Revolusi teknologi telah membantu manusia untuk dapat menikmati warisan budaya dalam bentuk digital. ASEAN telah memulainya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Akses publik atas informasi digital yang semakin tinggi tidak harus membuat semuanya terdisrupsi, terganggu. Semakin membaiknya infrastruktur telekomunikasi, khususnya data, membuat masyarakat dengan mudah mengaksesnya, bahkan hanya melalui genggaman tangan.
Jika Anda ingin melihat patung Avalokitesvara yang terbuat dari perunggu setinggi sekitar 1 meter dengan bobot lebih dari setengah kuintal; atau ingin melihat naskah sastra Ramayana I yang ditulis pada era Raja Rama I dari Thailand, yang berkuasa tahun 1737-1809; tidak perlu jauh-jauh pergi ke Museum Negara di Kuala Lumpur, Malaysia, atau pergi ke Museum Nasional Thailand di Bangkok.
Atau kalau Anda mau mengakses naskah La Galigo yang ada di Museum Nasional, tidak perlu jauh-jauh datang ke Jakarta untuk bisa membacanya.
Semua benda itu bisa Anda lihat melalui gawai yang berada di genggaman Anda. Tidak hanya dua benda di atas, yang dianggap sebagai warisan budaya (heritage), tetapi masih ada sekitar 160 lagi benda-benda warisan budaya yang bisa Anda nikmati dan baca melalui gawai Anda.
Program digitalisasi benda-benda warisan budaya ini telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Bekerja sama dengan perusahaan peranti lunak NTT Data, Sekretariat Jenderal ASEAN, yang ada di Jakarta, coba mengumpulkan semua benda warisan budaya negara ASEAN untuk didigitalisasi.
Kung Phoak, Deputi Sekretaris Jenderal yang membidangi Sosio-Cultural Community, di dalam jurnal ASEANFocus (April 2019), mengatakan, revolusi industri ke-4 yang tengah melanda dunia saat ini, dan membuat akses data semakin mudah, harus membuat budaya dan kesenian serta benda-benda warisan budaya menjadi lebih mudah diakses dan dinikmati oleh setiap warga ASEAN. Dengan 64 persen warga ASEAN sudah terkoneksi dengan internet, akses terhadap benda-benda warisan budaya sudah seharusnya menjadi lebih mudah.
Digitalisasi
Sejak awal tahun 2018, Sekretariat Jenderal ASEAN melalui program ASEAN Cultural Heritage Digital Archive (ACHDA) berupaya mengarsipkan benda-benda warisan budaya. NTT Data, yang dipercaya mengarsipkannya, saat ini telah menghimpun sekitar 160 benda warisan budaya untuk didigitalisasi.
Ken Tsuchihashi, CEO NTT Data Asia Pacific, berbincang dengan Kompas di Jakarta, Kamis (27/2/2020), mengatakan, salah satu hal yang membuat mereka ingin mengerjakan digitalisasi ini adalah untuk tetap melestarikan warisan kebudayaan warga dunia.
Ken mengatakan, pihaknya juga mengerjakan kegiatan yang sama untuk beberapa lembaga di Jepang, mulai dari Yamaha Motor, Universitas Kindai, hingga perpustakaan Vatikan.
Asashi Hasebe, Deputi Manager Digital Solution Section NTT Data, mengatakan, pihaknya baru bisa mendigitalisasi 3.000 naskah dari total 82.000 naskah yang dimiliki Vatikan. ”Masih banyak yang belum digarap,” katanya.
Mendigitalkan benda-benda warisan budaya yang memiliki nilai tinggi dan juga bernilai bagi pengetahuan, menurut Hasebe, tidak mudah. Apalagi naskah-naskah yang usianya sudah ratusan tahun dan rentan dengan kondisi lingkungan.
Hal yang sama juga terjadi ketika berupaya mendigitalisasi benda-benda warisan budaya yang ada di ASEAN. Namun, sedikit berbeda dengan yang di Vatikan, Hasebe dan tim tidak sampai memegang secara langsung benda-benda tersebut karena kondisinya yang sudah tua.
Hasilnya? Untuk benda yang berupa patung atau sejenisnya, mereka berhasil mengubahnya dalam bentuk tiga dimensi (3D). Misalnya seseorang mengakses patung Avalokitesvara, dia akan bisa mengaksesnya dalam bentuk 3D. Sementara untuk naskah atau manuskrip, sebagian besar masih dalam bentuk foto digital yang bisa diperbesar. Namun sayangnya, selain metadata, tidak ada penjelasan lain mengenai substansi naskah-naskah tersebut pada setiap lembarnya.
Untuk saat ini, menurut Hasebe, baru tiga negara ASEAN yang berpartisipasi, yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Thailand dan Malaysia menjadi penyumbang artefak terbesar pada fase pertama ini, yaitu lebih dari 100 benda.
Ke depan, dia berharap benda-benda warisan sejarah dan budaya seluruh negara ASEAN bisa dinikmati dalam bentuk digital.