Hutan Mangrove Surabaya Bebas Plastik Sekali Pakai
›
Hutan Mangrove Surabaya Bebas ...
Iklan
Hutan Mangrove Surabaya Bebas Plastik Sekali Pakai
Pengunjung mangrove Wonorejo dan Gunung Anyar di Kota Surabaya, Jawa Timur, dilarang membawa plastik sekali pakai di kawasan tersebut.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pengunjung mangrove Wonorejo dan Gunung Anyar di Kota Surabaya, Jawa Timur, dilarang membawa plastik sekali pakai di kawasan tersebut. Sampah plastik yang dibuang sembarangan dikhawatirkan mengganggu ekosistem tumbuhan dan satwa.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya Irvan Widyanto, di Surabaya, Jumat (28/2/2020), mengatakan, larangan ini mulai berlaku sejak Januari 2020. Petugas akan memeriksa barang bawaan pengunjung ketika memasuki kawasan tersebut.
Penggunaan tumbler dan tempat makanan dari plastik tetap diperbolehkan.
Jika petugas menemukan makanan atau minuman yang dibungkus dengan plastik sekali pakai, barang-barang tersebut tidak boleh dibawa ke area mangrove. ”Penggunaan tumbler dan tempat makanan dari plastik tetap diperbolehkan,” katanya.
Sementara di sentra kuliner, pengunjung yang membeli makanan berbungkus plastik sekali pakai harus menghabiskannya di tempat itu. Pengunjung dilarang mengonsumsi makanan tersebut di luar area sentra kuliner karena dikhawatirkan akan membuang sampahnya di area tersebut meski pengelola sudah menyediakan tempat sampah.
Irvan menuturkan, area mangrove harus bebas dari sampah plastik karena bisa mengganggu ekosistem kawasan tersebut. Sampah plastik baru bisa terurai lebih dari 20 tahun sehingga merusak kemampuan resap tanah dan mengganggu aliran air di kawasan mangrove.
Sampah plastik di mangrove yang berada di kawasan pesisir juga dikhawatirkan dikonsumsi oleh satwa karena dianggap sebagai makanan. ”Kami berharap larangan ini menumbuhkan kesadaran warga untuk terus mengurangi sampah plastik, tidak hanya ketika berwisata di mangrove, tetapi juga dalam aktivitas sehari-hari,” ujarnya.
Di kawasan mangorove Wonorejo dan Gunung Anyar, ada 43 spesies mangrove, antara lain Aegiceras corniculatum (L) Bianco, Avicennia lanata Ridley, Avicennia alba Blume, Acanthus ilicifolius L, dan Avicennia marina (Forsk.) Vierh.
Beragamnya spesies mangrove di Wonorejo membuat kawasan ini menjadi tempat tinggal 147 spesies satwa, termasuk burung migran, seperti jahan pengala, biru laut ekor hitam, biru laut ekor blorok, dan cerek pasir mongolia.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, demi melestarikan mangrove, pengunjung yang ingin menikmati wahana becak air yang ada di mangrove Gunung Anyar membayarnya dengan bibit mangrove. Pengunjung bisa mendapatkan bibit itu dari sejumlah petani yang berjualan di tempat tersebut.
Untuk mendapatkan tiket wahana becak air, pengunjung harus menukarnya dengan dua bibit mangrove kepada petugas. Bibit mangrove dari masyarakat itu akan ditanam untuk melengkapi koleksi di kawasan yang akan dijadikan kebun raya Mangrove.
Petugas secara berkala akan menanamnya di area yang tanamannya masih kurang. ”Warga menjadi bagian penting dalam pembuatan kebun raya Mangrove,” ujar Risma.
Di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Surabaya, kata Risma, siswa juga sudah dilarang membawa plastik sekali pakai ke sekolah. Siswa yang membawa bekal makanan dan minuman wajib menaruhnya di tumbler matupun tempat makanan yang bisa digunakan berulang. Hingga akhir 2019, ada 84 sekolah yang dinyatakan bebas sampah plastik.