TikTok memperluas identitas dirinya dari platform senang-senang menjadi platform yang bermanfaat. Niat ini disambut baik oleh warganet dan pemerintah.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·4 menit baca
TikTok mulanya dipandang sebelah mata. Konon, hanya anak alay yang main TikTok. Namun, keadaan kini berubah. Masyarakat ramai-ramai membuat akun TikTok dan menghiasi platform digital itu dengan konten-konten ciamik.
Beberapa bulan lalu, sejumlah pemberi pengaruh (influencer) dan selebritas media sosial mulai menunjukkan ketertarikan mereka terhadap TikTok. Video 15 detik dari TikTok diunggah ulang ke sejumlah media sosial, seperti Twitter dan Instagram. Keriaan warganet terhadap TikTok pun semakin menjadi-jadi. Stigma alay yang melekat pada TikTok perlahan pudar.
Konten yang diunggah di TikTok pun kini dinilai lebih variatif. Konten tersebut dikelompokkan dalam sejumlah kategori, seperti komedi, kultur pop, dan makanan. Adapun kategori-kategori tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa subkategori.
Mulanya, TikTok identik dengan konten berupa video pendek yang isinya orang sedang berjoget-joget. Konten seperti ini masih banyak beredar hingga sekarang. Namun, video bertema lain pun kini tidak kalah tenar, mulai dari yang bertema edukasi, perjalanan (travel), hingga kampanye.
Kreator konten Barry Kusuma mengatakan, dirinya membuat konten bertema perjalanan di TikTok sejak awal tahun 2019. Terlalu sering menonton video komedi dan tarian membuatnya tergerak membuat konten bertema lain. Konten unggahan Barry dinilai segar sehingga menarik minat warganet.
”Kebetulan saya berprofesi sebagai fotografer dan videografer perjalanan. Saya ingin membagikan konten yang edukatif dan ringan. Ada banyak yang bisa dikulik dari traveling, seperti makanan khas suatu daerah, budaya lokal, hingga interaksi antarmasyarakat. Jadi, traveling tidak selalu soal destinasi yang bagus,” kata Barry di Jakarta, Jumat (28/2/2020).
Konsep itu ia kombinasikan dengan visualisasi yang estetis dan latar lagu yang enak didengar. Hasilnya, konten unggahan Barry disambut baik oleh warganet. Ia pun menerima 3,4 juta tanda suka dan diikuti oleh 149.000 orang di TikTok.
Video edukasi
Salah satu video yang dibagikan Barry adalah proses pembuatan gula aren di salah satu daerah di Indonesia. Menurut dia, tidak banyak anak muda yang tahu cara membuat gula aren. Ia berharap agar video tersebut dapat mengedukasi dan memperkaya wawasan audiens.
”Ternyata, proses pembuatannya panjang sekali. Proses mengaduknya saja memakan waktu 6-8 jam. Hal seperti ini belum banyak diketahui anak muda. Saya pikir, TikTok adalah platform yang tepat untuk berbagi pengetahuan. Belum lagi, segmen pasar TikTok menyasar milenial dan generasi Z,” tutur Barry.
Ia juga pernah berbagi kisah tentang masyarakat Papua yang memenuhi kebutuhan protein dengan mengonsumsi ulat sagu. Ia juga mengunggah kisah di balik layar dari konten-konten unggahannya.
Sementara itu, Amanda Farliany membuat konten edukasi Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) di akunnya. Video yang ia unggah meliputi, antara lain, cara mengucapkan abjad dan hari dalam bahasa isyarat.
”Saya tuli sejak lahir. Konten ini saya buat agar masyarakat bisa ikut belajar bahasa isyarat. Ini juga jadi ajang komunikasi antara teman tuli dan teman dengar. Saya ingin agar teman tuli dan dengar setara,” kata Amanda.
TikTok mendapat dukungan penuh dari pemerintah untuk membantu mengembangkan kreativitas masyarakat Indonesia. Salah satu dukungan diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada program bertajuk ”Sama-Sama di TikTok” yang diluncurkan hari ini.
Saya tuli sejak lahir. Konten ini saya buat agar masyarakat bisa ikut belajar bahasa isyarat. Ini juga jadi ajang komunikasi antara teman tuli dan teman dengar. Saya ingin agar teman tuli dan dengar setara.
Program ini diinisiasi sebagai respons antusiasme masyarakat terhadap TikTok. Tingginya minat masyarakat dinilai berperan besar dalam memperkaya konten di platform tersebut. Program ini merupakan perayaan terhadap variasi konten dari kreator yang berbeda-beda.
Menurut Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Harris Iskandar, TikTok dapat menjadi media literasi digital. Hal ini sejalan dengan enam literasi dasar yang tengah digalakkan pemerintah, yakni literasi digital, keuangan, sains, budaya, dan kemasyarakatan global.
”Program ini berpotensi menjangkau milenial dan generasi Z. Kami menyambut baik program ini untuk mencerdaskan bangsa,” kata Harris.
Head of Content and User Operations TikTok Indonesia Angga Anugrah Putra mengatakan, kerja sama antara pemerintah dan TikTok pernah dilakukan. Sebelumnya, TikTok bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kota Medan untuk memperkenalkan potensi wisata di kota tersebut. Kerja sama ini mewujud dalam program bertajuk ”Colorful Medan”.
Angga menambahkan, TikTok berupaya menyesuaikan fitur yang ada dengan kearifan dan karakteristik warga lokal. Hal ini dinilai sebagai salah satu cara membangun kedekatan dengan warganet. Fitur-fitur tersebut kemudian bisa dimanfaatkan untuk mengeksplorasi kreativitas dan ekspresi pengguna. Fitur yang dimaksud antara lain pelacak wajah, pengubah suara, dan perpustakaan lagu yang bisa digunakan secara legal.
”Siapa saja bisa menjadi kreator konten di TikTok. Ada yang membuat konten yang relevan dengan dirinya, yang menunjukkan keahlian, hingga yang membuat video keren. Platform ini terbuka untuk menampung kreativitas apa pun,” ujar Angga.