Para calon jemaah umrah kembali harus memendam hasrat menginjakkan kaki di Tanah Suci. Saat kesempatan sudah di depan mata, mereka dihadapkan pada kenyataan harus menunda keberangkatan hingga batas waktu yang tak tentu.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Pembatalan keberangkatan calon jemaah umrah dikarenakan Pemerintah Arab Saudi memberlakukan penghentian umrah sementara bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia. Penghentian ini dikeluarkan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 yang semakin luas.
Kondisi itu membuat ribuan calon jemaah umrah di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, terkatung-katung. Mereka sedianya terbang ke Arab Saudi pada Kamis (27/2/2020). Karena batal terbang, mereka memadati ruang tunggu. Jemaah yang sempat masuk ke pesawat terpaksa diarahkan kembali ke ruang tunggu. Koper-koper mereka diangkut keluar dari dalam pesawat.
Koper-koper bertumpuk di sekitar area ruang tunggu Terminal 3. Beberapa jemaah terlihat kelelahan menanti kepastian penerbangan. Mereka tertidur di bangku dan lantai ruang tunggu. Mayoritas jemaah datang dari luar Jakarta. Sebagian dari mereka merupakan jemaah berusia lanjut.
Perjalanan mereka untuk menuju Tanah Suci begitu panjang dan berliku. Beberapa calon jemaah umroh berasal dari kalangan masyarakat kurang berada. Bagi mereka, bisa menunaikan ibadah umroh merupakan kesempatan langka dan luar biasa.
Sebagian dari jemaah harus menabung dalam waktu yang tidak sebentar. Sunarsih (63) warga Pamulang, Tangerang Selatan, harus menabung selama 2 tahun untuk merasakan umroh pertamanya.
Sehari-hari Sunarsih berdagang gado-gado di rumahnya. Penghasilannya dari berjualan gado-gado setiap hari tidak menentu. Kendati demikian, ketika memperoleh rezeki lebih, Sunarsih akan menyisihkannya sebagian. Dalam setiap rupiah yang ia kumpulkan tertanam harapan suatu saat kelak bisa menginjakkan kaki di Tanah Suci.
“Setiap ada rezeki lebih, saya upayakan tabung. Saya belikan emas karena kalau masih pegang uang akan cepat habis,” ujar Sunarsih.
Angan untuk pergi ke Tanah Suci sudah dipendam Sunarsih sejak tiga tahun silam. Awalnya ia merasa mustahil orang kecil seperti dirinya bisa berangkat menunaikan ibadah umrah. Memenuhi kebutuhan pokok keluarga tentu menjadi yang utama di tengah penghasilannya yang pas-pasan. Namun, pikiran itu kemudian ia buang jauh-jauh. Sunarsih berupaya mematahkan kemustahilan itu dengan rajin menabung.
Hari yang dinanti-nanti Sunarsih pun tiba. Ia bersama 14 orang lainnya yang diakomodasi Hawwa Buana Wisata berangkat ke bandara. Mereka tiba di bandara Pukul 13.00. Pesawat dijadwalkan berangkat pada sore harinya.
Setelah menanti di ruang tunggu selama dua jam, Sunarsih dan jemaah lainnya tak kunjung dipanggil untuk naik ke pesawat. Dari sanalah ia tahu, penerbangan menuju Arab Saudi ditutup hingga jangka waktu yang tidak ditentukan.
“Apa boleh buat. Mungkin sekarang belum waktunya,” ujar Sunarsih sembari bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya.
Selain Sunarsih, tidak sedikit dari jemaah harus bersabar menunggu hari yang dinanti-nanti ini. Seperti yang dialami Olpin Putra, calon jemaah umrah dari Bandar Lampung. Olpin dan sang istri juga harus memendam keinginan untuk menunaikan ibadah umrah pertama mereka.
Untuk mewujudkan keinginan itu, Olpin harus berhemat. Pos-pos pengeluaran yang dirasa tidak terlalu penting ia potong. Hingga setelah satu tahun dana untuk ibadah umrah pun terkumpul.
“Setelah uang terkumpul dan semuanya siap, kenyataannya jadi begini. Ternyata tidak cukup (ke Tanah Suci) jika sudah punya dana. Semuanya harus atas izin Tuhan,” katanya.
Olpin belum tahu kapan ia akan kembali diberangkatkan. Pihak travel menawarkannya opsi menginap satu malam lagi di Jakarta dan menunggu kabar sehari lagi. Namun, Olpin lebih memilih kembali ke Bandar Lampung.
Pengelola jasa umrah pun berada dalam posisi yang tidak mengenakkan dengan kejadian ini. Direktur Utama Hawwa Buana Wisata, Bintang, mengaku merugi dengan kejadian pembatalan penerbangan ini. Kendati demikian, kerugian yang dialaminya tidak terlampau besar karena pihak maskapai bersedia menjadwalkan penerbangan ulang saat pemerintah Arab Saudi membuka kembali ibadah umrah.
“Kerugian datang mungkin dari visa, tapi semoga bisa di-cover asuransi,” kata Bintang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan para menteri Kabinet Kerja akan kembali menggelar rapat untuk berkoordinasi dan memetakan permasalahan dalam penerbangan umrah kali ini. Budi memberikan perhatian khusus bagi jemaah umrah yang telah berangkat sebelum keputusan penutupan dari pemerintah Arab Saudi muncul.
“Saya sedang memantau penerbangan ke Jeddah. Ada dua penerbangan, satu Lion Air dan satu Garuda Indonesia. Saya lapor ke Menteri Luar Negeri untuk minta (jemaah) yang telah tiba di Arab Saudi agar diterima walau harus menjalani tes kesehatan terlebih dulu,” tutur Budi usai meninjau di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
Sejauh diperhatikan Budi, kondisi di seluruh bandara yang melayani penerbangan umrah terpantau kondusif. Di tengah ketidakpastian, tidak ada reaksi berlebihan muncul setelah keberangkatan mereka tertunda. Mereka memasrahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Saat kesempatan itu tiba, pintu telah tertutup.
Atas kejadian pembatalan penerbangan ini Sunarsih dan calon jemaah lainnya tersadar, untuk menuju Tanah Suci tidak cukup hanya memiliki materi. Namun, dibutuhkan kesabaran dalam setiap prosesnya.