Babak Baru Wabah Virus Korona
Wabah virus korona baru memasuki babak baru seiring membesarnya kasus infeksi dan kematian di luar China. Hal itu mempersempit peluang menghentikan epidemi ini.
Sekalipun China menyumbang mayoritas kasus dan kematian akibat penyakit Covid-19, infeksi menyebar di negara-negara lain. Total 50 negara terjangkit virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, padahal pekan lalu ada 33 negara. Di Indonesia, keberadaan virus ini masih misteri.
Hingga Kamis (27/2/2020), menurut situs Gisanddata, jumlah infeksi di dunia 82.548 kasus dan 78.497 pasien di antaranya di China. Korban meninggal 2.810 jiwa, 2.641 orang di antaranya di China.
Peningkatan tajam jumlah kasus terjadi di Korea Selatan, dari 30 kasus pada Senin (17/2/2020) menjadi 1.766 kasus pekan ini, dan 13 orang di antaranya meninggal. Italia pun mengalami lonjakan tajam dengan 528 kasus dan 14 orang meninggal, atau jumlah tertinggi di luar Asia.
Korban meninggal 2.810 jiwa, 2.641 orang di antaranya di China.
Iran, yang pekan lalu tanpa ada kasus, pun melaporkan 43 kasus, 8 orang di antaranya meninggal Senin lalu, lalu menjadi 245 kasus infeksi dan 26 kematian Kamis ini. Bahkan, Wakil Menteri Kesehatan Iran Iraj Harirchi positif terinfeksi.
Seorang warga Kanada dan seorang lain dari Lebanon juga terinfeksi virus ini setelah kembali dari Iran. Lonjakan kasus di Iran memicu kekhawatiran virus ini telah lama bersirkulasi di negara itu tanpa terdeteksi.
Jepang melaporkan 35 kasus baru dalam sehari sehingga total ada 207 kasus Covid-19 dan 4 orang di antaranya meninggal. Jumlah kasus di Jepang membengkak tinggi jika infeksi yang menyebar di kapal Diamond Princess yang berlabuh di negara itu dihitung. Sebanyak 705 orang di kapal ini dari sejumlah negara terinfeksi, 4 orang di antaranya meninggal.
”Kasus-kasus (infeksi) tak terkait (langsung) China mengkhawatirkan,” kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. Meski WHO belum menetapkan status pandemik, wabah penyakit lintas benua, peluang menghentikan penyebaran Covid-19 di luar China menyempit. Wabah bisa mengarah ke segala arah.
Makin banyaknya temuan virus ini bisa ditularkan orang tanpa gejala memicu kecemasan. Temuan Meiyun Wang dari Rumah Sakit Rakyat Universitas Zhengzhou dan rekannya di Journal of the American Medical Association (22 Februari 2020) menyebut, perempuan usia 20 tahun dari Wuhan, yang lolos penapisan korona, bepergian ratusan kilometer ke Provinsi Henan lalu menginfeksi lima kerabatnya sehingga mengalami radang paru akut.
Tes lanjutan menunjukkan, perempuan itu membawa virus korona dengan masa inkubasi 19 hari. Meski tak sakit, ia membawa virus ini dan menularkannya kepada orang lain.
Studi komprehensif pada lebih dari 72.000 kasus infeksi oleh para ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) juga menunjukkan, SARS-CoV-2 jauh lebih menular dibandingkan virus korona penyebab sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Studi itu dipublikasikan di Chinese Journal of Epidemiology, Senin (17/2/2020).
Meski tingkat kematiannya 2,3 persen, lebih rendah dibandingkan SARS 9,6 persen dan MERS 35 persen, kematian akibat SARS-CoV-2 lebih tinggi. Virus ini lebih mudah menular dan sulit dideteksi karena bisa tak bergejala.
Rabu (19/2), CCDC memperbarui pedoman penanganan penyakit ini dengan menyebut, Covid-19 bisa ditularkan melalui paparan aerosol konsentrasi tinggi di lingkungan tertutup untuk waktu lama. Virus ini menular semudah influenza. Tetesan pernapasan dan transmisi kontak dekat tetap menjadi rute utama infeksi.
Mulai Sabtu (22/2/2020), Pemerintah China memberlakukan aturan baru, pasien yang pulih dan keluar dari RS di China kembali dikarantina dengan pengawasan medis 14 hari. Sebab, ada temuan orang dinyatakan sembuh masih menularkan virus ini. Temuan serupa terjadi di Jepang.
Sejumlah negara pun meningkatkan kesiapsiagaan dengan memperketat kedatangan orang dari negara-negara terjangkit, seperti China, Korea, dan Jepang. Amerika Serikat, Australia, dan Jerman mengeluarkan rencana darurat. Bahkan, Arab Saudi menghentikan sementara perjalanan umrah, termasuk dari Indonesia.
Dari Indonesia
Saat banyak negara memperketat kunjungan dan menutup kota-kota mereka, Indonesia justru sebaliknya. Kunjungan wisatawan dibuka lebar dengan menawarkan subsidi bagi akomodasi pesawat hingga hotel, selain membayar influencer untuk mempromosikan wisata dengan total anggaran Rp 72 miliar.
Keberadaan virus korona baru di Indonesia menjadi tanda tanya. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, dari 134 spesimen yang diperiksa hingga 26 Februari, semuanya negatif.
Satu pasien dengan gejala korona meninggal di Semarang, Jawa Tengah, dan setelah diperiksa bukan karena Covid-19, melainkan disebabkan flu babi akibat infeksi virus H1N1. Warga Singapura dengan gejala korona yang meninggal di Batam juga disebut tak terinfeksi.
Namun, publik internasional dan dalam negeri kian ragu dengan kemampuan Indonesia menangani wabah ini. Seperti ditulis The Sydney Morning Herald pada 26 Februari, para diplomat dari kedutaan, termasuk Australia, AS, dan Kanada, bertemu untuk membahas tiadanya kasus Covid-19. Mereka mengkhawatirkan kemampuan deteksi dan kesiapan RS di Indonesia mengantisipasi wabah.
Sejauh ini, warga negara Indonesia positif Covid-19 karena deteksi dilakukan di negara lain, seperti 1 WNI di Singapura, 4 orang di kapal Diamond Princess, dan WNI di Taiwan. Selain kemampuan deteksi, spesimen yang diperiksa sedikit. Sebagai perbandingan, Singapura dan Malaysia memeriksa lebih dari 1.000 spesimen.
Kekhawatiran bersirkulasinya virus korona baru di Indonesia menguat. Seperti disiarkan televisi NHK, 22 Februari 2020, warga Tokyo berusia 60-an yang ada di Indonesia pada 15-19 Februari terinfeksi SARS-CoV-2. Ia diduga terinfeksi sejak 12 Februari dengan gejala flu dan sesak napas berat sehingga dirawat di RS di Tokyo sepulang dari Indonesia.
Hal itu menunjukkan, amat mungkin dia membawa virus itu selama ada di Indonesia dan lolos penapisan di bandara Indonesia. Dengan penanganan saat ini, publik patut khawatir. Dampak ekonomi kian besar jika virus ini bersirkulasi diam-diam dan menelan banyak korban jiwa. Saat itu, influencer termahal sulit menarik turis datang.