LIPI: Ekonomi Indonesia 2020 Tumbuh 4,74-4,84 Persen
›
LIPI: Ekonomi Indonesia 2020...
Iklan
LIPI: Ekonomi Indonesia 2020 Tumbuh 4,74-4,84 Persen
Perekonomian Indonesia dikhawatirkan terkoreksi akibat dampak wabah Covid-19 terhadap perekonomian China. Perlu antisipasi agar perekonomian RI tidak merosot.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 hanya akan berada di kisaran 4,74-4,84 persen. Angka ini diperkirakan dari dampak langsung wabah virus korona yang mengakibatkan pelemahan ekonomi China.
Sebagai perbandingan, pada akhir tahun 2019 Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI) memprediksi ekonomi nasional Indonesia tahun 2020 akan tumbuh 5,04 persen.
”Harapan kami pada waktu Outlook 2020, perang dagang bisa mereda. Tetapi perang dagang belum mereda, kemudian ada outbreak (wabah) Covid-19,” kata Kepala P2E LIPI Agus Eko Nugroho di Jakarta, Rabu (26/2/2020).
Agus mengatakan hal tersebut pada acara media briefing ”Covid-19 Outbreak: Seberapa Besar Dampak terhadap Perekonomian Indonesia”.
Agus menuturkan, sektor pariwisata di Indonesia menjadi sektor yang terdampak langsung pertama kali dari wabah Covid-19. Potensi kerugian devisa nasional di sektor pariwisata ditaksir mencapai 2 miliar dollar AS.
Angka tersebut merupakan hasil simulasi P2E LIPI berdasarkan perhitungan pada 2019 yang mencatat ada 2 juta turis asal China yang berkunjung ke Indonesia. Lama tinggal mereka rata-rata 6 hari dan menghabiskan 157 dollar AS per hari. Asumsi perhitungan ini dipakai sebagai prediksi pada tahun 2020, turis asal China akan menunda atau membatalkan perjalanan ke Indonesia.
LIPI memperkirakan koreksi pertumbuhan menurut subsektor terhadap Produk Domestik Bruto Nasional 2020, yakni kontraksi pada angkutan udara 0,013 persen; penyediaan akomodasi 0,008 persen; serta penyediaan makanan dan minuman 0,006 persen.
”Ini first round effect. Kalau, misalnya, kemudian ada second round effect, yang berpengaruh kepada sektor-sektor lain, maka pengaruhnya akan lebih dalam lagi,” kata Agus.
Agus menuturkan, sektor pariwisata berkaitan erat dengan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), terutama di subsektor usaha makanan minuman dan usaha kerajinan kayu dan rotan.
LIPI memperkirakan sektor perdagangan juga akan terdampak. Sekitar 13 persen jenis barang ekspor ke China akan terkena dampaknya dan sekitar 6,5 persen jenis barang impor asal China juga berpotensi hilang dari pasar domestik Indonesia.
”Konsumsi, perkiraan kami, akan terkontraksi 0,5-0,8 persen. Kalau kita tidak melakukan apa-apa, maka pasti akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Target pemerintah bisa tidak terpenuhi,” ujar Agus.
Terkait dengan hal itu, P2E LIPI memberikan sejumlah rekomendasi, termasuk penyiapan operasi pasar pengganti barang dari China. Langkah ini mencakup pula pencarian pemasok pengganti produk impor strategis (dengan nomor sistem terharmonisasi atau HS 01 sampai 24). Selain itu juga mempercepat jalur distribusi untuk mengendalikan harga domestik akibat kelangkaan barang.
”Bagi UMKM yang terkena dampak, misalnya terjadi kredit macet, saya kira dimungkinkan mempertimbangkan penundaan penalti,” kata Agus.
Sejumlah kementerian direkomendasikan untuk mempercepat penyaluran transfer tunai ataupun penyaluran dalam bentuk lain.
Upaya menggaet turis untuk mempertahankan penciptaan nilai tambah di sektor pariwisata akibat penundaan kunjungan 2 juta wisatawan dari China pun diperlukan. ”Misalnya melalui travel fair di Timur Tengah, Afrika Utara, Pakistan, India, Rusia, Kanada, dan Selandia Baru,” lanjut Agus.
Pengaruh
Peneliti P2E LIPI, Purwanto, menuturkan, wabah virus korona memberi pengaruh pada perekonomian dunia, khususnya China sebagai raksasa ekonomi. ”Kajian P2E LIPI kiranya bisa menjadi bahan masukan bagi pemerintah, terutama untuk mengantisipasi dan meminimalkan risiko bagi perekonomian Indonesia,” ujarnya.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI Tri Nuke Pudjiastuti mengatakan, persoalan Covid-19 adalah permasalahan global yang berpengaruh luar biasa.
Persoalan Covid-19 adalah permasalahan global yang berpengaruh luar biasa.
”Langkah P2E LIPI bukan hanya menyampaikan sesuatu angka, tetapi juga tentang bagaimana menyelesaikan atau membantu pemerintah supaya kebijakannya bisa menjaga stabilitas perekonomian makro maupun mikro,” kata Tri.