Pemerintah Mewaspadai Dampak Covid-19 ke Industri Manufaktur
›
Pemerintah Mewaspadai Dampak...
Iklan
Pemerintah Mewaspadai Dampak Covid-19 ke Industri Manufaktur
Sejauh ini, produktivitas industri manufaktur Indonesia masih berjalan karena stok bahan baku dan barang modal masih tersedia sampai akhir Maret.
Oleh
karina isna irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mewaspadai dampak wabah virus korona baru atau Covid-19 terhadap sektor manufaktur. Produktivitas berpotensi menurun karena impor bahan baku dan barang modal dari China terhambat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, pertumbuhan ekonomi global dan domestik akan terkoreksi pada triwulan I-2020. Perlemahan ekonomi akan berlanjut apabila wabah Covid-19 tak kunjung deeskalasi.
Pemerintah kini mewaspadai dampak Covid-19 terhadap sektor manufaktur dan harga komoditas karena sebagian besar impor bahan baku dan barang modal industri berasal dari China. Sejumlah pengusaha menyebutkan, stok bahan baku dan barang modal bertahan hingga akhir Maret 2020.
”Sejauh ini, produktivitas industri manufaktur Indonesia masih berjalan karena stok bahan baku dan barang modal masih tersedia sampai akhir Maret. Mereka tidak memperkirakan adanya Covid-19,” kata Sri Mulyani dalam acara Proyeksi Ekonomi 2020 di Jakarta, Rabu (26/2/2020).
Sejumlah pengusaha menyebutkan, stok bahan baku dan barang modal bertahan hingga akhir Maret 2020.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, total nilai impor Indonesia pada Januari 2020 sebesar 14,28 miliar dollar AS. Dari nilai itu, sekitar 89,7 persen adalah bahan baku/penolong senilai 10,58 miliar dollar AS dan barang modal 2,23 miliar dollar AS.
Pangsa pasar impor terbesar adalah China (32,11 persen), Jepang (8,9 persen), Singapura (6,42 persen), Korea Selatan (5,21 persen), dan Thailand (5,16 persen).
Menurut Sri Mulyani, besarnya pangsa pasar impor dari China berisiko terhadap industri manufaktur. Aktivitas ekonomi China yang belum pulih akibat Covid-19 akan mengganggu distribusi pasokan bahan baku dan barang modal ke Indonesia.
Selain distribusi barang, Covid-19 akan berdampak terhadap ekspor komoditas sumber daya alam. ”Harga komoditas global kini perlahan menurun, seperti minyak dunia dan minyak sawit. Devisa ekspor Indonesia paling terbesar masih dari komoditas mentah,” ujarnya.
Besarnya pangsa pasar impor dari China berisiko terhadap industri manufaktur. Aktivitas ekonomi China yang belum pulih akibat Covid-19 akan mengganggu distribusi pasokan bahan baku dan barang modal ke Indonesia.
Alternatif pasar impor
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi 0,3 persen-0,6 persen setiap pertumbuhan ekonomi China menurun 1 persen. Dampak ekonomi cukup signifikan karena China adalah mitra dagang utama Indonesia.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi 0,3 persen-0,6 persen setiap pertumbuhan ekonomi China menurun 1 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah akan memfasilitasi alternatif pasar impor bahan baku dan barang modal. Produktivitas industri domestik tetap dijaga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Aktivitas industri manufaktur pada Januari 2020 tengah meningkat. Permintaan terhadap ekspor beberapa produk tumbuh yang terefleksi pada setoran pajak. Kontribusi industri dalam penerimaan pajak tumbuh sekitar 3 persen.
”Di tengah risiko wabah Covid-19, ekspor Indonesia masih tumbuh karena permintaan naik,” ujar Airlangga.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani berpendapat, upaya mencari alternatif negara impor bahan baku selain dari China bukan perkara mudah. Jenis barang impor relatif sulit didapat dan harga yang ditawarkan lebih mahal.
Di sisi lain, penjajakan dengan mitra dagang baru juga membutuhkan waktu. Salah satu negara yang paling memungkinkan Vietnam, tetapi tidak cukup. ”Alternatif pasar impor bukan solusi utama untuk mendorong produksi industri dalam negeri,” kata Shinta.
Upaya mencari alternatif negara impor bahan baku selain dari China bukan perkara mudah. Jenis barang impor relatif sulit didapat dan harga yang ditawarkan lebih mahal.
Perekonomian Indonesia pada triwulan I-2020 berisiko tumbuh di bawah 5 persen. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020 sebesar 4,9 persen. Adapun pemerintah optimistis ekonomi tetap tumbuh berkisar 5 persen.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi pelemahan daya beli masyarakat ditambah wabah Covid-19. Epidemi Covid-19 memengaruhi perekonomian Indonesia melalui pariwisata, perdagangan, dan investasi.