Permintaan Tumbuh Positif, Produksi Udang Jadi Prioritas
›
Permintaan Tumbuh Positif,...
Iklan
Permintaan Tumbuh Positif, Produksi Udang Jadi Prioritas
Produksi udang nasional ditargetkan naik 2,5 kali lipat lima tahun ke depan, sementara nilai ekspornya dipatok naik 1 miliar dollar AS. Selain ekspor, pasar di dalam negeri masih terbuka luas untuk digarap serius.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
J
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menempatkan pengembangan produksi udang menjadi program prioritas perikanan periode 2019-2024. Meski demikian, target kenaikan nilai ekspor udang sebesar 1 miliar dollar AS direvisi, yakni dari tahun 2021 menjadi tahun 2024.
Sekretaris Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Berny A Subki menyatakan, pemerintah menargetkan peningkatan ekspor udang sebesar 1 miliar dollar AS dalam kurun 2019-2024. Koordinasi dan persiapan di hulu hingga pemasaran terus dilakukan di tengah ketidakpastian kondisi global.
”Saya harus meralat bahwa target (penambahan nilai ekspor ) 1 miliar dollar AS tersebut untuk tahun 2024,” kata Berny di Jakarta, Jumat (28/2/2020).
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan kenaikan ekspor udang 1 miliar dollar AS hingga tahun 2021 (Kompas, 11/2/2019). Tahun 2021, target nilai ekspor udang ditargetkan 2,7 miliar dollar AS, meningkat dibandingkan tahun 2018 yang 1,7 miliar dollar AS.
Berny menambahkan, permintaan pasar udang tumbuh positif, tetapi tantangan tarif juga tinggi. Sementara itu, persaingan dengan negara produsen lain cukup kuat. Namun, pihaknya optimistis pasar udang akan terus tumbuh.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor udang tahun 2019 sekitar 207.000 ton dengan nilai ekspor sekitar 1,72 miliar dollar AS. Ekspor itu tumbuh tipis dibandingkan 2018 sekitar 197.000 ton dengan nilai ekspor 1,7 miliar dollar AS.
Negara tujuan utama ekspor udang adalah Amerika Serikat (65 persen), disusul Jepang (16 persen) dan China (5 persen). Adapun Kontribusi ekspor udang asal Indonesia saat ini hanya di bawah 5 persen dari total pasar dunia.
Direktur Pemasaran Kementerian Kelautan Perikanan Machmud Sutedja menambahkan, saat ini Indonesia mendapatkan tarif preferensial umum (GSP) dari Uni Eropa untuk komoditas udang sebesar 4,2-14,5 persen. Adapun tarif bea masuk ke Amerika Serikat ditetapkan nol persen.
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan Perikanan Slamet Soebjakto, pihaknya menargetkan peningkatan produksi udang bisa 2,5 kali lipat dalam lima tahun mendatang. Upaya itu antara lain dicapai dengan mengembangkan udang di sentra-sentra potensial.
Komoditas udang yang digarap tidak hanya jenis vanamei dan windu, tetapi juga varietas baru, seperti indicus dan udang jerbung (Penaeus merguiensis). Udang jerbung, misalnya, diminati pasar Jepang. Tahun 2020, uji coba pengembangan budidaya udang jerbung akan dilakukan di Gresik.
”Pasar udang masih terbuka luas. Dengan kondisi impor dari China yang melemah, kita bisa melakukan perluasan pasar ke tempat lain,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo menyatakan, masih terdapat beberapa persoalan yang menghambat ekspor perikanan budidaya, yakni harga yang kurang bersaing dengan negara kompetitor. Selain itu, belum ada jaminan kontinuitas suplai dan mutu produk.
Utilitas industri pengolahan belum optimal karena kekurangan bahan baku. Di sisi lain, sejumlah negara produsen udang pesaing memiliki harga jual lebih kompetitif. ”Kalau ingin mengembangkan pasar dalam jumlah banyak, harga harus bisa bersaing dijual dalam bentuk beku karena pasarnya sangat luas,” katanya.
Utilitas industri pengolahan belum optimal karena kekurangan bahan baku.
Budhi menilai upaya menggenjot pasar udang memerlukan sejumlah langkah, seperti mencari pasar baru ekspor. Pasar ekspor potensial yang masih bisa dikembangkan adalah Eropa timur, Rusia, Amerika Selatan, Afrika Utara, dan Timur Tengah.
Di sisi lain, peluang pasar dalam negeri untuk produk udang masih terbuka luas dan perlu digarap serius. Saat ini, lebih dari 90 persen hasil budidaya udang diekspor. Produksi udang untuk kebutuhan konsumsi lokal sangat sedikit, berkisar 10 persen dari total produksi.
Apabila konsumsi udang nasional penduduk Indonesia bertambah 1 kg per orang per tahun, peningkatan pasar bisa mencapai 250.000 ton. ”Cukup orang Indonesia menambah konsumsi udang 1 kg per tahun, dan kita enggak perlu menggenjot ekspor,” katanya.
Pihaknya mulai mengembangkan pasar udang kualitas ekspor untuk pasar lokal dengan kualitas terjamin. Produk yang dipasarkan antara lain udang kupas beku yang siap dimasak ataupun produk udang siap dimakan. Kendala yang muncul adalah kesulitan transportasi produk beku dalam jumlah sedikit. Sementara itu, penjualan daring belum optimal karena pengiriman atau logistik perlu penanganan khusus.