Pemerintah sejumlah negara bersama para ilmuwan, petugas medis, dan aparat keamanan terus berupaya memerangi penyebaran wabah Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO/ B Josie Susilo Hardianto
·2 menit baca
WASHINGTON, RABU — Hingga Rabu (26/2/2020), sekitar 81.000 orang sedang atau pernah terpapar virus Covid-19. Angka kematian akibat serangan virus itu hampir menembus 2.800 orang, mayoritas di China. ”Jumlah kasus baru di luar China melebihi jumlah kasus baru di China untuk pertama kalinya,” kata Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Ghebreyesus di Geneva, Swiss. WHO merilis catatan adanya 411 kasus baru Covid-19 di China dan di luar China sebanyak 427 kasus.
Setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memperingatkan bahaya penyebaran Covid-19 di AS, Presiden Donald Trump menjanjikan akan membahas ancaman penyakit itu. Pada Selasa (25/2), Trump mengatakan, pemerintahannya telah meminta dana tambahan 2,5 miliar dollar AS untuk mempercepat pengembangan vaksin, mendukung kesiapsiagaan dan kegiatan respons, serta mengumpulkan peralatan dan logistik yang diperlukan.
Ketua Minoritas Senat AS, Chuck Schumer (Demokrat), sebagaimana diungkapkan oleh seorang sumber, bahkan meminta dana lebih. Ia tengah mempersiapkan permintaan dana darurat sebesar 8,5 miliar dollar AS untuk menghadapi ancaman Covid-19. Dari Inggris dikabarkan, otoritas negara itu telah memulai tes acak pada pasien dengan keluhan flu.
Langkah itu diambil agar pemerintah dapat memiliki data awal untuk mengembangkan sistem peringatan dini jika wabah itu makin meluas. Saat ini di Inggris tercatat ada 13 kasus. ”Kami meningkatkan kewaspadaan karena ada penyebaran virus di negara-negara di luar China,” kata Direktur Medis Kesehatan Masyarakat kepada radio BBC, Rabu.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan, Pemerintah Inggris telah memiliki rencana untuk berjaga-jaga jika virus itu menjadi pandemi. Di Inggris, tes acak untuk virus akan dilakukan di 11 rumah sakit dan 100 kantor medis umum terhadap warga yang memiliki gejala flu, termasuk batuk, ditambah sesak napas dan demam.
”Kami mengambil semua langkah yang diperlukan untuk meminimalkan risiko,” kata Hancock. Menurut dia, masyarakat perlu diyakinkan bahwa pemerintah telah memiliki langkah-langkah dan kemampuan untuk menangani wabah itu.
Langkah serupa juga telah dilakukan otoritas Australia.Peneliti virus di Universitas Queensland, Australia, Ian Mackay, mengatakan, pihaknya telah melakukan beragam upaya untuk memperlambat penyebaran wabah Covid-19. ”Sehingga pihak rumah sakit tidak kewalahan,” kata Mackay. (AP/AFP)