Donald Trump dinilai secara sistematis menyerang dan melemahkan serikat pekerja. Serikat Pekerja Jasa AS berencana melancarkan kampanye di 40 negara bagian dan menyasar sedikitnya 6 juta pemilih untuk mengalahkan Trump.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Serikat Pekerja Jasa Amerika Serikat mengumumkan rencana penggalangan dana 150 juta dollar AS. Dana itu akan digunakan untuk mengalahkan presiden petahana Donald Trump dalam pemilihan presiden AS pada November 2020.
Presiden Persatuan Pekerja Jasa Internasional (SEIU) Mary Kay Henry, Rabu (26/2/2020) sore waktu Washington atau Kamis dini hari WIB, menyebutkan, Trump secara sistematis menyerang dan melemahkan serikat pekerja.
”Hak pekerja federal sangat terpangkas selama pemerintahan dia. Kami sangat marah karena peraturan dibuat untuk menentang kami dan perlunya memilih orang yang bisa bersama pekerja,” ujarnya.
SEIU mengklaim mempunyai dua juta anggota. Serikat itu beranggotakan pekerja di sektor kesehatan, jasa boga, kebersihan, dan pegawai negeri sipil (PNS). Separuh anggotanya merupakan orang-orang kulit berwarna, dan sebagian besar anggotanya bergaji kurang dari 15 dollar AS per jam.
Serikat itu berencana melancarkan kampanye di 40 negara bagian dan menyasar sedikitnya enam juta pemilih. Colorado, Florida, Michigan, Minnesota, Nevada, Pennsylvania, Virginia, dan Wisconsin menjadi fokus kampanye. Selain iklan televisi, dana akan dipakai untuk berkampanye secara langsung.
Dengan kecenderungan pemilu yang semakin ketat, suara setiap kelompok pemilih amat penting. Suara pekerja dan kelompok minoritas juga penting. Di pemilu 2016, kunci kemenangan Trump adalah kenaikan jumlah pemilih pekerja kulit putih dan penurunan partisipasi pemilih minoritas.
Direktur Politik SEIU Maria Peralta mengakui, tim kampanye Trump berhasil menjangkau pemilih minoritas. ”Dia mengejar komunitas kami secara perlahan. Kami sangat sadar itu. Mereka membahas soal penguatan ekonomi. Kami tidak mau terperangkap dengan itu,” tuturnya.
Langkah SEIU tidak mudah. Sebab, sejumlah jajak pendapat menunjukkan kenaikan tingkat penerimaan atas kinerja Trump. Warga terutama senang dengan keberhasilan Trump memperbaiki perekonomian. Hal itu tecermin dari penurunan pengangguran, khusus di kalangan warga kulit hitam.
Selain itu, tim pemenangan Trump secara khusus menggarap warga kulit hitam. Di Florida, Georgia, Michigan, Ohio, Pennsylvania, North Carolina, dan Wisconsin, tim Trump membuat pusat-pusat informasi yang dirancang khusus untuk pemilih kulit hitam.
Peluang keterpilihan
Sejumlah jajak pendapat menunjukkan, Trump harus bekerja keras untuk merayu pemilih kulit hitam. Dalam jajak pendapat pada 19-25 Februari 2020 oleh Reuters dan Ipsos terungkap 79 persen responden kulit hitam tidak bisa menerima kinerja Trump.
Di pemilu 2016 hanya 8 persen pemilih kulit hitam yang memberi suara untuk Trump. Sementara Hillary Clinton mendapat 89 persen suara kelompok itu.
Sementara untuk pemilu 2020, hanya 7 persen pemilih kulit hitam berencana memilih Trump. Adapun terhadap bakal calon dari Demokrat, peluangnya paling rendah, yaitu 68 persen.
Di antara para bakal calon presiden (capres) Demokrat, Bernie Sanders kini menikmati kenaikan peluang keterpilihan. Hingga 26 persen responden yakin Sanders sanggup melawan Trump. Sebaliknya, terhadap Joe Biden, keyakinan merosot dari 27 persen menjadi 17 persen.
Namun, data dari Gallup harus membuat para bakal capres AS dari Demokrat waspada. Sebab, hanya 27 persen responden mengaku sebagai Demokrat. Sebaliknya, ada 30 persen mengaku Republikan dan 42 persen lain tidak terikat pada Demokrat atau Republik.
Selain itu, 37 persen mengaku konservatif, 35 persen cenderung moderat, dan hanya 24 persen yang liberal. Hal itu dikhawatirkan menyulitkan Sanders yang dinilai terlalu liberal.
Anggota DPR AS dari fraksi Demokrat, Elaine Luria, mengaku cemas dengan kemungkinan Sanders menjadi capres dari Demokrat. Kini, ia dituding sosialis oleh politisi yang mengincar kursinya di DPR. ”Bernie Sanders menambah masalah,” ujarnya.
Politikus Demokrat lainnya, Tom Malinowski, menyatakan siap mendukung Sanders apabila akhirnya senator Vermont itu direkomendasikan Demokrat. Walakin, seperti Luria, ia merasa Sanders memicu perpecahan.
”Buat apa mempertaruhkan kesempatan luar biasa dengan menominasikan seseorang yang cenderung memecah belah?” ujarnya.
Sementara Ketua DPR AS Nancy Pelosi mendorong para politikus partai itu bersatu dan mendukung siapa pun capres dari Demokrat. ”Saya berharap semua berkata, siapa pun calonnya, sepenuh hati menyokongnya. Tidak boleh menunjukkan perpecahan. Ini harus tentang persatuan, persatuan, persatuan,” ujarnya dalam salah satu pertemuan para kader Demokrat.
Pelosi meyakini Demokrat akan memenangi pilpres AS, Senat, dan DPR yang digelar pada November 2020. Untuk itu, Demokrat harus bersatu dan mendukung siapa pun capres dari partai tersebut. (AP/REUTERS)