Padahal, Pemprov DKI sudah menyediakan dana yang cukup besar untuk jalur sepeda dan memperlebar trotoar. Awal pertama jalur sepeda sejauh 63 kilometer dan akan dilanjutkan sejauh 200 kilometer.
Tampaknya waktulah yang akan menentukan bakal menjadi apa jalur sepeda itu nanti. Timbul pendapat pro dan kontra di masyarakat. Yang pro adalah mereka dari kelompok pencinta lingkungan dan kesehatan sehingga rela bersepeda sebagai salah satu upaya menciptakan udara bersih, langit biru, dan badan yang sehat.
Yang kontra beranggapan bahwa hal itu akan mempersempit ruas jalan sehingga menimbulkan kemacetan di mana-mana. Mereka juga beranggapan bahwa sia-sia membangun jalur sepeda karena tidak ada pengguna sepeda yang lewat kecuali Sabtu dan Minggu.
Saya berusia 83 tahun, masih bersepeda hingga kini. Ada atau tidak disediakan jalur sepeda, sepanjang tahun 1979–1997 saya bersepeda ke kantor setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu. Jarak yang ditempuh 12 kilometer pulang pergi dari Cipinang ke Cikini (1997-1990) dan dari Cipinang ke Duren Tiga (1990–1997).
Sekarang saya masih bersepeda ke pasar, ke tempat ibadah, mengikuti acara fun bike dan sebagainya. Saya bersyukur karena tidak pernah sakit parah, apalagi harus dirawat di rumah sakit. Dengan bersepeda, kita bisa berhemat, tepat waktu, sekaligus menyehatkan badan.
Modalnya keberanian dan nyali.
Joseph Pandy
Cipinang Lontar II RT 003 RW 009, Jakarta Timur
Jalur Sepeda 2
Sebagian jalur sepeda di DKI Jakarta sudah selesai dan dapat digunakan. Namun, hampir di setiap hari kerja dan libur saya tidak pernah melihat jalur itu dilintasi sepeda. Jalur sepi-sepi saja, padahal dibuat dengan biaya besar.
Apa sudah dibuat kajian sebelum jalur sepeda ini dibangun, seberapa banyak orang yang akan menggunakan?
Jangan hanya ikut-ikutan seperti di luar negeri, Belanda misalnya. Di sana memungkinkan karena kotanya kecil, jarak tempuh dekat dengan radius 10 km, udara sejuk dan bersih, kendaraan mobil dan motor sedikit.
Sewaktu saya masih SMA di tahun 1957, saya ke sekolah naik sepeda dari Jatinegara sampai Lapangan Banteng. Enak-enak saja karena mobil dan motor masih sedikit, tidak ada polusi. Kalau sekarang, saya takut keserempet.
Bahkan, ketika saya kuliah di luar negeri, saya sering jalan kaki setengah jam, tidak lelah, karena udaranya dingin, bersih, tidak banyak mobil motor, dan tersedia trotoar.
Jadi, apa yang ada di luar negeri tidak serta-merta dapat dilakukan/ditiru di sini.
Saya mengusulkan, setiap hari libur atau Sabtu-Minggu diadakan lomba sepeda atau sepeda santai melalui jalur sepeda dengan hadiah menarik. Untuk insentif, para pelajar boleh membeli sepeda dan helm dengan subsidi DKI.
Di beberapa tempat, buat shelter untuk istirahat lengkap dengan bangku plus minuman gratis dan tempat penitipan sepeda dengan tarif murah. Jadi, jika lelah bisa lanjut dengan kendaraan lain.
SURITNO
Rawamangun,
Jakarta 13240
Klaim Asuransi
Saya adalah peserta asuransi Bumiputera cabang Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Masa kontrak asuransi saya telah habis Mei 2018. Saya sudah mengurus proses klaim, tetapi sampai saat ini belum juga dibayar.
Nomor polis asuransi saya 208101006593. Jatuh tempo Mei 2018 dengan nilai klaim Rp 11.746.690.
Setiap kali saya cek, yang ada hanya janji-janji. Keperluan kuliah anak saya pun menjadi korban.
Yuventa Mone
Nelle Urung, Sikka