Lima Triliun Dollar AS Keluar Bursa Akibat Covid-19
›
Lima Triliun Dollar AS Keluar ...
Iklan
Lima Triliun Dollar AS Keluar Bursa Akibat Covid-19
Keluarnya modal dari lantai bursa itu belum menunjukkan perlambatan. Pada awal perdagangan Jumat pasar saham Eropa telah jeblok 3-5 persen.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SHANGHAI, JUMAT -- Kepanikan atas wabah Covid-19 membuat pasar saham dunia tergelincir lagi, Jumat (28/2/2020), menambah tekanan pada situasi terburuk sejak krisis keuangan global tahun 2008. Sepanjang pekan ini modal yang keluar dari bursa secara global diperkirakan menembus 5 triliun dollar AS.
Keluarnya modal dari lantai bursa itu belum menunjukkan perlambatan. Pada awal perdagangan Jumat pasar saham Eropa telah jeblok 3-5 persen. Rontoknya bursa-bursa utama global itu diiringi dengan masuknya modal ke surat utang AS sebagai aset yang dinilai paling aman. Imbal hasil surat utang AS mencapai rekor level terendah baru.
Para pelaku pasar dan investor sangat berharap wabah Covid-19 dapat segera diredam dan akan berakhir dalam beberapa bulan mendatang.
Harapan selanjutnya adalah kegiatan ekonomi bakal kembali bergerak dan kembali normal secepatnya. Namun harapan-harapan itu justru hancur akibat kasus-kasus merebaknya Covid-19 justru meningkat jumlahnya dan meluas secara global.
Ada ekspektasi di pasar bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed, akan memangkas suku bunga AS paling cepat setelah bulan depan. Jika itu terjadi, langkah itu diperkirakan bakal diikuti bank-bank sentral utama lainnya.
Bank-bank sentral dan pemerintah negara-negara berupaya keras untuk mencegah resesi global.
Gangguan terhadap perjalanan internasional dan rantai pasokan, penutupan sekolah, dan pembatalan acara-acara besar semuanya telah menekan prospek ekonomi dunia yang sudah goyah sebelumnya akibat perang dagang AS-China.
Namun harapan-harapan itu justru hancur akibat kasus-kasus Covid-19 justru meningkat jumlahnya dan meluas secara global
"Investor berusaha mengantisipasi dalam skenario kasus terburuk dan risiko terbesar; dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah di AS dan negara-negara besar lainnya di luar Asia," kata Kepala Investasi SEI Investments of Asian Equities John Lau.
"Ini adalah masa yang sangat tidak pasti, tidak ada yang tahu jawabannya dan pasar benar-benar panik," ujarnya lagi.
Indeks dunia semua negara, yakni MSCI yang melacak indeks-indeks saham di hampir 50 negara, turun lebih dari 1 persen pada Jumat sebelum pembukaan pasar saham Wall Street. Sepanjang pekan ini indeks MSCI telah rontok sekitar 10 persen.
Saham Wall Street anjlok 4,4 persen pada hari Kamis -penurunan terbesar mereka sejak Agustus 2011. Futures Wall Street turun 1 persen, di mana Indeks S&P 500 telah ambles 12 persen sejak mencapai rekor tertinggi hanya sembilan hari yang lalu.
Perusahaan-perusahaan maskapai penerbangan dan penyedia layanan perjalanan Eropa anjlok 18 persen saham-sahamnya dalam sebuah pekan terburuk sejak serangan 9/11 tahun 2001 di AS.
Indeks volatilitas CBOE, yang sering disebut "indeks rasa takut", melonjak hingga 47, tertinggi dalam kurun waktu dua tahun, jauh dari kisaran masa sepanjang 11-20 bulan terakhir.
Pasar di Asia
Di Asia, indeks regional MSCI -tidak termasuk Jepang- turun 2,6 persen di akhir perdagangan Jumat. Indeks Nikkei Jepang ambles 3,7 persen karena meningkatnya kekhawatiran kegiatan akbar Olimpiade yang rencananya digelar Juli-Agustus dapat saja dibatalkan karena virus korona tipe baru itu.
"Virus korona sekarang terlihat seperti pandemi. Pasar dapat mengatasi bahkan jika ada risiko besar selama kita dapat melihat sebuah ujung terowongan," kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities. "Namun saat ini, tidak ada yang tahu berapa lama ini akan berlangsung dan seberapa parah itu akan terjadi."
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan virus itu bisa menjadi pandemi ketika wabah itu menyebar ke negara-negara maju utama seperti Jerman dan Perancis.
Sekitar 10 negara telah melaporkan kasus virus pertama mereka selama 24 jam terakhir, termasuk Nigeria, dengan perekonomian terbesar di Afrika.
Penyebaran wabah Covid-19 global pun menekan pasar saham di China. Padahal sebelumnya pasar sudah cukup optimistis dengan langkah-langkah Beijing.
Indeks CSI300 di Shanghai dan indeks saham Shenzhen turun 3,5 persen, membuat sepanjang pekan ini keduanya tertekan 5 persen, momen terburuk sejak April tahun lalu. (REUTERS)