembelian lima reaktor nuklir. India memang sedang membangun dan meningkatkan sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). New Delhi masih menjajaki pemasok untuk PLTN-PLTN itu.
Produktif
Modi mengatakan, pembicaraan dengan Trump sangat produktif. Mereka membahas isu pertahanan, energi, dan teknologi. Perundingan India-AS akan berlanjut. ”Hubungan di antara kedua negara adalah kemitraan terpenting pada abad 21,” ujarnya.
Dalam pertemuan ModiTrump juga dibahas soal keamanan telekomunikasi seluler. India berencana menerapkan teknologi 5G dan menjajaki sejumlah pemasok. AS berharap India tidak melibatkan perusahaan China, seperti Huawei, dalam proses pembangunan 5G. Di AS, Huawei telah dilarang terlibat dalam proyek 5G dengan alasan keamanan. Walakin, sejumlah sekutu AS di Eropa tetap menjajaki keterlibatan Huawei dalam proyek 5G.
Pertemuan Modi-Trump juga membahas perjanjian dagang AS-India. Trump menyatakan tidak tergesa punya perjanjian dagang dengan India. Meskipun demikian, ia menyebut ada kemajuan dalam perundingan.
AS merupakan rekan dagang kedua terbesar India setelah China. Total nilai dagang kedua negara pada tahun 2018 sebesar 142 miliar dollar, meningkat pesat dari semula hanya 66 miliar dollar pada 2018. Peningkatan itu membuat produk domestik bruto (PDB) India naik 7-8 persen per tahun.
Namun, kebijakan proteksi yang dilakukan oleh India tidak tidak terlepas dari tindakan sama yang dilakukan oleh Trump. Pada tahun 2018, Trump menerapkan tarif impor baru untuk baja dan aluminium dari India dan beberapa negara lainnya. Dampaknya, nilai ekspor baja dan aluminium India merosot sekitar 40 persen. Eksportir mesin dan alat-alat elektronik terimbas.
Saat mengumumkan rencana anggaran tahunan pada 1 Februari lalu, India mengumumkan tarif impor baru bagi peralatan kedokteran dan medis, kacang kenari, mainan, dan peralatan elektronik. Meski target semula adalah mengurangi impor barang-barang itu dari China, kebijakan itu juga berdampak pada produsen asal AS.
Tarif impor baru mewajibkan pengusaha AS mengeluarkan biaya ekstra senilai lebih kurang 600 juta dollar AS. Tarif baru itu mengejutkan delegasi perdagangan AS yang sedang bernegosiasi dengan India.
AS sendiri berusaha memangkas defisit 25 miliar dollar AS dalam perdagangan dengan India. Isu itu menjadi salah satu ganjalan dalam hubungan India-AS yang sama-sama ingin menghadapi peningkatan pengaruh China di kawasan.