Perekonomian Sumut Mulai Terpengaruh Penyebaran Virus Korona
›
Perekonomian Sumut Mulai...
Iklan
Perekonomian Sumut Mulai Terpengaruh Penyebaran Virus Korona
Sektor pariwisata di Sumatera Utara terpengaruh isu virus korona. Perdagangan di bidang perkebunan pun turut terimbas meski kecil.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Perekonomian Sumatera Utara mulai terpengaruh penyebaran virus korona. Di sektor pariwisata, omzet agen wisata dan perjalanan turun 25 persen. Tingkat hunian hotel di Sumut pun di bawah 50 persen. Meskipun hal tersebut tidak signifikan, industri sawit dan karet juga terpengaruh karena terganggunya ekspor ke China.
”Banyak wisatawan dari Sumut yang membatalkan perjalanan ke China dan beberapa negara lainnya. Penurunan omzet terutama dialami agen perjalanan yang mengandalkan penjualan paket luar negeri,” kata Ketua Asosiasi Perjalanan dan Wisata Indonesia (Asita) Sumut Solahuddin Nasution, Rabu (26/2/2020).
Setelah virus korona merebak lebih dari sebulan, wisatawan semakin waswas berkunjung ke luar negeri. Bisnis perjalanan kian terpuruk karena paket perjalanan yang paling diminati warga Sumut selama ini adalah negara yang kini sudah terjangkit virus korona, seperti China, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, dan Taiwan. Penerbangan ke negara tujuan pun sebagian besar transit di Singapura yang kini sudah meningkatkan status darurat virus korona.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumut Denny S Wardhana mengatakan, kunjungan wisatawan asing ke Sumut juga sudah mulai terpengaruh penyebaran virus korona. ”Kami perkirakan kunjungan wisatawan menurun sekitar 20 persen,” kata Denny.
Di tengah menurunnya kunjungan turis asing, menurut Denny, hotel dan restoran menggencarkan promosi untuk wisatawan Nusantara. ”Apalagi, harga tiket penerbangan domestik sudah mulai turun. Kami berharap industri pariwisata bisa didongkrak oleh wisatawan Nusantara,” ujarnya.
Banyak wisatawan dari Sumut yang membatalkan perjalanan ke China dan beberapa negara lainnya. Penurunan omzet terutama dialami agen perjalanan yang mengandalkan penjualan paket luar negeri.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Ria Telaumbanua, virus korona tidak berdampak signifikan terhadap pariwisata di Sumut. ”Wisatawan asing yang paling banyak berkunjung ke Sumut adalah Malaysia dan Singapura. China berada di urutan ketiga,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan China yang masuk ke Sumut pada periode Januari-November 2019 sebanyak 7.823 orang atau sekitar 3,3 persen dari total kunjungan wisatawan asing sebesar 236.198 orang.
Selain pariwisata, industri perkebunan juga turut terdampak penyebaran virus korona. Ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan getah karet ke China menurun. Namun, penurunan tidak berdampak signifikan karena permintaan dari negara lain masih terus meningkat.
Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumatera Utara Edy Irwansyah mengatakan, harga karet remah pada Januari yang tertinggi mencapai 1,52 dollar AS per kilogram. Harga itu pun turun menjadi 1,35 dollar AS.
Edy mengatakan, ekspor karet Sumut ke China sekitar 70.000 ton dari total 410.000 ton. ”Sumut tidak terlampau khawatir atas penurunan permintaan dari China karena ditutupi permintaan dari Jepang yang meningkat. Permintaan negara lainnya juga masih stabil,” kata Edy.
Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Sumatera Utara Timbas Prasad Ginting mengatakan, ekspor sawit juga menurun ke China karena adanya gangguan aktivitas bongkar muat. Penurunan harga pun terjadi selama sebulan belakangan.
”Namun, penurunan harga lebih banyak dipengaruhi meningkatnya produksi CPO di Malaysia hingga 17 persen,” kata Timbas.
Timbas mengatakan, harga CPO di Sumut saat ini Rp 8.033 per kilogram. Harga itu menurun dibandingkan harga pada awal Januari yang mencapai Rp 9.150. Timbas optimistis harga tersebut bisa merangkak naik kembali setelah pasokan dari Malaysia stabil kembali dan wabah virus korona reda.