69 Awak Kapal Diamond Princess Asal Indonesia Segera Tiba
›
69 Awak Kapal Diamond Princess...
Iklan
69 Awak Kapal Diamond Princess Asal Indonesia Segera Tiba
Sebanyak 69 warga negara Indonesia yang jadi anak buah kapal pesiar Diamond Princess telah dievakuasi dari Jepang menuju Indonesia. Mereka akan menjalani observasi terkait Covid-19 di Pulau Sebaru Kecil.
Oleh
DEONISIA ARLINTA/ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS – Sebanyak 69 warga negara Indonesia yang menjadi anak buah kapal pesiar Diamond Princess telah dievakuasi dari Jepang menuju Indonesia. Pesawat yang membawa WNI ini akan tiba di Indonesia, melalui Bandar Udara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Minggu (1/3/2020), pukul 23.30 WIB.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto menyampaikan, semua WNI yang dievakuasi dari kapal pesiar Diamond Princess telah dibawa dengan pesawat Garuda Indonesia Airbus A330 dengan nomor registrasi GA8750 dari Bandar Udara Haneda, Tokyo, Jepang. Pesawat itu berangkat pukul 18.00 waktu setempat.
“Setelah turun di (Bandara) Kertajati, semua WNI akan dibawa menuju ke Pelabuhan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) Indramayu, lalu berlayar menuju ke Pulau Sebaru (Kepulauan Seribu). Harapannya, kapal berlayar sebelum pukul 03.00 pagi sehingga sampai sekitar pukul 08.00,” ujarnya saat ditemui di Bandar Udara Kertajati, Majalengka, Minggu.
Achmad menambahkan, semua WNI dari Bandara Kertajati akan dibawa ke Indramayu dengan lima bus milik RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Kemudian dari Indramayu menuju lokasi observasi di Pulau Sebaru , WNI tersebut diberangkatkan menggunakan KRI dokter Soeharso.
Sebelum KRI dr Soeharso diberangkatkan, petugas kesehatan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta serta Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kesehatan akan memeriksa kesehatan semua WNI, baik pemeriksaan fisik berupa deteksi gejala maupun pengambilan spesimen. Seluruh spesimen yang diambil akan diperiksa terkait infeksi Covid-19.
Seluruh WNI yang dievakuasi merupakan awak kapal pesiar Diamond Princess. Jumlah total WNI yang menjadi awak kapal Diamond Princess 78 orang tetapi hanya 69 orang yang bisa dipulangkan. Sebelumnya dilaporkan ada sembilan orang yang terkonfirmasi Covid-19, dua orang di antaranya dinyatakan sembuh. Tujuh orang terkonfirmasi Covid-19 tidak bisa dipulangkan, sedangkan dua orang lainnya tidak turut dipulangkan karena harus bertugas di kapal.
Menurut pemantauan, hingga Minggu (1/3/2020) pukul 19.30 WIB, Pelabuhan PLTU Indramayu di Desa Sumuradem, Kecamatan Patrol, Indramayu masih dijaga ketat oleh polisi, TNI, dan petugas satuan pengamanan setempat. Pelabuhan juga sudah dalam kondisi steril sehingga selain petugas yang berkepentingan dilarang masuk. Para petugas telah mengenakan masker dan sarung tangan.
Pelabuhan PLTU Indramayu yang berjarak sekitar 87 kilometer dari Bandara Internasional Jabar Kertajati di Kabupaten Majalengka menjadi tempat transit bagi 69 warga negara Indonesia yang menjadi awak Kapal Diamond Princess. Di pelabuhan itu, mereka akan menggunakan KRI dr Soeharso menuju Pulau Seberu Kecil, Kepulauan Seribu. Pelabuhan PLTU Indramayu dipilih karena memenuhi syarat untuk KRI Soeharso bersandar.
Diobservasi
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy memastikan, seluruh WNI yang dievakuasi dalam kondisi sehat. Mereka akan diobservasi di Pulau Sebaru selama 14 hari, bersama 23 tim penjemput.
“Saya tegaskan mereka (WNI) dalam keadaan sehat. Jika tidak sehat mereka tidak diperbolehkan berangkat. Nanti (di lokasi obsevasi) mereka akan dipisahkan dengan WNI dari kapal World Dream,” ucapnya.
Saya tegaskan mereka (WNI) dalam keadaan sehat. Jika tidak sehat mereka tidak diperbolehkan berangkat. Nanti (di lokasi obsevasi) mereka akan dipisahkan dengan WNI dari kapal World Dream.
Kepala Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) Doni Monardo, dalam siaran pers, menyampaikan, Pulau Sebaru siap dijadikan lokasi observasi. Fasilitas dan layanan yang dibutuhkan bisa digunakan, termasuk fasilitas untuk mengobservasi 188 WNI dari kapal World Dream yang dievakuasi sebelumnya.
“Peserta observas mendapatkan fasilitas lengkap, mulai dari kebutuhan makan, tempat tidur, kamar mandi, serta fasilitas lain untuk kenyamanan peserta observasi. (Lokasi observasi) dilengkapi Base Transceiver Station (BTS) dari Telkom untuk memudahkan peserta observasi terhubung keluarganya,” ujarnya.
Tenaga kesehatan
Acmad mengatakan, 25 tenaga kesehatan ditugaskan untuk melayani kebutuhan kesehatan WNI dari kapal Diamond Princess. Tenaga kesehatan ini terpisah dari layanan yang diberikan untuk WNI dari kapal World Dream. Mereka terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis jantung, dokter spesialis anastesi, ahli kesehatan lingkungan, ahli gizi, tenaga surveilans, dan perawat.
Pulau Sebaru, lanjut Achmad, akan menjadi zona satu yang hanya ditinggali oleh orang yang diobservasi. Sementara KRI Banda Aceh digunakan sebagai posko pemantauan observasi. KRI dokter Soeharso jadi rumah sakit khusus jika ada kondisi darurat terkait kesehatan WNI yang diobservasi. “Ada KRI Banjarmasin untuk membantu kebutuhan logistik selama masa observasi," katanya.