Film Baper Membekas di Hati
Film drama dengan tema percintaan atau keluarga bisa membuat kita terbawa perasaan (baper). Bisa juga film itu membekas di hati sampai kita mengingat detil adegan dan dialognya.
Imajinasi suka melayang ke mana-mana seusai menonton film. Ketika nonton film aksi, kita jadi ingin ikutan jago berkelahi. Kalau film horor, kita jadi paranoid apabila ada yang muncul tiba-tiba. Nah, bagaimana kalau dengan film-film drama?
Tentu saja kita jadi ikutan terbawa perasaan alias baper. Bagaimana tidak, penonton seolah ikut terbawa setiap jalan cerita. Suasana, setting, dan lagu yang ada di film juga membuat penonton terbuai.
Sehabis menonton film drama percintaan, misalnya, kita jadi teringat sama pasangan sendiri, ada yang teringat gebetan, atau ada juga yang teringat mantan habis nonton. Malahan, ada juga yang teringat pasangan orang, eh… Pokoknya ada saja khayalan yang muncul sehabis nonton film yang bikin baper. Perasaan jadi campur aduk.
Nurul Dwi Ramadhani (21), mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, memiliki sejumlah daftar film yang membuatnya jadi baper. Salah satunya adalah film “Habibie & Ainun” (2012). Film ini berkisah tentang perjalanan cinta mantan Presiden Indonesia ke-3 BJ Habibie bersama istrinya Ainun.
“Aku sebenarnya lebih menyukai film bergenre drama keluarga dibandingkan film drama percintaan. Tetapi, kisah yang ditawarkan dalam film “Habibie & Ainun” membuat aku sangat tersentuh, karena Presiden Habibie yang dikenal keras pun dapat bersikap lembut dan penuh kasih sayang pada istrinya,” kata Nurul di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Namun, film yang membuat baper tidak saklek pada film-film bergenre drama percintaan. Film drama mengenai berbagai konflik juga bisa mengundang penonton menjadi baper. Ada film yang dapat membuat kita jadi teringat masa kecil, masalah keluarga, konflik pribadi, perjuangan karir, atau isu sosial.
Air mata Nurul pernah banyak menetes ketika menonton film “The Lion King” (2019), sebuah film drama keluarga untuk anak-anak. Film ini bercerita mengenai tumbuh kembang seekor singa bernama Simba. Simba berusaha kembali merebut tahta raja hutan yang pernah dipegang oleh ayahnya, Mufasa. Ayah Simba mati setelah dijebak saudara ayahnya, Scar.
“Itu sumpah sedih banget filmnya. Apalagi pas adegan Simba lagi lihat ke sungai dia malah melihat ayahnya yang udah mati. Gua jadi ngebayangin, bagaimana kalau itu abang atau ayah gua sendiri gitu,” ujar mahasiswi yang hobi menggambar itu.
Raihana Tazkia Irsyad (20), mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro, juga sering baper ketika menonton film drama. Film-film dengan konflik soal keluarga, percintaan, dan karir bisa menguras air matanya.
Film seperti “Cek Toko Sebelah” (2016) pernah membuat Raihana jadi baper. Film yang diperankan dan disutradarai oleh Ernest Prakasa ini bercerita mengenai kehidupan Erwin, seorang pemuda etnis Tionghoa. Setelah dewasa dan bersekolah tinggi, orangtua Erwin justru memintanya untuk lanjut bekerja di toko milik keluarga.
“Aku tuh orangnya yang gampang banget nangis kalau menonton film. Dan yang paling diingat dari film “Cek Toko Sebelah” adalah adegan terakhir, sewaktu Erwin dihadapkan sama dua pilihan yang buat dia bingung harus memilih yang mana,” kata Raihana.
Pikiran Raihana ikut melayang setelah menonton film itu. Dia membayangkan akan mengalami hal yang sama dengan Erwin, yaitu memilih antara impian atau keinginan orangtua.
Raihana melanjutkan, film drama mengenai hubungan manusia dan hewan juga dapat menyentuh perasaannya. Film “Hachiko: A Dog’s Story” (2009) adalah film yang berkesan baginya. Dia pernah menangis tersedu-sedu karena cerita di film ini mengenai ketulusan anjing yang menjadi pemeran utama dalam film ini. Padahal, Raihana tidak memiliki anjing peliharaan.
“Hachiko: A Dog’s Story” bercerita tentang kesetiaan seekor anjing, Hachi, kepada tuannya. Selama bertahun-tahun, Hachi menunggui tuannya di depan sebuah stasiun kereta api meskipun tuannya telah lama meninggal dunia.
“Anjingnya kan gak bisa berdialog, tetapi kita tetap bisa dibikin terharu karena kesetiaan Hachiko menunggu tuannya pulang. Dia menunggu di stasiun, sampai Hachiko-nya mati juga. Film yang memiliki akhir cerita yang menyedihkan seperti ini lebih menarik daripada film dengan akhir cerita yang bahagia,” ujar Raihana.
Realitas kehidupan
Psikolog dari Personal Growth Ratih Ibrahim, Sabtu (22/2/2020), mengatakan, fenomena di mana penonton menjadi baper setelah menonton film terjadi hampir ke semua orang. Namun, golongan anak muda menjadi baper karena mereka mereka berada dalam tahap pembentukan jati diri.
“Film-film dapat membuat anak muda baper, mereka sedang berada pada usia membentuk jati diri untuk menjadi lebih solid. Mereka sedang dalam fase perkembangan untuk masuk dalam sebuah relasi yang lebih intim dan serius seperti percintaan. Jadi, semua hal dalam film yang terkait dalam realitas kehidupannya akan sesuai dengan dirinya,” kata Ratih, secara terpisah.
Menurut dia, film-film yang dikonsumsi oleh anak muda memiliki dampak yang berbeda sebab tergantung dari masing-masing individu. Ada penonton yang menjadi semakin galau ketika menonton film sedih, tetapi ada juga yang baik-baik saja.
“Baper itu tergantung tidak hanya dari seleksi film, tetapi juga tren industri film. Dulu kan pernah tren film horor sehingga penonton jadi penakut dan paranoid. Sekarang tren film galau jadi mereka galau melulu,” ujarnya.
Memasuki tahun 2020, industri perfilman Indonesia ramai oleh sejumlah film drama percintaan yang membahas mantan kekasih. Sebut saja film Milea: Suara dari Dilan dan Toko Barang Mantan. Film-film ini membahas masalah masa lalu yang belum selesai dan bagaimana para tokoh utama menanggapi konflik yang muncul.
Ratih melanjutkan, perasaan baper anak muda dapat berubah ketika mereka memasuki usia yang lebih dewasa. Ada kalanya, mereka akan menemukan romantika kehidupan dalam film dan kenyataan berbeda. Mereka menjadi lebih realistis karena juga telah mengalami pengalaman hidup yang sesungguhnya, baik dalam hubungan interpersonal, rumah tangga, dan profesional. (*)