Banjir Karawang Terparah dalam Beberapa Tahun Terakhir
›
Banjir Karawang Terparah dalam...
Iklan
Banjir Karawang Terparah dalam Beberapa Tahun Terakhir
Tujuh kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, hingga Senin (2/3/2020) masih tergenang banjir. Warga menilai, banjir kali ini merupakan yang terparah dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sebanyak tujuh kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, hingga Senin (2/3/2020) masih tergenang banjir. Warga menilai banjir kali ini merupakan yang terparah dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang Yasin Nasrudin, Senin (2/3/2020), menyebutkan, tujuh kecamatan tersebut yaitu Telukjambe Barat, Rengasdengklok, Karawang Barat, Cibuaya, Pakisjaya, Batujaya, dan Tirtajaya. Ketinggian air berkisar 10-70 sentimeter (cm).
Jumlah tersebut menurun dibandingkan dengan total terdampak pada pekan lalu yang mencapai 14 kecamatan. Meskipun banjir telah surut di beberapa lokasi, Yasin mengimbau masyarakat tetap waspada. Sebab, potensi banjir susulan sangat mungkin terjadi.
Emi Sukaesih (31), warga Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, kewalahan membereskan rumahnya yang kebanjiran setinggi 150 cm. Kasur miliknya terendam air meskipun sudah dipindahkan ke bagian atas dekat atap. Kipas angin dan alat penanak nasi juga tak sempat diselamatkan.
Banjir menerjang rumahnya sejak Senin (24/2/2020). Selanjutnya, ia mengungsi ke rumah mertua ke Karawang kota bersama suami dan kedua anaknya. Baru pada Sabtu (29/2/2020) ia kembali ke rumahnya karena air mulai surut.
”Kami semprot karbol ke dinding dan lantai yang banyak supaya bau tak sedap hilang,” ucapnya yang seharian belum makan karena tak nafsu dan eneg dengan bau rumahnya.
Pada awal 2020, mereka menyambut Tahun Baru ”ditemani” banjir. Tak lama, banjir datang lagi pada pertengahan Januari. Menurut warga, banjir kali ini merupakan yang terparah karena terjadi berulang kali dan surutnya lebih lama jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya.
Banjir selalu membayangi desa itu setiap musim hujan datang. Hal ini yang membuat sebagian warga enggan bermalam di rumah karena khawatir banjir susulan terjadi.
”Saya menengok rumah sebentar untuk bersih-bersih saja. Kami berjaga kalau hujan deras datang, barang dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi,” kata Sari (42), warga lainnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Karawang Imat Ruchimat menuturkan, penyebab banjir di Karawang adalah curah hujan yang tinggi dan limpasan air Sungai Cibeet, Citarum, dan Ciherang. Hal itu diperparah tersumbatnya sebagian drainase karena sampah. BPBD Karawang mencatat, kerugian akibat banjir sejauh ini mencapai Rp 2,739 miliar untuk sarana pendidikan dan Rp 1,185 miliar untuk kerusakan rumah dan sarana ibadah.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang Acep Jamhuri mengatakan, Karangligar memiliki kontur tanah lebih rendah dibandingkan daerah lain di Karawang. Hal ini yang menyebabkan banjir tahunan selalu menerjang. Penyebab lainnya yaitu limpasan Sungai Cibeet yang diperparah dengan sampah dan sedimentasi pada salurannya.
Tahun lalu, rencana untuk merelokasi permukiman warga sudah ditawarkan kepada masyarakat terdampak. Namun, warga menolak dan memilih bertahan dengan banjir. Solusi jangka panjang yang disiapkan adalah pembangunan bendung di atas Sungai Cibeet. Proyek ini dalam tahap perencanaan fisik atau detail engineering design (DED) dan ditargetkan rampung pada akhir 2021.
Normalisasi sungai bakal dilakukan secara berkala untuk di Sungai Cibeet, Cilamaya, dan Sungai Cikaranggelam. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Karawang telah membersihkan saluran yang tersumbat di Kecamatan Rengasdengklok menggunakan alat berat. Untuk mengurangi ketinggian air banjir, BPBD Karawang memompa air dan dibuang ke Sungai Citarum.