Sistem drainase di wilayah Jakarta, mulai dari saluran besar hingga kecil, harus dibenahi. Harus ada pengerukan dan pembersihan secara rutin, mulai dari tingkat wilayah hingga permukiman.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, hujan dengan intensitas tinggi masih akan turun hingga awal Maret. Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane mengingatkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan drainase yang masih buruk. Diharapkan, pemprov membenahi dan membereskannya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayah, Kamis (27/2/2020), menjelaskan, dari beberapa kali hujan besar di Jakarta dalam dua bulan ini, tiga di antaranya cukup besar dan mengakibatkan banjir di Jakarta. Ketiganya adalah banjir pada 1 Januari 2020, 23 Februari 2020, dan 25 Februari 2020.
Dalam tiga kali banjir di Jakarta itu, ada pengaruh dari sistem sungai dan sistem drainase. Berdasarkan evaluasi BBWSCC, pada banjir 1 Januari 2020, sistem sungai berkontribusi 50 persen pada banjir dengan 33 titik banjir dan sistem drainase menyumbang 50 persen pada bencana banjir juga dengan adanya 33 titik banjir.
Pada banjir 23 Februari 2020, sistem sungai menyumbang 13,4 persen pada banjir Jakarta dengan adanya 12 titik banjir, sementara sistem drainase menyumbang 86,6 persen dengan adanya 71 titik banjir.
Terbaru, dari banjir Jakarta 25 Februari 2020, sistem sungai menyumbang 35 persen pada banjir dengan 16 titik banjir, sedangkan sistem drainase menyumbang 65 persen dengan munculnya 30 titik banjir.
Hal itu, lanjut Bambang, menunjukkan sistem drainase di wilayah Jakarta, mulai dari saluran besar hingga kecil, harus dibenahi. Harus ada pengerukan dan pembersihan secara rutin, mulai dari tingkat wilayah hingga permukiman, sehingga manakala terjadi hujan, air bisa lancar mengalir.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Yusuf secara terpisah mengklarifikasi dengan menjelaskan, sistem drainase sebenarnya tidak ada masalah. ”Setiap hari satuan petugas kami selalu melakukan pengerukan. Info dari BMKG memang curah hujan minggu-minggu ini melebihi batas normal, bisa dilihat dari data yang dikeluarkan BMKG,” ujarnya.
Juaini menambahkan, penyebab banjir bukan karena drainase saja, melainkan juga sungai. Ia menyebutkan kejadian kemarin di Manggarai, situasi sudah Siaga I, akhirnya semua sungai besar meluap. Saat curah hujan lokal cukup tinggi, karena sungai meluap, drainase yang seharusnya bisa mengalir ke sungai-sungai menjadi terhambat dan ikut meluap ke badan jalan.
Untuk drainase, lanjut Juani, memang ada permintaan untuk menormalisasi saluran yang ukurannya kecil. Jadi ada drainase yang perlu dilebarkan.
”Pelebaran drainase itu ada di wilayah, di suku dinas-suku dinas,” ujarnya.
Adapun untuk pemeliharaan sungai-sungai, menurut Juani, ia mesti berkoordinasi dengan BBWSCC selaku institusi yang berwenang atas pengelolaan 13 sungai di wilayah Jakarta.
Bambang Hidayah menyampaikan, ia setuju apabila Dinas Sumber Daya Air berkeinginan memelihara ke-13 sungai. ”Kalau mau mengeruk sungai-sungai karena sedimen yang tebal, silakan. Namun, mesti berkoordinasi dengan kami supaya tidak mengubah ukuran dan bentuk kali. Jangan juga terlalu lebar karena bisa mengubah, jangan juga terlalu dalam mengeruk karena bisa berpengaruh terhadap kekokohan turap atau dinding kali, bisa ambruk,” tuturnya.
Usulan tentang pengerukan 13 kali ini pun sebelumnya sudah disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Saefullah, Rabu (26/2/2020). DKI Jakarta akan melakukan pengerukan kali-kali di Jakarta secara masif pada akhir 2020, bersama waduk, embung, dan saluran-saluran penghubung.
”Dari rapat terakhir dengan BBWSCC, kepala balai setuju sekali. Nanti DKI akan bersurat ke balai untuk itu,” jelas Saefullah.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta per Kamis (27/2/2020) pukul 12.00, jumlah pengungsi tersisa 5.158 jiwa yang tersebar di 45 lokasi. Para pengungsi itu berada di 9 lokasi di Jakarta Utara, 5 lokasi di Jakarta Barat, dan 31 lokasi di Jakarta Timur.