Pemerintah dan dunia usaha perlu bersama-sama mengatasi dampak perlambatan ekonomi akibat wabah virus korona Covid-19 dan perang dagang AS-China.
Oleh
·2 menit baca
Pemerintah dan dunia usaha perlu bersama-sama mengatasi dampak perlambatan ekonomi akibat wabah virus korona Covid-19 dan perang dagang AS-China.
Target pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020 sebesar 5,3 persen diprediksi akan sulit dicapai.
Bank Indonesia sudah merevisi pertumbuhan ekonomi dari 5,1-5,5 persen menjadi 5-5,4 persen. Dua hari lalu, Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia juga merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya sebesar 5,04 persen menjadi 4,74-4,84 persen. Penurunan yang cukup besar ini berasal, antara lain, dari sektor pariwisata yang diperkirakan kehilangan 2 miliar dollar AS akibat merosotnya kunjungan wisatawan asing.
Memprediksi dampak wabah Covid-19 dan perang dagang AS-China, pemerintah, Selasa (25/2/2020), menyiapkan dana cadangan Rp 10,3 triliun. Dana itu digunakan menambah manfaat Kartu Sembako dari Rp 150.000 menjadi Rp 200.000 sebagai jaring pengaman kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, tambahan subsidi bunga dan uang muka rumah, insentif bebas pajak hotel dan restoran di 10 tujuan wisata prioritas, serta insentif bagi maskapai penerbangan dan biro perjalanan yang mendatangkan turis asing dan lokal.
Dampak wabah Covid-19 dapat berlangsung panjang hingga memasuki semester kedua tahun ini. Hingga hari ini belum ditemukan obat atau vaksin untuk mengatasi virus ini. Ketika pertambahan jumlah kasus baru dan kematian di China menurun, terjadi lonjakan jumlah orang terinfeksi dan meninggal di luar China.
Meski Indonesia belum melaporkan kasus infeksi Covid-19, dampak pada perekonomian sudah terasa. Beberapa laporan menyebutkan, jumlah kunjungan turis asing ke daerah-daerah wisata utama turun hingga 50 persen.
Untuk mengatasi ketakutan orang bepergian ke daerah wisata, sebaiknya pemerintah pusat dan daerah terus mengomunikasikan kesiapan petugas dan fasilitas kesehatan menghadapi Covid-19. Maskapai penerbangan serta asosiasi hotel dan restoran mengampanyekan kesiapan mencegah persebaran virus, misalnya, dalam kebersihan lingkungan.
Beberapa pengusaha manufaktur mengkhawatirkan pasokan bahan baku dari China. Beberapa pengusaha garmen mengaku cadangan tekstil mereka hanya bertahan hingga Maret. Tidak mudah mengganti pemasok dalam waktu dekat, terutama untuk barang dengan spesifikasi khusus, seperti suku cadang kendaraan.
Para pengusaha mulai menyiapkan diri secara bertahap merumahkan karyawan apabila wabah Covid-19 terus berlanjut. Mereka memprediksi dampak terhadap daya beli masyarakat dan meningkatnya inflasi.
Dalam situasi ini, pemerintah dan dunia usaha perlu bersama menjaga roda ekonomi tetap berputar kencang. Tidak ada salahnya pemerintah pusat dan daerah memberikan insentif untuk industri lain di luar pariwisata, terutama yang padat karya, seraya menunggu selesainya pembahasan RUU Cipta Kerja dan RUU Perpajakan.