Hasil studi di Amerika Serikat pada tahun 2017 mengungkapkan bahwa 46 persen stres manusia disebabkan oleh faktor keuangan. Oleh karena itu, setiap individu sebaiknya memperhatikan kesehatan keuangan keluarga.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Perencanaan keuangan adalah sebuah proses upaya untuk melakukan pengelolaan berbagai aspek dalam keuangan pribadi secara menyeluruh. Hasil studi di Amerika Serikat pada tahun 2017 mengungkapkan bahwa 46 persen stres manusia disebabkan oleh faktor keuangan. Oleh karena itu, setiap individu sebaiknya memperhatikan kesehatan keuangan keluarga masing-masing.
Setiap rumah tangga pasti mendambakan kondisi keuangan yang sehat dan stabil. Namun, adakalanya kondisi keuangan rumah tangga menjadi tidak sehat meskipun masih dalam usia produktif. Mengukur kesehatan keuangan rumah tangga menjadi sangat penting di masa saat ini ketika kondisi konsumerisme dan tantangan dalam mengelola pengeluaran yang semakin tinggi.
Patut dipahami, hidup manusia terus berjalan terlepas seperti apa kondisi perekonomian. Tanpa harus melakukan perhitungan yang rumit ala perencana keuangan, sebenarnya setiap rumah tangga dapat menggunakan empat indikator untuk mengetahui seberapa sehat keuangannya.
Empat indikator
Pertama, indikator dari kepemilikan pinjaman. Mari tanyakan kepada diri sendiri, apakah saya memiliki pinjaman? Apabila masih, pertanyaan berikutnya adalah untuk apa pinjaman tersebut saya miliki?
Secara umum, setiap rumah tangga membutuhkan bantuan pinjaman untuk membeli hunian rumah tinggal. Jenis pinjaman ini dan juga pinjaman lain yang bersifat produktif masih tergolong baik. Namun, pahami bahwa ukuran pinjaman yang sehat adalah jika jumlah seluruh cicilan pinjaman hanya maksimal 1/3 atau 30 persen dari penghasilan bulanan. Pinjaman juga tergolong masih sehat apabila jumlah seluruh pinjaman yang terutang hanya maksimal setengah atau 50 persen dari jumlah aset yang dimiliki.
Pinjaman yang sehat adalah jika jumlah seluruh cicilan pinjaman maksimal 1/3 atau 30 persen dari penghasilan bulanan.
Seperti apa contohnya? Misalnya sebuah rumah tangga memiliki rumah tinggal senilai Rp 2 miliar yang dibeli dengan bantuan pinjaman Rp 1 miliar. Di momen tersebut, pemilik rumah memiliki penghasilan bulanan sejumlah Rp 35 juta per bulan. Selama cicilan pinjaman maksimal Rp 10,5 juta per bulan, maka kondisi keuangan tergolong masih sehat.
Kedua, indikator dari jumlah pengeluaran terhadap penghasilan. Mari tanyakan kepada diri sendiri apakah setiap bulan pengeluaran rumah tangga lebih kecil daripada penghasilan? Jika jumlah pengeluaran sama dengan penghasilan, kondisi keuangan tergolong belum sehat. Sebabnya, rumah tangga belum berhasil menyisihkan penghasilan untuk kehidupan di masa depan. Secara umum, keuangan rumah tangga tergolong baik apabila dapat menyisihkan penghasilan di awal untuk digunakan dalam hal dana darurat, tabungan, dan investasi.
Ketiga, indikator dari kepemilikan dana darurat. Untuk Anda yang masih belum yakin akan pentingnya dana darurat, mungkin harus mengingat kembali berbagai momen hidup ketika ada kondisi yang membutuhkan dana cepat yang tak diduga sebelumnya. Penyebabnya bisa bervariasi, mulai dari adanya musibah sakit, bencana alam, kehilangan pekerjaan, ataupun hal sederhana, seperti perbaikan kecil untuk urusan domestik.
Ada lagi manfaat dana darurat yang sering terlupakan, padahal kita hidup di Indonesia yang sarat dengan budaya saling tolong. Kehidupan rumah tangga pribadi bisa saja dalam kondisi baik, tetapi mungkin beda cerita bagi kehidupan keluarga besar. Dana darurat akan menjadi penolong ketika ada saudara yang membutuhkan bantuan ataupun terjadi musibah finansial yang harus ikut ditanggung oleh rumah tangga pribadi.
Keuangan rumah tangga tergolong sehat apabila ada dana darurat yang disiapkan di tabungan terpisah sehingga dapat digunakan saat kondisi membutuhkan. Saldo dana darurat dapat dimulai dari angka satu kali pengeluaran rutin bulanan hingga idealnya mencapai 12 kali pengeluaran rutin bulanan.
Sebagai contoh, apabila pengeluaran rumah tangga di luar cicilan hunian rumah tinggal sejumlah Rp 10 juta per bulan, maka target ideal dana darurat adalah Rp 120 juta di tabungan yang terpisah. Apabila kemudian terpakai, maka bulan-bulan berikutnya isi lagi dana darurat, hingga kembali mencapai jumlah yang ideal.
Biasakan untuk menyisihkan sebagian dari penghasilan untuk dana darurat dan investasi masa depan.
Keempat, indikator kemampuan menabung dan berinvestasi. Rumah tangga menabung untuk membeli berbagai hal maupun jasa yang dibutuhkan serta diinginkan dalam jangka waktu hingga dua tahun lagi. Adapun investasi dibutuhkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup di masa depan yang nilainya akan meningkat karena adanya tingkat inflasi.
Misalnya, seseorang berpenghasilan Rp 10 juta setiap bulan, lalu dialokasikan untuk membeli emas sekitar Rp 500.000 setiap bulan. Maka, setiap bulan rumah tangga tersebut mampu menyisihkan 5 persen dari penghasilannya untuk pengeluaran di masa depan. Empat kondisi di atas dapat berubah sejalan dengan perjalanan hidup.
Ada yang mengalami kemajuan, tetapi tidak jarang juga ada yang mengalami kemunduran. Apabila rumah tangga paham area mana yang sedang membutuhkan perbaikan, maka dapat diambil berbagai langkah untuk membuatnya menjadi lebih sehat atau tetap mempertahankan kondisi yang sudah sehat.
Langkah dasar tentu saja mengupayakan agar pengeluaran tidak melebihi penghasilan. Caranya, dengan menghemat biaya untuk tambahan gaya hidup ataupun menambah usaha untuk memperbesar penghasilan. Langkah berikutnya adalah tidak bergantung pada pinjaman untuk membiayai keperluan hidup sehari-hari. Terakhir, biasakan untuk menyisihkan sebagian dari penghasilan untuk dana darurat dan investasi masa depan.