Calon jemaah asal Indonesia yang gagal menunaikan ibadah umrah ke baitullah umumnya bisa memahami meskipun telah mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk berbagai bentuk persiapan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Keputusan Pemerintah Arab Saudi menunda keberangkatan masyarakat dunia yang ingin umrah dan ziarah membuat calon jemaah asal Indonesia gigit jari. Selain gagal menunaikan ibadah ke baitullah sesuai waktu yang ditentukan, mereka juga sudah telanjur mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk berbagai bentuk persiapan.
Rahma (56), calon jemaah asal Serang, Banten, yang gagal berangkat kemarin, misalnya, mengaku telah mengeluarkan uang sebanyak Rp 5 juta untuk mengadakan pengajian agar perjalanan umrah pertamanya itu berjalan dengan lancar. Uang, yang setara dua bulan gajinya sebagai guru ngaji itu, dipakai untuk menjamu keluarga dan kenalannya serta memberi ongkos tetangga yang ikut memasak.
”Kemarin saya buat pengajian supaya selamat dari bala, termasuk virus korona. Ternyata ditunda supaya nyawa kita jangan kena (virus). Mungkin ini jawaban Allah atas doa keluarga dan tetangga,” ujarnya saat dihubungi Kompas, Jumat (28/2/2020).
Meski demikian, Rahma masih menantikan kesempatan untuk pergi umrah dalam waktu dekat. Kesempatan itu telah ia nantikan beberapa tahun terakhir setelah giat memutar sisa pendapatannya dengan membuka usaha toko kelontong di rumahnya. Perjalanan ibadah itu membuatnya harus mengumpulkan biaya Rp 21 juta.
Biaya yang tidak sedikit itu juga harus dikeluarkan Fitira (53), ibu rumah tangga asal Jakarta. Selain harus membiayai perjalanan umrah sampai Rp 25 juta, ia juga sudah menghabiskan jutaan rupiah untuk berbagai persiapan keberangkatan, yang dijadwalkan pada 5 Maret 2020.
”Saya hitung, kira-kira sepertiga biaya umrahlah. Aku ikut yang reguler Rp 25,5 juta. Itu saja enggak pakai selamatan. Kalau mengundang ibu-ibu pengajian, pasti biayanya bisa lebih banyak lagi,” katanya.
Dengan waktu keberangkatan yang seharusnya seminggu lagi, ia sudah membeli dan mempersiapkan berbagai barang, seperti pakaian ibadah, alas kaki, alat mandi, dan pelembab. Ia juga sudah mengeluarkan uang untuk vaksin meningitis senilai Rp 350.000.
Bagaimanapun, ia rela jika harus menerima dan mau menunggu sampai Pemerintah Arab Saudi benar-benar bisa menerima kedatangan jemaah lagi.
”Saya justru bertanya-tanya kemarin, kok Arab Saudi masih mau menerima orang dari seluruh dunia. Jadi, enggak bisa memaksakan, enggak boleh bernapsu. Kalau rezeki ya berangkat, kalau enggak bisa berangkat jangan memaksa,” katanya.
Virus korona jenis baru atau disebut Covid-19 adalah alasan Pemerintah Arab Saudi menunda kedatangan jemaah dan wisatawan dari 24 negara, termasuk Indonesia. Virus itu sampai Jumat pagi ini telah menginfeksi 83.078 orang dan merenggut nyawa 2.855 orang di seluruh dunia.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama, siang hari ini, mengadakan rapat koordinasi dengan lembaga dan kementerian terkait, penyelenggara perjalanan ibadah umrah, dan maskapai penerbangan, di Jakarta. Rapat itu menyepakati, jemaah tidak akan dikenai biaya tambahan agar tidak dirugikan.
Menteri Agama Fachrul Razi, yang memimpin rapat, mengapresiasi aksi cepat dan tulus yang dilakukan pihak-pihak terkait tanpa memberikan beban kepada jemaah. Pihak maskapai penerbangan, misalnya, tidak akan menghanguskan tiket keberangkatan dan kepulangan jemaah karena adanya situasi kahar (force majeure).
Penyelenggara perjalanan ibadah umrah juga telah menegosiasi ulang penyediaan layanan akomodasi atau hotel, konsumsi transportasi darat, dan layanan lainnya di Arab Saudi, untuk tetap dapat digunakan sampai penangguhan dicabut.
”Menyangkut visa, Pemerintah Republik Indonesia meminta Pemerintah Arab Saudi, dalam hal ini Kedutaan Besar Arab Saudi, untuk mempertimbangkan agar visa yang sudah dikeluarkan dan tidak digunakan dapat diterbitkan ulang atau diperpanjang tanpa ada biaya tambahan kepada jemaah,” kata keterangan tertulis hasil rapat koordinasi tersebut.
Pemerintah Indonesia juga memahami kebijakan Pemerintah Arab Saudi untuk melakukan penghentian sementara izin masuk guna melaksanakan umrah atau ziarah bagi semua negara dengan pertimbangan kesehatan umat yang lebih besar.
Jemaah Indonesia yang terdampak karena tidak berangkat pada 27 Februari 2020 dilaporkan 2.393 calon jemaah. Mereka berasal dari 75 penyelenggara perjalanan ibadah umrah, yang diangkut delapan maskapai penerbangan.
Di luar itu, tercatat 1.685 calon jemaah yang tertahan pada saat transit. Saat ini, mereka telah atau sedang dalam proses dipulangkan kembali ke Tanah Air oleh maskapai penerbangan sesuai kontraknya.