Untuk pertama kali kasus positif Covid-19 dilaporkan ada di Amerika Latin, yakni di Brasil. Dengan demikian, wabah ini sudah menyebar ke seluruh benua.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
BRASILIA, KAMIS — Untuk pertama kali penyakit Covid-19 dilaporkan di Brasil, Rabu (26/2/2020) waktu setempat. Kasus pertama di Amerika Latin ini adalah seorang pria berumur 61 tahun yang memiliki riwayat bepergian ke kawasan Lombardy, Italia, pada 9-21 Februari 2020. Kini, pria itu dirawat di Rumah Sakit Israelita Albert Einstein, Sao Paulo.
Kasus pertama Covid-19 di Brasil ini diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium atas 20 kasus terduga lainnya yang tersebar di tujuh negara bagian. Sebelum ini, sebanyak 59 terduga juga sudah diperiksa dan hasilnya negatif Covid-19.
Wanderson de Oliveira, Sekretaris Bidang Surveilans Kesehatan Kementerian Kesehatan Brasil, menjelaskan, dari 20 terduga itu, sejumlah 12 orang mempunyai riwayat pergi ke Italia, 2 orang ke Jerman, dan 2 orang ke Thailand. Selebihnya tidak memiliki riwayat bepergian ke negara lain.
”Pola ini menggambarkan kecepatan penyebaran di mana sistem kesehatan juga harus bisa beradaptasi dengannya. Sistem kesehatan kita saat ini dalam kondisi siaga,” kata Wanderson de Oliveira.
Wanderson de Oliveira pun melanjutkan, ”Kita berada dalam fase pengendalian untuk mencegah penyebaran. Jika menyebar, kita akan masuk fase mitigasi untuk mencegah kasus serius dan kematian.”
Pada laman resmi Kementerian Kesehatan Brasil, Menteri Kesehatan Brasil Luiz Henrique Mandetta mengingatkan, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 bisa menyebar. Akan tetapi, tidak seperti negara lain dengan kasus positif yang banyak, Brasil belum memasuki musim dingin, waktu di mana risiko penyebarannya lebih besar.
”Ini adalah flu jenis yang lain, yang umat manusia harus hadapi. Dari sekian banyak flu yang ganas, virus korona memiliki karakter penularan yang mirip dengan flu yang sudah bisa kita atasi,” kata Mandetta.
”Sistem kita sudah pernah melewati epidemi penyakit pernapasan yang parah. Kita juga akan melalui ini,” ujarnya, menambahkan.
Mandetta juga menjamin bahwa ”warga Brasil akan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk pencegahan yang meliputi higienitas atau kebersihan diri, etika di saat bersin atau batuk, mencuci tangan dengan sabun. Ini merupakan perilaku hidup bersih yang penting untuk mencegah, tidak hanya penyakit pernapasan, tetapi juga penyakit lain”.
Informasi terbaru akan disiarkan melalui koran dan buletin epidemiologi. Mengantisipasi bertambahnya kasus Covid-19 positif, Sekretaris Eksekutif Kementerian Kesehatan Brasil Joao Gabardo dos Reis membahkan bahwa pengadaan alat pelindung diri khusus bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien positif Covid-19 sudah dilakukan dan alat tersebut akan dikirim beberapa hari lagi.
”Semua negara bagian dan kota telah memiliki alat pelindung diri yang dibutuhkan untuk keperluan rutin. Sekarang jumlahnya perlu ditambah sehingga Kementerian Kesehatan akan mengirim bantuan peralatan ini,” ujar Gabardo.
Selain kasus pertama di Brasil, warga Italia atau warga yang baru saja bepergian ke Italia dilaporkan positif Covid-19 di Aljazair, Austria, Kroasia, Romania, Spanyol, Swedia, dan Swiss. Italia sendiri telah melaporkan lebih dari 400 kasus positif yang berpusat di kawasan Lombardy dan Veneto.
Ketika tren penambahan kasus baru Covid-19 di China mulai menurun, penyakit ini justru bertambah banyak di Korea Selatan, Italia, dan Iran. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, China melaporkan ada 412 kasus baru pada Selasa (25/2/2020), sementara di 37 negara lain muncul 459 kasus baru.
Menurut WHO, wabah Covid-19 di China mencapai puncaknya pada 2 Februari 2020. Di luar Provinsi Hubei, hanya ada 10 kasus baru dilaporkan di China pada Selasa (25/2/2020).
Pada Kamis (27/2/2020), terdapat 1.595 kasus positif Covid-19 dengan 12 kasus meninggal di Korea Selatan, 453 kasus positif dengan 12 kasus meninggal di Italia, dan 139 kasus dengan 19 kasus kematian di Iran.
Menggunakan istilah pandemi sembarangan tidak ada manfaatnya. Namun, hal itu justru menimbulkan risiko signifikan dalam memperbesar ketakutan.
Meskipun demikian, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyarankan para diplomat di Geneva untuk tidak menggunakan istilah pandemi.
”Menggunakan istilah pandemi sembarangan tidak ada manfaatnya. Namun, hal itu justru menimbulkan risiko signifikan dalam memperbesar ketakutan dan stigma yang tidak perlu serta melumpuhkan sistem,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus.
”Penggunaan istilah pandemi juga bisa menjadi sinyalemen bahwa kita tidak bisa lagi mengendalikan penyebaran virus ini, yang sesungguhnya tidak benar,” katanya, melanjutkan.
Seiring dengan kepanikan yang meningkat, otoritas Meksiko menolak sebuah kapal pesiar untuk berlabuh di salah satu pelabuhannya.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Rabu (26/2/2020), menyatakan, penyebaran Covid-19 di AS tidak bisa terelakkan. Untuk itu, dirinya mempertimbangkan untuk memberlakukan pembatasan perjalanan ke Italia dan Korea Selatan. Trump juga optimistis AS bisa mengendalikan wabah Covid-19.
Namun, optimisme itu berkebalikan dengan pejabat kesehatan senior di pemerintahan Trump sendiri yang menyampaikan telah mengidentifikasi kasus pertama Covid-19 di AS yang tidak diketahui asalnya. (REUTERS/AFP)